Bab 6

333 68 13
                                    

"Coba gerakkan kakimu."

Elizabeth melakukan yang diperintahkan oleh Derek dan menggerakkan kakinya. Sedikit nyeri tapi tidak seberapa. Dia yakin bahwa dirinya sudah dapat berdiri tanpa mengernyit kesakitan. Lagi pula, bengkaknya sudah mengempis sejak kemarin.

"Kau mau mencoba berdiri?"

Gadis itu mengangguk untuk menjawab pertanyaan Derek. Dia mengulurkan tangan agar dapat memegang bahu pria itu sebagai tempat untuk menyangga tubuhnya, tapi Derek bergerak menjauh.

"Berpeganglah pada pohon di sebelahmu. Setelah itu, angkat tubuhmu pelan-pelan."

Lagi. Derek menghindari sentuhannya. Sejak kejadian di sungai beberapa hari yang lalu, Derek tidak pernah menyentuhnya bila tidak diperlukan. Ataupun bicara padanya. Ataupun membalas tatapannya. Pria itu bersikap seperti Derek yang dikenal Elizabeth sebelum ini, kembali terlihat menyembunyikan emosinya. Mata Derek juga tidak pernah berubah warna lagi. Masih campuran warna cokelat, hijau, dan kuning. Tanpa ada warna yang dominan untuk menunjukkan apa yang tengah pria itu rasakan.

Elizabeth meraih pohon di sampingnya lalu mencoba menarik tubuhnya berdiri. Dia bisa melakukannya. Gadis itu mencoba melangkahkan kaki, dan ... berhasil! Namun setelah tiga langkah yang terlalu bersemangat, tubuhnya limbung sehingga Derek langsung menangkapnya.

"Pelan-pelan."

Elizabeth dapat mendengar suara Derek yang begitu dekat dengan telinganya. Dia tidak dapat mencegah rona yang mulai muncul di wajahnya. Apalagi dengan posisi tangan pria itu yang berada tepat di bawah payudara miliknya.

"Kalau kau membiarkan aku berpegangan padamu, mungkin aku tidak akan sampai jatuh." Elizabeth berkata kesal.

Derek hanya mengangkat sebelah alis untuk menanggapi kata-katanya. Dia tahu apa yang dia katakan tidak masuk akal. Namun sikap Derek yang seakan tidak peduli, membuat Elizabeth diliputi kejengkelan. Dan ternyata, dia bukan satu-satunya orang yang merasakan hal itu.

"Seingatku, kau tidak suka kusentuh, Bella. Jadi, jangan salahkan aku kalau menghindarkanmu dari tanganku yang menurutmu menjijikkan." Derek berkata sinis.

"Jadi, kau mengaku kalau beberapa hari ini kau menghindariku?" cecar Elizabeth.

"Kenapa aku harus menyembunyikannya? Kurasa kau cukup cerdas untuk menyimpulkan sendiri."

Elizabeth menatap Derek dengan marah. Meski dia cukup lega karena Derek tidak lagi bersikap dingin, tapi kata-kata pria itu sungguh menyulut emosinya. Padahal kalau gadis itu mau menelaah situasi mereka saat ini, mungkin dia akan tertawa. Karena dia dan Derek sedang saling menatap lawan masing-masing dengan pandangan sengit. Namun pose mereka seperti sepasang kekasih yang sedang berpelukan mesra.

"Aku hanya bertanya-tanya, Derek." Elizabeth berkata tidak kalah sinis. "Kukira kau adalah penjahat sama seperti teman-temanmu. Jadi, aku tidak mengharapkan sikap seorang pria terhormat darimu. Aku tidak akan terkejut kalau kau memaksakan kehendakmu padaku. Karena itulah yang dilakukan oleh orang-orang seperti kalian!"

Tiba-tiba Derek mencengkeram tengkuknya. Begitu kuatnya hingga rambut Elizabeth ikut tertarik, membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Kau bisa menyebutku apa pun. Apa pun, Bella." Suara Derek begitu rendah dan mengancam. "Tapi aku tidak akan pernah menyentuhmu dengan cara itu. Aku. Bukan. Pemerkosa."

Cengkeraman Derek sedikit mengendur ketika melihat raut kesakitan di wajah Elizabeth, meski pria itu belum selesai bicara.

"Dan saat aku bisa memilikimu, itu karena kau sendiri yang datang sambil merangkak kepadaku. Memohon agar aku memberimu kepuasan."

Cold Hearted ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang