s

399 69 5
                                    

NEE-SAN (Baji Keisuke)

Chapter 3

~*~

LENGUHAN pelan akibat sentuhan yang dirasa pada dahi, membuat [Name] secara spontan membuka mata karena kaget. Ia merasa telapak tangan besar cukup kasar kini tengah bertengger didahinya.

Ia menoleh kesamping, memastikan siapa yang datang dijam segini untuk mengunjunginya. "K-Keisuke!? Kamu?!" Ujarnya terkejut. Baji hanya tersenyum tipis sambil terduduk dilantai.

"Kamu bolos!?"

"Keo dengar mama sakit dari Akane-san, jadi--"

"Tapi kenapa harus bolos?? Jam pulang kamu padahal nanggung loh Kei?!"

"Kamu mau ga naik kelas lagi Kei!?"

Baji menghela nafas pasrah, berdebat dengan [Name] hanya akan membuat suaranya habis terkuras. Serta ia sama sekali tak pernah berhasil mengalahkan  [Name] dalam hal perdebatan.

"Udahlah," Baji memutar bola matanya malas. "Mamah demam, mau Kei antar ke dokter?"

Gelengan pelan sebagai respon didapat Keisuke, membuat pemuda itu menghela nafas kasar. Ia bahkan masih lusuh menggunakan seragam sekolah.

[Name] yang memperhatikan hal itu merasa  sedikit risih, lantas menyuruh Keisuke pergi untuk mengganti baju dan makan siang. "Keisuke, kamu masih lusuh pakai baju sekolah. Ganti dulu sana, di meja makan juga udah ada lauk." Ujar [Name] lalu memejamkan matanya, merasa pusing kembali menyerang kepalanya.

Baji mengangguk patuh tanpa protes, toh beberapa menit lagi ia akan menjaga [Name] seharian sampai ia sembuh.

***

Kompres didahi [Name] hampir berganti setiap waktu, Baji dengan sabar tetap merawat mamanya itu. Dimana kini [Name] nampak terlihat seperti anak kecil, lebih kalem dan polos, dan seperti biasanya. Ia seakan memaksakan diri untuk memancarkan aura orang dewasa. Demi terlihat sempurna dimata Keisuke. Mengingat bagaimana perjuangan mamanya untuk mengurus Baji dari kecil, dan itu pasti melahkan. Baji memperhatikan wajah ibunya dari dekat, cantik. Surai hitam dengan manik cokelat yang sama persis seperti miliknya, hanya saja satu hal sangat mengganjal dibenak baji.

Siapa ayahnya sebenarnya? Kenapa ibunya memakai cincin sedangkan dia sendiri tak pernah mau menceritakan kemana ayahnya pergi. Sejak beranjak dewasa, Baji mulai berhenti menanyakan keberadaan ayahnya sendiri guna menjaga perasaan [Name] agar tidak bersedih. Menjadi single parent itu tidak mudah, seharusnya Baji tau itu sejak awal. [Name] mengajarinya segala hal, wanita itu menjadi satu-satunya tipe ideal Baji jika disuruh memiliki pacar. Tak ada yang bisa menggantikan posisi ibunya yang ia puja seperti dewi dalam diam, karena sifat tsunderenya. Dimatanya, [Name] adalah wanita pekerja keras, cantik dan sabar. Baji dibuat merasakan perasaan aneh didalam hatinya ketika mulai menyadari sejak beranjak smp. Namun ia menepisnya dengan kasar, perasaan seperti itu adalah hal tabu baginya yang merupakan anak yang dilahirkan [Name] sendiri.

Ia berfikir itu hanyalah sebatas rasa sayang biasa, iya kan?

Dengan posisi menyamping sembari menopang kepala, Baji termenung masih menatap tubuh ibunya yang bernafas naik turun dengan teratur. Dahi wanita itu nampak mengekerut saat dirasa posisi tidurnya tak nyaman. Selepasnya, [Name] membalik tubuh hingga kain kompresnya terjatuh. Dan yang lebih parahnya, posisinya dekat sekali dengan Baji sehingga menyebabkan pemuda itu salah tingkah dengan rona tipis diwajahnya.

Pelan-pelan ia membenarkan kain kompres hingga berada diatas dahi [Name] lagi. Lalu menundukan tubuh untuk sekedar memberi pelukan bagi mamanya. Wajah keduanya kini berhadap-hadapan, hidung [Name] sedikit memerah karena pilek. Baji berusaha memgalihkan perhatiannya dengan cara menarik selimut sampai sebatas bahu mereka berdua. Entah kenapa udata terasa cukup panas padahal diluar tengah hujan gerimis.

↬𝐍𝐄𝐄-𝐒𝐀𝐍! 〃 baji✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang