Epilog

755 84 20
                                    

Udah sampe bagian epilog.. Makasih yg udh ngikutin dari awal y.. C u in the next story😘...

—————————————————————

Elizabeth tengah mengeluarkan roti terakhir dari panggangan saat melihat makhluk kecil itu berkelebat. Dia tersenyum melihat usaha makhluk itu untuk menyembunyikan diri di balik kursi agar tidak terlihat. Usaha yang cukup cerdas mengingat makhluk itu baru saja menginjak usia tiga tahun musim gugur ini.

"Sepertinya ada yang tidak sabar untuk mencicipi roti ini sebelum yang lain?" Elizabeth berkata tak acuh sambil berpura-pura tidak menyadari kehadiran 'penyelinap' di dapurnya. Dia dapat mendengar suara terkesiap yang mati-matian berusaha diredam oleh makhluk kecil itu.

"Mungkin aku akan memberikannya asalkan dia mau membantuku membawa roti-roti ini ke taman."

"Sungguh?"

Kepala kecil berambut cokelat gelap menyembul keluar dari balik kursi makan di belakang Elizabeth. Mau tidak mau Elizabeth tersenyum lebar dibuatnya.

"Di situ kau rupanya." Elizabeth berusaha menunduk dengan perut hamil besarnya untuk mencubit dengan gemas anak laki-laki di hadapannya. "Seharusnya kau bersama Ayah, Luca."

Pipi tembam Luca menggembung kesal. Anak itu melipat tangan di depan dada sambil berkata dengan wajah cemberut. "Ayah sedang main dengan Demi dan Sera. Aku tidak diajak."

"Kau yakin Ayah tidak mengajakmu ikut main?" Elizabeth bertanya penuh selidik dengan alis terangkat. Membuat Luca berdiri gelisah di tempatnya.

"Sebenarnya...."

"Dia tidak mau jadi naga." James muncul di pintu dapur dengan dua orang gadis kecil di dalam gendongannya. Kedua gadis itu mengenakan mahkota bunga di kepalanya dan salah satu dari mereka memegang pedang kayu di tangan.

"Aku mau jadi pangeran!" Luca berujar ketika melihat kemunculan Ayah dan kedua kakak perempuannya.

"Kau terlalu kecil." Seraphina, yang baru berusia enam tahun dan merupakan yang tertua, menggelengkan kepala tidak setuju. Menyebabkan rambut ikalnya bergoyang ke kanan dan ke kiri.

"Kalau kau yang jadi pangeran, maka kami berdua pasti sudah dimakan naga." Demetria mengangguk setuju. Usianya yang hanya terpaut satu tahun dengan Seraphina, membuat kedua gadis itu hampir kompak dalam segala hal. Apalagi perawakan mereka begitu mirip, dengan rambut yang sama-sama berwarna pirang keemasan.

"Aku bisa mengalahkannya kalau yang jadi naga bukan Ayah." Luca masih bersikeras dengan keinginannya.

"Ayah tidak boleh jadi naga. Dia harus menjadi pangeran. Karena dia harus melindungi kami berdua dan kami butuh orang yang kuat seperti Ayah." Demetria kembali mengangguk-angguk yang juga diikuti oleh Seraphina.

"Aku juga kuat." Luca membusungkan dada, berusaha membuat bagian tubuhnya itu terlihat lebih besar daripada seharusnya.

Seraphina dan Demetria melakukan gerakan mencibir yang sangat mirip. Bibir Luca bergetar, sebelum akhirnya dia memenuhi dapur dengan suara tangisan kencangnya.

"Ssshhh ... Sayang." Elizabeth menunduk seraya mengelus rambut cokelat Luca. Anak itu berbalik dan membenamkan wajahnya di rok gaun Elizabeth sambil terus menangis tersedu-sedu.

"Kalian tidak boleh melakukan itu. Minta maaf kepada adik kalian." James berkata dengan nada penuh peringatan kepada kedua putrinya.

Seraphina dan Demetria cemberut, tapi segera mematuhi kata-kata ayah mereka.

"Maafkan kami, Luca," ujar mereka berdua secara bersamaan.

James menurunkan kedua anak dalam gendongannya kemudian berjongkok sambil memanggil putra bungsunya. "Luca, kemarilah."

Cold Hearted ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang