Pertemuan yang singkat dan kenangan yang begitu melekat. Di bumi ini faktanya masih banyak manusia yang rela tersakiti dan dibuat hancur tapi tetap mampu bertahan. Membunuh kebahagiaan sendiri hanya untuk membuat kebahagiaan orang.
Mampu mendengar...
Pagi datang ketika sang mentari muncul dengan membawa rahmat dan karunia Tuhan yang luar biasa. Terlihat Aksara dengan karunia ketampanan bak aktor drama yang kini memakai seragam SMA lengkap yang sedang duduk manis menulis dengan ditemani buku-buku sastra yang tertata rapi di atas meja. Jari-jemari lentiknya lihai bergerak kekanan dan kekiri mengikuti tarikan huruf dari bolpoinnya.
Aksara bukan orang yang terbuka ke semua orang. Dia lebih menyukai memendamnya sendiri, dia lebih menyukai menyampaikan keluh kesahnya lewat sebuah rangkaian tulisan di buku catatan coklat miliknya. Baginya, itu adalah cara termudah untuk berbicara mengenai suasana hatinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi telah datang. Berkat rahmat Tuhan, sang Surya masih terbit semestinya dan telah membawa gue ke hari yang baru. Hari dimana diriku melangkah menelusuri hal baru, dunia baru, dan petualangan baru.
Kata Ibu, "Rasa sepi membuat kita jadi lebih menghargai, dan rasa kecewa membuat kita jadi lebih dewasa."
Mungkin semua itu benar, tapi entahlah. Sangatlah sulit bagi gue untuk menjadi sedikit lebih dewasa. Gue seolah menganggap bahwa Tuhan itu salah dan gue juga seolah merasa bahwa Tuhan itu gak adil ke semua orang.
Tapi dengan lembutnya Ibuku senantiasa mengingatkanku lagi dan lagi untuk tak boleh egois memikirkan hal bodoh seperti itu. Ibu selalu bilang, bahwa kita harus percaya bahwa jalan Tuhan yang telah ditulis buat kita, akan jauh lebih indah dan akan ada banyak plot twist yang akan kita lalui kedepannya.