w

408 55 4
                                    

NEE-SAN (Baji Keisuke)

Chapter 8

~*~

DUA tahun sudah berlalu. Akane, [Name], dan Shinichiro sama-sama genap akhirnya berusia dua puluh tujuh tahun. Dan selama itu pula, [Name] belum menunjukkan tanda-tanda akan hamil.

Hubungannya dan Keisuke tak kunjung membaik, mereka hanya sekedar bertegur sapa mengingat betapa dinginnya sifat Keisuke sekarang. Akane sudah menikah setahun yang lalu dengan Kokonoi Hajime. Dia resmi mengganti marganya menjadi Kokonoi Akane. [Name] menghadiri acara pernikahan Akane seorang diri, dan sialnya dia juga yang mendapat lemparan buket bunga kala itu.

[Name] menyimpannya sampai sekarang. Dia memang tidak terlalu percaya akan racauan jika buket bunga ini bisa membuatnya mendapat jodoh. Anggap saja ini kenang-kenangan sahabatnya yang kini sudah menjadi ibu rumah tangga meski belum dikaruniai momongan.

[Name] masih bekerja seperti hari-hari sebelumnya. Bedanya, akhir-akhir ini ia menjadi cepat sekali lelah.

Ia menyandarkan tubuhnya di sofa, meski tidak mengurus Keisuke lagi. Sungguh, dia heran kenapa terus-terusan cepat kelelahan. Mood makannya saja berkurang, kadang ia ingin makan yang manis, kadang juga makan peayoung yakisoba. Dulu, [Name] sama sekali tidak keberatan makan makanan yang direbus. Tapi sekarang, melihatnya saja membuat dia mual. [Name] ingat..

Sejak kecil, Keisuke selalu menolak makanan yang direbus. Alasannya ia tidak suka.

Oh..

Bunyi bel ditekan terus bergema, membuat [Name] harus bangun dari acara duduknya.

Ceklek.

"O-oh, Hoshi-san?" Ujar [Name], kaget. Melihat penampakan sosok duplikat ibunya ini. Iya, Yoshikawa Hoshizawa kini tengah berdiri didepan pintu apertemenya.

"Baa-san, [Name]-chan." Tukas Hoshi pada [Name].

[Name] menunduk kaku, "Maaf, baa-san." Lalu ia menuntun Hoshi untuk masuk kedalam rumahnya.

***

Hoshi dan [Name] sekarang tengah duduk disofa. Ditemani dengan teh dan beberapa kue kecil. [Name] yang memasaknya karena dia mendadak menginginkan jenis cokies dari kemarin.

"Jadi, [Name]... gimana kabarmu?" Tanya Hoshi memecah keheningan.

"Aku, baik."

"Ah syukurlah. Maaf baa-san baru sempat kesini, beberapa hari kami masih capek ngurusin pernikahan." Jawab Hoshi.

[Name] mengedipkan maniknya keheranan. "Siapa yang menikah?"

Hoshi mengambil tehnya, "Sepupu kamu, Mirika." Lalu menyesapnya dengan perlahan.

[Name] mematung, Mirika katanya? Oh astaga! Usia gadis itu bahkan baru memasuki dua puluh empat tahun!

Ia merasa kalah dengan para sepupunya diluar sana. Sementara [Name] masih saja melajang tanpa kekasih, sudah dijebol pula.

"Oh, ngomong-ngomong [Name]. Gimana dengan anak itu?"

"Keisuke?"

Hoshi mengangguk, "Dia bangun usaha sama temennya."

Hoshi menyeritkan dahinya, Keisuke sudah mulai bekerja? Ia memutuskan merogoh tasnya, memberikan sebuah surat usang pada [Name].

"Ini dari Aika, semoga kamu bisa mengerti, [Name]." Ucap Hoshi dengan serius. [Name] menerima pemberian bibinya itu dengan senyuman kecil.

Saat rasa perutnya bergejolak, [Name] berlari menuju kamar mandi. Memuntahkan cairan bening di closet dengan terburu.

Hoshi merasa khawatir, ia memutuskan menghampiri [Name] ditengah kamar mandi. "[Name]! Kamu kenapa?"

↬𝐍𝐄𝐄-𝐒𝐀𝐍! 〃 baji✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang