Bab 14

356 60 10
                                    

Elizabeth menatap kedua orang di hadapannya secara bergantian dengan pandangan bertanya. Apa yang terjadi? Kenapa Derek dan Liam tampak seolah-olah mereka berdua telah saling mengenal? Dan kenapa keduanya saling memanggil dengan nama yang berbeda?

"Apa yang kau lakukan di sini, Fred?"

"Ternyata memang kau. Kupikir aku hanya berhalusinasi. Seharusnya aku yang bertanya. Apa yang kau lakukan di sini, James?"

"Tunggu dulu." Elizabeth mengangkat tangan agar Liam dan Derek berhenti bicara. "Sebenarnya ada apa ini? Siapa Fred? Dan kenapa Liam memanggilmu James, Derek?"

Kedua pria itu hanya menatap Elizabeth dengan pandangan bimbang. Seakan sedang mempertimbangkan sesuatu. Tiba-tiba wajah Derek terlihat sangat lelah dan pria itu mengepalkan tangannya yang tidak terluka di atas lutut sambil menunduk.

"Ceritanya panjang, Bella." Derek menghela napas panjang.

"Kurasa Elizabeth tidak perlu mendengar ini." Liam tampak gelisah di tempatnya.

Elizabeth sudah membuka mulut untuk memprotes, tapi Derek mendahuluinya.

"Tidak," kata pria itu tajam. "Dia berhak mendengar segalanya. Karena sekarang, dia adalah istriku."

Elizabeth cukup terkejut mendengar Derek mengatakan hal itu. Karena baru saja pria itu menolak mentah-mentah kenyataan bahwa dirinya dan Elizabeth telah menikah. Namun wajah Derek terlihat menderita ketika mengatakannya. Dada Elizabeth terasa sangat sakit karena ternyata Derek begitu tidak ingin menikah dengannya. Mungkin saat ini, pria itu berusaha menahan diri karena keberadaan Liam. Akan tetapi, Elizabeth tidak ingin Derek harus berpura-pura padahal pria itu tidak menginginkan keberadaannya.

"Kalian berdua bisa bicara. Lagi pula, sepertinya hal yang akan kalian bicarakan tidak ada hubungannya dengan—"

"Kumohon, tinggallah. Aku membutuhkanmu, Bella."

Derek tampak bersungguh-sungguh ketika mengatakannya. Dia benar-benar terlihat membutuhkan Elizabeth. Atau setidaknya seseorang untuk mendampinginya. Jadi Elizabeth mengurungkan niatnya untuk pergi kemudian duduk di samping pria itu. Jari-jari Derek terlihat memutih karena pria itu mengepalkan tangannya dengan sangat kuat. Elizabeth menggenggam tangan itu dan dia merasakan bahwa tangan Derek sangat dingin. Kedua tangan Elizabeth melingkupi sebelah tangan Derek, untuk menenangkan pria itu yang terlihat sangat tegang seperti senar yang ditarik. Gadis itu dapat merasakan kepalan tangan Derek mulai mengendur dan darah mulai mengalir menuju jari-jarinya.

"Aku harus jujur padamu." Derek mengatakannya sambil menatap Elizabeth lekat-lekat melalui bola matanya yang kini berwarna amber.

"Tidak. Aku dulu." Tiba-tiba Liam telah menarik sebuah kursi dan duduk di depan Elizabeth dan Derek yang tengah duduk di tepi tempat tidur. "Kumohon jangan marah, Beth. Dan jangan katakan pada Christine. Aku tidak menceritakannya pada Christine karena aku ingin melupakan masa laluku. Meninggalkan segalanya." Liam melirik Derek sebentar sebelum melanjutkan, "Namaku yang sebenarnya adalah Frederick Mann. Aku dan suamimu pernah saling mengenal."

"Dia tunangan adikku." Derek berkata datar. "Dulunya."

"James, kau tidak mungkin menyalahkanku karena...."

"Tidak, Fred. Aku ikut senang kalau kau dapat menemukan seseorang setelah Giselle...."

Suara Derek tercekat di tenggorokan. Pria itu menutup wajahnya dengan tangan. Namun Elizabeth dapat melihat cairan bening di mata Derek sebelum pria itu sempat menutupinya.

"Derek...." Elizabeth mengusap bahu Derek. Dirinya sungguh tersiksa melihat Derek seperti ini. Pria itu tampak begitu ... rapuh. Hingga fakta bahwa Giselle adalah adik Derek saja tidak mampu membuat Elizabeth merasa lega.

Cold Hearted ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang