part 3

13 8 2
                                    


                           ~Happy reading~

-

-

-

                                       ****

Pagi hari ini, Martha sudah mematut diri di depan cermin. Kedua tangannya sibuk melingkarkan dasi ke leher. Pakaian seragam telah melekat pas ditubuhnya.

Gadis itu termenung mengamati pantulan dirinya dikaca. Hingga seruan Asri dari balik pintu kamar, membuatnya lantas bergegas melangkah keluar dari kamar.

Satu-persatu kakinya menuruni undakan tangga. Melihat ke arah ruangan makan, Tampak Abang dan Ayahnya sudah menyuap makanan.

"Pagi Yah, Bang," sapa Martha sembari menarik kursi dan beranjak duduk.

"Pagi juga," balas keduanya serempak disela pergerakan mereka yang menyuap.

Tangan Martha bergerak meraih piring dan mulai menyendokkan nasi serta lauk yang tertata dihadapannya.

"Nih salad buahnya. masukin ke tas, Tha," Intrupsi Asri yang datang dari dapur seraya menyodorkan lunch box bewarna putih kepada Martha.

Pergerakan Martha pun terhenti sejenak. Lantas ia menerima sodoran tersebut dengan sukacita. "Makasih Bunda," balasnya diangguki oleh Asri yang berangsur ikut duduk di kursi makan.

Sarapan keluarga itu kembali berlanjut tanpa diselingi percakapan apapun. Hanya suara dentingan sendok yang memenuhi ruangan makan.

Selepas sarapannya habis, Martha menggumamkan hamdalah. Baru saja akan bangkit dari kursi, seruan Bunda membuat pergerakannya terurungkan.

"Minum dulu, kebiasaan kalo udah makan gak minum." Asri berdecak pelan dan memberikan segelas air putih pada Martha.

"Eh iya, lupa Bun." Martha tersenyum cengegesan dengan tangan yang bergerak meraih gelas tersebut lalu meneguknya perlahan.

"Abang berangkat ke Bandara sore ini?" Tanya Asri mentolehkan wajahnya ke arah Haikal.

"Iya, Abang mau beresin barang-barang dulu," jawab Haikal mengangguk. "berangkat sama Ayah, Tha?" Tanyanya kepada Martha.

"Iya sama Ayah. Sekalian Ayah mau berangkat ke toko," sahut Riza. Mendengar itu, Haikal pun lantas memangut paham.

"Udah sarapannya?"

Martha menengadahkan wajah, membalas pertanyaan Ayahnya itu dengan anggukan singkat.

Sembari menunggu Ayahnya yang sedang mengambil kunci motor, Martha melangkah ke dapur, berniat berpamitan terlebih dahulu pada Ibundanya.

"Bun, Martha berangkat dulu," pamitnya membuat Asri yang tengah mencuci piring diwastafel sontak berbalik ke belakang.

"Hati-hati dijalannya. Kalo ada apa-apa, langsung telepon orang rumah oke?"

"Asal jangan telepon Abang."

Sontak Martha mengalihkan pandangannya ke samping, melihat si pemilik suara itu tengah mencuci tangan di wastafel.

"Kepedean banget," balas Martha menatap Haikal sebal.

Haikal terkekeh pelan begitu mendengar jawaban Adiknya. Sementara Asri, wanita itu hanya menggeleng-geleng pelan melihat pergumulan kedua anak semata wayangnya itu.

****

Butuh waktu lima belas menit untuk Martha sampai di sekolah. Pandangan gadis itu tertuju mengamati motor Ayahnya yang mulai melaju menjauh hingga keberadaannya pun tak terlihat lagi.

FANA REMAJA [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang