XVIII. Berhenti Di Kamu

799 139 174
                                    




📙
-boleh minta komentarnya yang banyak? Aku lagi membutuhkan cinta yang banyak dari Wonderer semuanya!
Aku maksa, aku bilang 😆-









"Jadi... mulai hari ini, ya?"


Jaemin mengangguk malu-malu sebagai jawaban, tatapannya pun tidak membalas sang lawan bicara.


"Apa kau sudah mempersiapkan semuanya, Jaemina?"


"Sudah, Huang Seonsaengnim. Saya juga sudah mengajari beberapa hal penting kepada part-timer yang akan menggantikan saya setelah ini," jawab Jaemin, tersenyum ceria.

Tuan Huang balas tersenyum. "Aku hanya perlu menandatangani surat ini, bukan?" Ia membaca lembaran terakhir dari surat izin yang berada di genggamannya sedari tadi. "Atau ada lagi yang kau butuhkan, Jaemina?"


"Tidak ada yang lainnya, Seonsaengnim."


"Ah, begitu..." Tuan Huang membubuhkan tanda tangan di dalam kolom yang bertuliskan namanya lalu kembali tersenyum, lebih lebar kali ini. "Apa cukup hanya sembilan puluh hari? Dan... kau akan kembali ke sini, 'kan?"


"Itu adalah ketetapan dari pemerintah, Seonsaengnim. Dan, ya, jika Anda mengizinkan, saya akan terus bekerja di sini setelah selesai liburan panjang saya," jawabnya dengan tawa simpul di akhir kalimat.


Tuan Huang ikut tertawa lalu menghela nafas panjang yang berkesan penuh kekhawatiran. "Jangan lupa untuk mengabari jika kau sudah melahirkan, okay? Dan jangan lupakan untuk selalu menjaga kesehatanmu. Itu yang terpenting."


"Baik, Seonsaengnim, terima kasih banyak atas segala kebaikan yang Anda berikan selama in—"


"Jangan berbicara seperti itu. Berbicara seolah kau tidak akan kembali. Aku tidak suka." Tuan Huang menekuk wajahnya masam.


Jaemin terkekeh lirih. "Maaf, Seonsaengnim." Ia melirik arlojinya. "Kalau begitu, saya pamit undur diri."


"Hh... benar, sudah waktunya kau untuk pulang." Tuan Huang bangkit berdiri lalu mengulurkan tangannya. "Ingat, kau harus memberi kabar kepadaku dan rekan-rekan kerja lainnya."


"Baik, Seonsaengnim. Sekali lagi, terima kasih banyak."


Dengan ini, Jaemin menjabat uluran tangan Tuan Huang lalu bergegas keluar untuk berpamitan dengan Soojin dan Donghyun.


Ya, hari ini adalah hari terakhir Jaemin bekerja di klinik. Bukan karena ia mengundurkan diri atau dipecat, tetapi karena ia mengambil jatah maternity leaves-nya selama 90 hari ke depan.


Sama seperti Tuan Huang, Soojin dan Donghyun pun ribut mengingatkan Jaemin untuk selalu mengabari mereka, terutama saat ia melahirkan.


Begitu pula dengan Jimin, walaupun ia terlihat sedikit acuh, tetapi ia memberikan hadiah berupa sepasang sepatu rajut kepada teman seangkatannya itu.


"Kau tidak memberitahuku perihal jenis kelaminnya. Jadi..." Jimin menuding hadiahnya dengan dagu yang terangkat. "Aku memilih warna netral. Jangan protes."


Jaemin tertawa riang. "Terima kasih, Jimin-ah. Kurasa oranye adalah warna yang bagus. Seperti warna matahari."


"Syukurlah kalau kau menyukainya," balas Jimin seraya bersedekap. "Aku mungkin sudah selesai co-ass di sini ketika kau kembali, Jaemina," tambahnya kemudian.


The Chronicles of A Boy : The Living RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang