Bayangan Utara dicermin sudah sangat sangat sangat perfect, sempurna pokoknya mah. Sweater merah maroon yang pas di tubuhnya, di padukan jelana jeans hitam yang tidak ketat. Sneakers dengan warna senada seperti sweater menambah kesan kece. Rambutnya dikuncir kuda tanpa hiasan tambahan.
"Aduuhhh~ cakep banget sih muka gue. Unyu-unyu gemush gitu, tapi rada nyeremin sih, tapi tetep aja menawan dan mempesona. Uch~ i love you Utara, will you be my girlfriend? Yes, i want to"
Makin lama makin stres Utara yang ada, gara-gara terlalu lama natap pantulan dirinya sendiri dicermin. Emang bocah narsis satu ini udah gak ketolong lagi.
"Cuuuzzz kita hunting ciki di Indoapril nyahahaha. Ortu bertugas nyari duit, anak bertugas ngabisin duit, gitukan cucok ye"
Jangan tiru tingkah Utara yang gak tau diri ini.
Utara keluar dari kamarnya sembari menenteng tas slempang hitam. Meniti anak tangga dengan riang, cewek itu berhenti sejenak di ruang tamu. Tempat Kennan dan kedua temannya menghabiskan waktu malam minggu, di antara mereka, ada Arunika yang senyum malu-malu saat di goda Egi. Cewek itu jadi gondok sendiri lihatnya
"Cih"
Mendengar decihan Utara, Kennan dan yang lainnya menoleh ke arah Utara lalu mengernyit.
"Mau kemana lo, malem malem gini?" Tanya Kennan
Utara melirik sekilas sebelum mendecih lagi, "apa urusanmu? Jangan kepo"
Kennan mmengerutkan alisnya, menatap tajam Utara, "gue tanya baik-baik ya, Utara, jangan nyolot, gue kakak lo!"
Kakak lagi. Utara tuh kesel sama identitasnya sekarang. Dari dulu, cewek itu gak pernah mau punya kakak ataupun adik. Bikin riweuh tau gak sih.
Menunjuk Kennan sambil Melotot, Utara mencibikkan bibirnya, "udah gue bilang kita cuma selisih 5 menit. Gak ada kakak adek an disini! Rese banget jadi manusia"
"Lo-"
"Weis selow selow. Jangan pada ngegas dong" Egi menyela sebelum Kennan buka suara lebih lanjut.
"Jangan gitu kak, kak Utara itu saudara kamu. Kasihan dia, jangan kamu marah-marahin ya" Arunika mengelus pelan lengan Kennan sambil menampilkan senyum manis.
Cowok itu hanya bisa membuang nafas kasar, lalu mengangguk lemah. Tangannya terangkat membelai rambut Arunika, sayang.
"Bucin" sinis Gio
"Dengerin tuh, kata selingkuhan lo." Utara lalu menatap Arunika dengan mata menyipit, "Jinakin lagi tuh peliharaan lo, sebelum diambil pemilik aslinya"
Merasa tersindir, Arunika menunduk, menyembunyikan matanya yang mulai berembun, siap menumpahkan air mata. Melihat itu, Kennan melotot ganas pada Utara yang lamgsung ngacir. Melarikan diri sebelum di khotbah kembaran tercinta.
"Mendingan si Kinar kemana-mana" gumam Utara pelan.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
Seorang cowok keluar dari rumah minimalis tapi terkesan mewah sembari mengusak pelan surai hitam kemerahannya. Tangan kuning langsat itu merogoh saku jaket, menarik kunci motor ninjanya. Dimasukkannya kunci ke lubang kunci motor, lalu diputar. Di tekannya tombol stater--oh oke ini terlalu detail.
Motor ninja merah itu mulai melaju kencang membelah jalan raya yang cukup ramai di malam minggu ini. Beberapa menit perjalanan, motor itu berhenti tepat di warkop dekat jembatan.
"Eyo! Gimana kabar lo bro?" Salah satu dari 4 cowok berpenampilan berandal bertanya, saat teman nongkrongnya sudah duduk.
"Makin makmur gue, makin ganteng juga" jawab cowok bersurai hitam merah.
Cowok didepannya, menendang tulang keringnya pelan, "tambah narsis aja nih si Rega"
Rega, cowok itu hanya terkikik. Gak terlalu menggubris candaan teman nongkrongnya.
"Buset, tuh kuping udah lo tindik lagi? Makin kece aja lu"
Rega menyentuh tindik barunya, lalu senyum lebar. Seakang bangga banget sama tindakannya.
"Yoi. Ngerasa gersang aja gitu, makanya gue tambahin"
"Gue ke sana dulu. Mau nyebat" pamit Rega pada ke 4 temannya.
Dua jarinya mengapit rokok, lalu diarahkannya ke mulut. Tangan satunya memegang korek, lalu menyulut rokok yang udah terselip di lipatan bibirnya. Kakinya berhenti di pembatas besi, sedikit membungkukkan badan untuk melihat jelas arus air yang lumayan ganas.
"Kalo gue lompat, langsung mati gak ya?" Gumam Rega ngawur
Mata coklat gelapnya menatap serius pada riak air di bawahnya dengan badan masih membungkuk. Kira-kira sampai mana sungai ini bermuara? Rega jadi pengen menyewa perahu lalu menaikinya, mengikuti aliran air agar tau sampai mana saja sungai ini mengalir. Pemikiran goblok memang.
"Kok gak lompat lompat?"
Kernyitan menghiasi kening Rega saat tiba-tiba telinganya merdengar suara cewek. Dia jadi parno sendiri, keingat film horror yang ditontonnya sebelum ke sini.
Pesan moral: jangan bawa-bawa scene horror yang udah disetting sedemikian rupa pada kehidupan nyata.
"Gue di bawah"
Mata coklatnya memicing sempurna saat sosok cewek dengan rambut sebahu itu tertangkap netranya.
Diam-diam Rega bernafas lega, bukan setan ternyata, tapi ngomong-ngomong, apa yang dilakuin seorang cewek di bawah jembatan malem malem begini? Sendirian lagi. Cewek itu gak lagi nganter sesajen buat penunggu disini kan? Dia gak menganut ilmu sesat yang butuh tumbal kan?
Rega merinding disko ditempatnya. Apalagi saat ingat, kala cewek itu menanyakan kenapa dirinya gak lompat, maksud cewek itu terjun kebawahkan? Oke sip, otak Rega mulai mikir yang aneh-aneh, takut dijadiin tumbal pesugihan.
Pesan moral (2): nething yang berlebihan bisa menyebabkan otak error dan kewarasan menjadi patut dipertanyakan.
"Lo tuli apa gimana sih?! Kayaknya sia sia banget gue nungguin aksi bundir lo ini."
"Bundir? Siapa yang mau bundir?" Rega tiba-tiba ingin mengelus kepala cewek itu menggunakan palu sekaligus paku. Niat hati ingin nyebat sambil menikmati dinginnya malam, eh malah dikira mau bunuh diri.
"Lah? Gak mau bunuh diri ternyata. Percuma banget niat baik gue yang suka rela dan lapang dada penuh kerendahan hati ini pengen jadi saksi detik detik kematian lo" Cewek itu menggerutu membuat Rega jadi tambah bingung. Jadi cewek itu pengen dia mati gitu? Enak aja, dia belum kawin, belum pernah ngerasain ena ena.
Janganka ena ena, pegangan tangan aja belum pernah. Gak sengaja nyenggol aja udah di bacok duluan sama mantan.
Poor Rega
"WOI! NGAPAIN LO DISITU ANJIR?! GUE CARIIN DARI TADI JUGA, SINI LO, RA!"
Teriakan bak guntur itu menyita penuh atensi Rega pada sosok lain di atas jembatan. Kurang lebih sekitar 15 meter dari tempat dia berdiri.
Kinar? Ngapain tuh cewek disini?
"Mending lo kesini, liat deh ada sesajen disini. Lumayan buat ganjel perut" jawab cewek di bawah jembatan.
"Sinting!"
Rega diam-diam mengangguk setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Build a Happy Ending
FantasySaat membuka mata, bukan genteng bocor yang yang dilihatnya tapi malah plafon putih penuh burung origami yang terpampang. Jelas Utara panik bukan main, kos-kosan sempit yang ditinggalinya selama 3 tahun berganti jadi ruangan luas penuh perabotan mah...