~HAPPY READING~
_______________-
-
-
Tangannya terulur meraih gelas berisi teh lemon yang ia buat di dapur tadi. Menyeruput pelan seiring lembaran buku paket matematika di pangkuan terus digulir dengan tangan satunya lagi.
Lelaki itu tengah mengulas materi yang sudah dibahas minggu lalu. Lantaran besok akan diadakan ulangan harian di seolah.
Liam sangat berharap ia akan mendapatkan nilai ulangan yang lebih baik dari sebelumnya.
Ditemani alunan lagu dari MP3 di sampingnya. Rasanya Liam sudah bisa menikmati ketenangan walaupun dari hal yang sederhana seperti ini.
Suara sepatu pentofel yang beradu dengan lantai keramik, membuat atensi Liam lantas langsung berubah.
"Mau kemana, pah?" Tanya Liam mendonggak wajahnya memandang Adi. Memperhatikan gerak-gerik Papahnya itu yang sudah rapi dengan kaos polos dan celana panjang.
"Ini, Papah mau ketemuan sama orang. Mau ngambil barang," jawab Adi tanpa melirik ke arah Liam. Lantaran dia sibuk memasangkan jam tangan di pergelangan tangannya.
Kening Liam mengerenyit. "Tumben sore-sore gini, barang apa emangnya?" Tanyanya penuh penasaran.
Sebab, baru kali ini Adi mempunyai jadwal pertemuan tanpa memakai pakaian kantornya dan pergi di waktu sore seperti ini. Karena setahu Liam, biasanya Papahnya itu lebih memilih berkutat di ruangan kerja sambil mengerjakan berkas pekerjaan yang tersisa jika selepas pulang dari kantor Dinasnya.
Adi menolehkan wajah ke arah Liam. Menatap putranya itu beberapa saat. "Biasa, berkas kantor," ungkapnya, "Hari ini kamu ada jadwal les?"
"Libur," jawab Liam seadanya.
"Yaudah, kalo gitu nanti pintu kunci dulu aja. Kayaknya Papah bakal pulang malem." Lanjutnya mewanti-wanti.
Liam mengangguk mengiyakan. Dia mengamati pergerakan Adi dari celah jendela. ketika mobil yang dikemudikan oleh Pria itu mulai meninggalkan pelantaran rumah. Bunyi notifikasi dari gawai membuat pengamatan Liam berakhir. Lantas tangannya segera terulur meraih benda pipih tersebut.
Membuka kolom chat, menuju grup yang berisi anak-anak ekstrakurikuler bulu tangkis. Ternyata bukan informasi yang terlalu penting. Hanya sekadar list intruksi absen untuk Murid yang baru bergabung.
Namun, ada hal yang membuat perhatiannya sedikit tertarik. Bola matanya berhenti berotasi saat membaca nama seorang murid yang terletak di urutan absen paling bawah.
Martha Panindya, monolog Liam dalam hati.
Mendadak pikirannya berkelana mengingat kala Liam mengunjungi pemakaman Ibunya siang tadi. Jujur, Liam tak bisa menyembunyikan keterkejutannya secara menyeluruh Saat dirinya tak sengaja bertemu dengan Gadis itu. Dimana Liam yang sedang membantu menunggu warung milik Bi Enih.
Pertama kali Liam mengetahui namanya, ketika ia menyuruh Gadis itu dan seorang temannya untuk memperkenalkan diri saat eskul bulu tangkis kemarin. Usai ia ditunjuk untuk mengajarkan latihan dasar kepada dua siswi itu.
Tak bisa dipungkiri, Liam tidak dapat menghindari rasa penasarannya. Perihal mengapa Perempuan itu bisa berada di pemakaman. Ia menerka, sepertinya dia tengah mengunjungi makam keluarganya yang ada disana.
Namun, cepat-cepat Liam menggelengkan kepalanya beberapa kali. Berusaha mengenyahkan segala pertanyaan yang mengerubungi otak mengenai gadis bernama Martha itu.