2

45 8 4
                                    


Aku tunggu kamu ultah aja ya? Biar kita bisa chatan lagi.

-katakukiki-




...

"Pagi Nenek," sapa Aksara sembari mengampirinya di kursi goyang yang sudah mulai ikut menua bersamanya. Layaknya teman yang sudah sejak lama hidup bersama, setidaknya itu yang ia lihat melalui netranya.

"Pagi juga Aksara," balas Nenek sembari mengukir senyum manis di bibirnya. Senyum secerah mentari yang membuatnya ikut tertular melukis kurva di bibirnya.

"Pagi Anggi cantik. Ciyee tumben pagi-pagi gini udah rajin ngerjain PR."

"Apaan sih bang? Belum mandi juga, bau tau!" jawabnya kesal, rautnya berubah masam ketika mendengarkan ucapan Aksara yang menyebalkan di telinganya.

"Hahaha, Aksara kamu mandi dulu gih! Anggi juga, sarapanmu jangan lupa dihabisin! Semalem ngapain kok baru sekarang kerjain PRnya?"

"Tau tuh Tante. Pacaran mulu si Anggi, hahaha," ledek Aksara sembari berlari kecil ke kamar mandi. Takut-takut ia akan dihadiahi kejaran, maka kamar mandi adalah tempat paling pas untuk ia datangi dan juga bersembunyi.

"Ihh abang ngeselin! Aku gak pacaran tau!" jawabnya teriak dengan raut cemberut. Bibirnya mengerucut kesal. Serupa bebek tapi secantik angsa.

Tak butuh waktu lama untuk mandi, Aksara pun segera berganti pakaian dan bergegas menuju ruang makan untuk ikut menyantap sarapan pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak butuh waktu lama untuk mandi, Aksara pun segera berganti pakaian dan bergegas menuju ruang makan untuk ikut menyantap sarapan pagi. Ia berjalan kembali ke ruang makan dengan rambut sedikit basah, hanya dari sini saja ketampanan dan karismatik Aksara sudah mulai terlihat. Tatapan tajam dan fisik yang cukup ideal itupun mampu menghipnotis banyak wanita bak magnet statis.

Ketika tiba di ruang makan, raut wajah kekanakannya terlihat saat ia melihat makanan yang tersaji diatas meja.

Matanya bebinar senang, terlalu mudah membuatnya bahagia di waktu sepagi ini. Yang bikin makin heboh ia melompat kegirangan memecah suasana ketika melihat makanan yang tersaji diatas meja, walaupun sederhana, hanya ikan lele, sambal dan kerupuk. 

Bagaimana tidak, sudah lama sekali nampaknya Aksara tidak melihat dan memakan masakan rumahan. Waktu dulu disaat Aksara masih tinggal di rumah indah bak istana megah, asisten rumah tangganya hanya diminta orang tuanya terutama ayahnya untuk memasak masakan orang kasta berada.

"Dihh. Apaan sih bang? Kayak anak kecil tau gak?" tegur Anggi kesal sambil menatap sinis kearah Aksara.

Om Ridwan yang hanya melihat Aksara dengan wajah tersenyum dimeja makan sembari membaca koran pagi yang memuat berita isu politik ditangannya dan ditemani secangkir kopi hitam panas.

"Om sudah mengurus semua surat kepindahan sekolahmu di SMA terbaik disini seperti yang Ayahmu minta ke om. Jadi besok kamu sudah bisa mulai sekolah lagi dan juga sebenarnya Ayahmu meminta om untuk bujuk kamu agar bisa mau kembali lagi ke Jakarta, tapi kembali lagi itu terserah kamu." ucapnya tegas.

"Iya om. Makasih banyak ya Om Ridwan udah mau bantu ngurus semua keperluanku disini dan soal kembaliku ke Jakarta, aku belum tau om. Aku masih mau tinggal disini bareng Nenek, Om, Tante ama Anggi. Hehe." ucapnya jelas.

"Hehh. Ayo sarapan! Kok pada serius gini sih mukanya. Kayak baju belum disetrika aja mukanya. Oh ya Tante boleh minta tolong gak Aksara?" tanya wanita paruh baya itu.

"Sangat boleh Tante!" ujar Aksara dengan raut riang.

"Tolong kamu antar Anggi ke sekolahnya hari ini ya! Sudah jam segini takutnya dia telat. Sama sekalian beliin minyak satu liter di minimarket dekat sekolahannya Anggi ya!"

"Ohhh siap Tante. Dengan senang hati." balas Aksara sembari tersenyum.

Tanpa Aksara sadari, waktu berlalu dengan cepat dengan jarum jam mengarah ke angka setengah tujuh. Sudah waktunya bagi Anggi untuk berangkat sekolah. Sembari memasang wajah senyum Aksara mengajak Anggi untuk bersiap. Dengan menunggangi sepeda vespa klasik milik pamannya yang masih cukup terawat.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Abang bisa naik motor gak? Awas kalo sampe nubruk!" ledek Anggi.

"Lahh. Jangan salah kamu. Walaupun abang kayak gembel gini, abang dulu pernah ikut seleksi ngewakili Indonesia dalam ajang GP tau. Tapi karena dulu abang kasian ama peserta seleksi lain, jadi abang mundur. Hehe," ucapnya ngawur.

"Halah halu mulu. Ayo cepetan berangkat ihh. Kalo telat abang yang aku salahin!" sambil memukul lemah punggung Aksara.

"Dih. Kok gitu? Iyadeh siap tuan putri Anggi yang cantik tapi bawel. Jangan jutek mulu awas hidungnya tambah pesek lo," ledeknya garing.

Anggi tak sanggup membendung tawanya karena lelucon Aksara, ya walaupun sedikit garing dan cukup klise. Melihat tawa sepupunya itu, membuat Aksara ikut tersenyum bahagia dan sesegera menancapkan gas vespa tuanya untuk memaksanya berjalan.




...

Bersambung >>>

Gimana? Capek? Jangan lupa istirahat ya! Ada kalanya kita perlu mundur sejenak mengejar untuk mengambil ancang-ancang melesat menculiknya. Haha bercanda.

Aksara SukmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang