HAPPY READING
_____________-
-
-
Martha mengecek jam di ponselnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 15 : 20 kala bel pulang berdentang lima menit yang lalu.
"Mar, pulang sama siapa?" Tanya Lola yang sedang membereskan barang-barangnya.
"Aku dijemput, La," jawab Martha.
"Tunggu disini aja. Jemputan lo belum datang kan?" Sahut Pinkan ikut bertanya.
Martha terdiam beberapa saat, kemudian menggeleng kecil. Ayahnya memang belum mengirimkan pesan jika dia sudah sampai di depan gerbang.
"Kalian juga dijemput?" Tanya Martha sedikit canggung.
"Kalo gue pulang bareng Ringga," jawab Lola sembari tersenyum tersipu.
Sementara Ringga, dia hanya tersenyum tipis melirik Lola, kekasihnya.
"Mereka berdua pacaran, Tha." Gifar ikut menyahut. Tak urung, lelaki itu terbahak saat melihat Ringga yang tampak malu.
"Wah, sepasang ternyata." Martha merespon dengan apresiasi dan senyuman.
Lola terkekeh pelan mendengar hal itu.
"Palingan si Aping doang yang suka dijemput sama Ibunya," kata Lola lagi sambil menunjuk Pinkan yang masih berkutat menyalin catatan di bukunya.
Mendengar nama panggilan Pinkan yang begitu unik menurutnya. Melihat Pinkan tampak biasa saja, mungkin gadis itu sudah merasa wajar mendengar sebutan tersebut.
"Nama Aping itu awalnya dari si Gifar, Tha. Dia suka nyebut Pinkan gitu," kata Lola terkikik geli.
"Katanya sih, panggilan istimewa." Ringga berseru.
"Gak sudi!"
"Kagak!"
Kompak Gifar dan Pinkan menyahut dengan bantahan keras. Hal itu lagi-lagi membuat Lola dan Ringga tertawa tergelak.
Termasuk Martha, gadis itu ikut terkekeh pelan. Dalam hati membatin, ternyata ia mulai menemukan banyak hal yang belum pernah Martha alami ketika di sekolahnya dulu.
Merasakan ternyata rasanya seperti ini, bisa bergaul dengan banyak teman. Mungkin hal itu sudah biasa dirasakan oleh orang lain. Namun bagi Martha, itu adalah hal yang sangat menggembirakan dan berarti untuk.
****
"Lim, ayo dong." Panca memandang Juan dengan tatapan dongkol.
"Tinggal ngomong," balas Liam berdecak pelan sembari bersidekap dada. Mengadahkan dagunya sekilas, memberi kode agar Panca segera bersuara.
Panca mendengus sebal. Ia mencoba menyembulkan kepalanya melihat ruangan kelas. Mengedarkan pandang mencari keberadaan seseorang.
"Assalamualaikum!"
Mendengar ada yang mengucapkan salam, sontak atensi anak murid yang berada di ruangan serempak menjawab dan menoleh ke arah muka pintu.
"Eh, ternyata lo Bang," seru Gifar ketika melihat Panca yang berdiri diambang pintu kelas.
Mengetahui itu, sejenak dia meletakkan kartu uno yang ada digengaman. Beranjak dari bangku lalu berjalan menghampiri kakak kelasnya tersebut.
Pandangan Panca pun lantas berhenti mengedar. "Nah, untung lo belom pulang Far," ucapnya penuh kelegaan.