3

170 162 325
                                    

🙌HALLO READERS🙌
Bagaimana hari-harimu selama ini?
.
.
.
Absen dulu yuk😉
Coba spam comment"❤️️"
.
.
.
HAPPY READING 📖

Halaman sekolah ramai diisi oleh warga sekolah yang sudah selesai mengikuti upacara. Aku masuk bersama siswa yang datang terlambat juga. Ada satu hal yang membuatku sangat risih. Ketika aku masuk dan berbaris di sebelah Alva, seketika menjadi pusat perhatian para murid yang ada di lapangan. Mereka mulai berbisik dan memasang tatapan sinis ke arahku.

Bagaimana tidak, Alva adalah idola para siswi SMA Caraka karena wajahnya yang tampan, keahliannya dalam bermain basket, memiliki suara deep bila bernyanyi yang pasti semua orang akan terpukau bila mendengarnya, dan juga pintar. Bahkan ada guru yang menawari Alva untuk menjadi pacar anaknya, kalau bisa jodohnya sekalian.

Alva juga mendapat peringkat kedua dari kelas sepuluh hingga kelas sebelas setelah Ersya yang selalu mendapat peringkat pertama. Meskipun begitu, Ersya dan Alva tidak pernah bersaing dalam bidang akademik. Alva lebih memfokuskan di bidang non-akademiknya. Selain itu juga Alva ramah, mudah bergaul, penyanyang keluarga, tapi ada satu yang tak dipahami teman – temannya. Kadang Alva suka tidak nyambung diajak bicara, seperti mempunyai dunianya sendiri, kadang sering melamun juga. Kurang apalagi? Alva tipe idaman para perempuan bukan? Kalau perihal anehnya itu, teman – temannya sudah memakluminya.

Brukk...

“Aduh aaaa sakitt banget sial” desisku pelan.

“Hmpphhh AHAHAHAHAHAHAHAA MAMPUS JATOH”

“KENA AZAB KAN LU MAKANNYA JANGAN DATENG TELAT, AZAB LANGSUNG DITEMPAT.”

“HAHAHAHA RASAINN LU.”

“HAHAHAHAHAHA SUKURINNN MAKAN TUH ASPAL.”

“MAKANNYA KALO JALAN TUH LIAT – LIAT.”

“Ah shit segala kendor ni tali sepatu, ya Allah malu banget anjirlah.”,  batinku.

Tali sepatu Quinnsha tiba – tiba saja lepas dan Quinnsha jatuh tersandung oleh tali sepatunya. Malu sekali ditertawakan dan diberi ucapan sumpahan oleh para siswa di lapangan yang sedang duduk sehabis upacara. Rasanya ingin menghilang saja seketika itu juga.

Alva yang mendengar para siswa tertawa dan menyadari Quinnsha tidak ada disampingnya bingung, ia lalu berbalik badan dan menemukan Quinnsha sedang duduk di aspal sambil meringis kesakitan.

“Quinnsha lo gapapa???” tanya Alva panik.

“Eum… gapapa kak, cuma jatoh kesandung tali sepatu yang copot doang.”

“Makannya kalo mau berangkat tuh dicek dulu udah kenceng apa belum tali sepatunya pinter, biar ga jatoh lagi kaya gini ntar.” kata Alva sambil menyejajarkan dengan posisi dudukku.

“Yaudah sini gua iketin biar kenceng talinya.”

Alva mulai mengikatkan tali sepatuku sementara para siswi berteriak histeris iri dengan perlakuan Alva terhadap Quinnsha. Aku tidak tahu lagi bagaimana meresponnya, aku hanya diam mematung dengan perlakuannya kepadaku. Yaampun ini orang dari tadi bikin jantung ketarketir terus. GWS deh Quinnsha semoga masih sehat sampe kelas nanti.”, batinku.

A Journey to Love MyselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang