Bab 17

365 58 17
                                    

Ini adalah hari ketiga. Hari ketiga James tidak pulang.

Elizabeth cemas. Bukan hanya karena sikap pria itu yang aneh saat pergi, tapi dia takut James tidak akan kembali. Ingatannya kembali pada pagi hari itu dan perasaan itu datang kembali. Rasa sakit yang menghunjam dadanya. Elizabeth melihat penolakan di mata James saat dia mengatakan bahwa dirinya hamil. Pria itu tidak menginginkan bayi ini. James tidak menginginkan buah hati mereka yang tengah tumbuh di dalam dirinya. Bagi James, bayi dalam kandungan Elizabeth tidak lebih dari sekedar 'makhluk' yang terbentuk dengan tidak sengaja.

Elizabeth duduk sambil memegang perutnya yang masih rata. Tanda-tanda kehamilannya memang belum terlalu tampak, tapi dia dapat merasakan bayi mereka di dalam rahimnya. Seketika dirinya merasa hangat dan sebuah kekuatan yang tidak dapat dia jelaskan berkumpul di dalam dirinya. Elizabeth tidak peduli jika James tidak menginginkan bayi ini. Dia akan merawatnya seorang diri. James bisa pergi dan membusuk di neraka!

Meski pikiran Elizabeth penuh dengan kemarahan terhadap James, dia tidak dapat mencegah dirinya yang menyebut nama pria itu dengan penuh pengharapan saat pintu kamar mereka terbuka. Lalu merasa kecewa ketika ternyata ayahnya yang masuk ke dalam.

"Di mana suamimu?" Suasana hati Howard terdengar tidak baik saat menanyakannya.

Elizabeth sudah lelah berusaha menutup-nutupi ketika dirinya dan James sedang bertengkar. Namun dia harus melakukannya.

"Dia ... dia sedang pergi ke rumah temannya, Ayah," jawab Elizabeth sekenanya.

"Dia sudah pergi selama tiga hari, Beth."

"Rumah temannya agak jauh. Dia memang bilang akan menginap."

"Dan meninggalkanmu yang sedang hamil?" Howard berkata tidak suka. "Aku tahu keadaanmu sedang tidak baik dan kau muntah hampir setiap pagi. Seharusnya James tidak meninggalkanmu."

Elizabeth tidak dapat berkata apa-apa. Dia tidak suka berbohong kepada ayahnya. Kalau dia membuka mulut, Elizabeth yakin hanya kebohongan yang akan meluncur keluar dari sana. Jadi dia lebih memilih untuk diam. Membuat Howard yakin ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi.

"Kalian baik-baik saja?" tanya Howard dengan suara yang dia harapkan terdengar lebih lembut. Meski sebenarnya dia ingin sekali mengguncang bahu Elizabeth agar gadis itu sadar bahwa dia telah menikahi pria yang salah.

"Aku baik-baik saja, Ayah." Elizabeth berusaha tersenyum ketika mengatakannya.

Howard sungguh ingin menembak kepala bajingan yang telah memberikan putrinya lebih banyak kesedihan sejauh yang dia ingat. Dia akan melakukannya. Sebentar lagi.

"Beth, mungkin aku bukan ayah terbaik yang kau miliki. Tapi aku masih ayahmu. Kau bisa menceritakan apa pun kepadaku."

Mata Elizabeth berkaca-kaca ketika mendengar kalimat tulus ayahnya. Dia menghambur ke arah Howard dan memeluk pria yang sangat dicintainya itu erat-erat. Pria yang selalu melindunginya dan siap berkorban apa saja demi anak-anaknya sejak dia masih kecil.

"Kau ayah terbaik yang kumiliki. Aku tidak akan meminta yang lebih baik lagi. Aku mencintaimu, Ayah."

Howard merasakan pandangannya agak kabur karena air mata yang terkumpul di pelupuk matanya. Dia mengerjapkan mata berkali-kali untuk mencegahnya jatuh. Pria itu mengusap punggung Elizabeth yang tengah terisak sambil memeluk putri bungsunya itu dengan penuh kasih sayang. Saat ini, dia hanya ingin menikmati kebersamaan yang jarang dia dapatkan bersama Elizabeth. Setelah itu ... lebih baik James Arandale bersembunyi. Karena kalau Howard menemukannya, dia akan mengebirinya sebagai balasan atas setiap tetes air mata yang Elizabeth tumpahkan untuk bajingan terkutuk itu.

Cold Hearted ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang