Bab 12

328 62 16
                                    

Elizabeth bernapas dengan terengah-engah setelah mengeluarkan isi perutnya. Dia berdiri dengan gemetaran kemudian berjalan mendekati pria yang masih belum berhenti menerima cambukan. Liam memegang salah satu lengannya untuk menahan Elizabeth dan gadis itu menepisnya kasar sambil menatap garang.

"Apa yang terjadi?" Sebuah suara berat menghampiri mereka berdua dan Elizabeth mengenali suara itu sebagai ayahnya. "Beth, kenapa kau ada di sini? Kenapa.... Jangan mendekat, Beth! Kau bisa.... Hentikan cambukannya! Apa kau tidak lihat putriku sedang menuju ke arahmu?!"

Suara-suara di sekitarnya mulai menghilang ketika dia berjalan mendekati Derek. Orang yang melayangkan cambukan pada Derek menghentikan ayunannya ketika melihat Elizabeth mendekat. Gadis itu masih gemetar dari ujung kepala hingga ujung kaki tapi suaranya mantap ketika bicara.

"Buka ikatannya," perintahnya kepada pria yang memegang cambuk. Namun pria itu tidak bergerak dan hanya menatapnya bingung. "Kubilang buka!"

Pria tersebut menatap Howard dengan pandangan bertanya dan ayah Elizabeth mengangguk untuk memberi izin. Derek terjatuh di tanah ketika sebilah belati memutus tali pengikatnya.

Elizabeth berlutut sambil mengulurkan tangannya yang belum berhenti bergetar untuk meraba nadi di leher pria itu. Tangisnya pecah ketika merasakan detak lambat yang teraba di sana. Dia duduk lalu mengangkat kepala Derek perlahan ke dalam pelukannya sambil membelai rambut pirang kecokelatan pria itu yang kini telah bernoda darah. Air mata Elizabeth terus mengalir dan bibirnya terus membisikkan kata-kata tanpa henti.

"Apa yang mereka lakukan padamu? Cintaku, apa yang mereka lakukan padamu? Jangan pergi. Jangan pergi dariku."

"Beth?"

Elizabeth mendongak ketika bayangan besar menaunginya. Ayahnya dan Liam tengah berdiri di sebelahnya sambil memberi tatapan yang tidak dapat dia mengerti.

"Kenapa kalian lakukan ini padanya?" tanya Elizabeth di tengah isak tangisnya. "Kenapa kalian menyakitinya?"

"Pria ini yang menculik dan ... memerkosamu!" Ayahnya berkata sengit dengan pandangan muak. Elizabeth menggeleng sambil terus memeluk Derek yang bernapas dengan lemah.

"Kau tidak mengerti, Ayah."

"Apa yang tidak kumengerti?!"

"Dia suamiku!"

Teriakan Elizabeth terdengar sangat nyaring di tengah suasana sunyi itu. Orang-orang yang berkerumun di lapangan mulai berbisik-bisik cepat. Wajah terkejut mereka semua tidak seberapa dibandingkan dengan yang ditunjukkan oleh Howard dan Liam.

"Jangan main-main, Beth!" Kini wajah Howard terlihat sangat merah karena menahan amarah dan tangannya terkepal erat.

Elizabeth mengabaikannya dan tidak melepaskan pelukannya pada Derek. Gadis itu membalas tatapan ayahnya dengan kemarahan yang sama.

"Kau mendengarku dengan benar, Ayah." Elizabeth berkata tanpa gentar. "Pria yang hampir kau bunuh ini adalah suamiku. Menantumu sendiri."

"Kau...." Howard mengangkat tangannya dengan murka. Untung saja, Liam segera menahan pria itu.

"Howard, dengarkan dia dulu."

"Apalagi yang harus kudengar?!"

"Howard." Liam memberi penekanan kepada ucapannya. "Biarkan Elizabeth bicara. Tidak di sini. Lebih baik kita pulang."

"Aku tidak akan pergi tanpa dia!" Elizabeth mengencangkan rangkulannya pada Derek mendengar kata-kata Liam.

Kakak iparnya itu berjongkok agar pandangan mereka berdua sejajar.

Cold Hearted ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang