~happy reading~
_______________-
-
-
Helaan napas gusar keluar dari mulutnya. Menolehkan wajah ke samping, Memperhatikan sang Bunda yang tampak masih merapikan belanjaannya ke dalam kantong plastik.
Dalam hati, Martha menggerutu tak habis fikir dengan Bundanya itu. Memilih baju tidur saja sampai menguras waktu hingga 1 jam. Sangkaan Martha pasti benar, jika sudah berbelanja Bundanya itu seperti mendadak lupa waktu.
Sedikit menyesal telah mengiyakan permintaan Asri yang ceritanya ingin berkunjung sesaat ke sebuah toko pakaian. Dan berujung mau tak mau ia harus terjebak menunggu dengan rasa bosan.
Awalnya, ia mengajak kepada Bundanya untuk menemaninya membeli raket. Selepas Asri yang mengizinkannya ikut ke dalam eskul badminton karena beberapa kalimat rayuan yang Martha berikan, membuat antipati Asri akhirnya menyetujui.
"Bun, udah belom?" Tanya Martha memandang jengah ke arah Asri.
Pergerakan tangan Asri sontak terhenti, lalu kepalanya mendonggak membalas tatapan Martha. "Sabar dong, Tha. Bentar lagi kok."
"Ayo, udah malem nih." Martha mematikan mesin motor maticnya sementara.
Beberapa minggu lalu saat Martha masih berada di Jakarta, gadis itu mulai memberanikan diri mengendarai kendaraan beroda dua itu ke jalan. Selepas mendapat pengajaran tata cara berkendara yang detail dari Haikal karena permintaannya yang ingin belajar mengemudi motor.
Sampai-sampai Abangnya itu sempat mendapat omelan dari orang tua mereka, terutama sang Bunda.
Kendati demikian, walau dia sudah cukup mahir berkendara, tapi tetap kedua orang tuanya mengawasi dan mewanti-wanti putrinya itu lantaran Martha yang masih belum memilih SIM.
"Ayo," ajak Asri beranjak naik ke atas motor. Mengetahui itu, Martha pun kembali menyalakan mesih motornya.
Tak lupa ia menarik kaca helm yang terpasang, guna menghalangi wajahnya. Terutama dari binatang kecil yang tak jarang menganggu pandangan saat Martha berkendara di malam hari seperti ini.
Baru saja akan menancapkan gas, tiba-tiba seorang pemuda menghampiri mereka. Membuat Martha mengurungkan niat melajukan motornya.
"Maaf bu, saya mau nanya sebentar boleh?" Tanya pemuda itu menatap Asri dan Martha secara bergantian.
"Boleh, mas. Nanya apa emangnya?" Balas Asri seraya mengangkat kaca helm yang ia pakai.
Sementara Martha, dia memilih diam dan memperhatikan dari balik kaca helmnya. Entah kenapa, mendadak pikirannya berkelana mengingat berita pembegalan yang ia tonton kemarin di televisi, dengan modus menanyakan alamat. Hal itu membuat Martha menjadi sedikit waspada akan gerak-gerik lelaki tersebut.
Merasa sudah diperbolehkan, lantas pemuda segera merogoh sesuatu dari tas kecil yang terselempang di pundaknya.
"Ibu pernah liat perempuan yang digambar ini gak?" Tanya pemuda itu sembari menyodorkan selembar kertas kehadapan mereka berdua.