Sok atuh geura baca.
Happy reading
_______________
-
-Martha mengedarkan pandangan melihat sekeliling bangunan rumah yang akan menjadi tempat tinggal barunya. Dengan sebelah tangan mengeret koper berisi barang miliknya. Ia berjalan menyisir halaman yang ditumbuhi oleh rumput liar tak beraturan.
Jika dilihat, rumah ini tampaknya sedikit lebih luas dari rumah sebelumnya. Pantas saja, Ayahnya rela menjual mobil kesayangan pria itu hanya demi membeli rumah bergaya minimalis modern ini.
"Simpen di sini aja dulu pak!"
Marta memutar tubuh tatkala mendengar suara Ayahnya memberikan instruksi pada kedua orang yang tengah menurunkan kardus-kardus barang dari atas mobil.
Riza Heriawan---pria berkumis tipis yang menyandang status sebagai Ayah kandung Martha. Perannya sebagai tulang punggung keluarga membuat sosoknya menjadi seseorang yang pekerja keras demi berkelangsungan hidup keluarganya.
"Tha, kamu sama Haikal masuk aja duluan. Bunda juga udah masuk dari tadi," Seru Riza menoleh ke arah Martha.
"Hah? Bunda udah masuk, yah?" Beo Martha memastikan.
Riza mengangguk. "Iya, kalian juga sana masuk gih, istirahat."
Martha hanya mengangguk pelan mengiyakan ucapan Ayahnya tersebut. Aktivitas Haikal tengah membantu memindahkan barang-barang pun lantas terhenti usai mendengar intrupsi sang Ayah.
Meraih tas besarnya yang tergeletak di sisi halaman, Haikal berjalan menghampiri sang Adik.
"Sini, biar Abang aja yang bawa," Pintanya mengambil alih koper yang dibawa Martha.
Lekaki yang mempunyai nama lengkap Haikal Ardiansyah itu ialah satu-satunya kakak semata wayang Martha.
Kening Martha mengerenyit keheranan. Habis terkena apa Abangnya itu, hingga tak biasanya dia bersikap baik padanya seperti ini.
Namun, Martha tak berkomentar sepatah kata pun. Ia membiarkan Haikal membawa koper miliknya. Keduanya berjalan beriringan menghampiri pintu rumah yang tampak sedikit terbuka.
Adik kakak itu kompak melanjutkan langkahnya mulai masuk ke rumah. Pandangan Martha langsung berkeliling seketika, mengamati semua penjuru rumah.
Sedangkan Haikal, dia mengeluarkan berdecakan kagum. Dinding berwarna putih seakan menyatu dengan aksen dari cahaya lampu gantung.
"Ayah Mahir banget kalo soal desain arsitektur kek gini ya, Tha," cetus Haikal menoleh ke arah Martha yang berada di sampingnya.
"Ayah kan kerja di toko furniture. Kalo soal desain rumah pasti mahir lah, gimana sih bang," balas Martha memandang Haikal gemas.
"Eh iya juga ya." Haikal tersenyum cengengesan begitu mengingatnya.
Lalu pandangan Haikal kembali mengitari penjuru mencari keberadaan Ibundanya.
"Bund? Bunda!" Serunya terdengarnya begitu menggema.
Namun, suara keras kakaknya itu seakan tak mengindahkan Martha. Atensi Gadis itu tetap tertuju mengamati lukisan indah yang tergantung di dinding.