XXXIII. Sudah Biasa

761 127 140
                                    




📙
(Terima kasih sudah bertahan bersama kami sampai di sini. Semoga belum bosan, ya ❤)









Suhu rendah yang mampu menggigilkan suasana menyambut pagi keluarga kecil Lee hari ini.


Jaemin, yang pertama bangun, bergegas memeriksa ketiga bayinya; si Kecil di baby crib-nya lalu beralih kepada si Kakak dan si Sulung (re: Lee Jeno).


Ketiganya masih terlelap dengan pulas; terutama Jeno, yang tampaknya tidak terusik sama sekali dengan Jisung yang tidur di atas dadanya itu.


Selesai mengumpulkan niat untuk membuka hari, Jaemin pun turun dari ranjang dan berjinjit keluar dari kamar.


Sebelum ia menuju dapur, ia menyempatkan diri untuk berhenti di cork board. Terdiam sejenak menatap kalender sebelum akhirnya merobek selembar untuk mengganti hari yang sudah terlewati.


"Hm... Januari sudah lewat setengah ternyata..." gumamnya lirih saat menyadari tanggalan yang sudah memiliki dua angka.


Iya, waktu memang berlalu begitu cepat. Sepertinya baru kemarin ia ribut menyiapkan chuseok dan natal, sekarang sudah hampir menyambut seollal.


"Masak nasi, goreng ikan, sup tofu, susu..." Jaemin mendikte satu persatu daily mission-nya dengan tangannya yang cekatan menakar beras.


Sambil mencuci beras di bawah curahan air keran, ia melayangkan tatapannya keluar jendela.


Di luar, bumi sudah berselimut putih nan dingin alaminya. Tidak tebal, tetapi cukup untuk menciptakan kolase tentang musim dingin sejati.


"Miiiiii~"


Jaemin menoleh, mendapati Jisung yang tengah berjalan menghampirinya sambil menyeret boneka Nemo.


"Jal jasseo? Susu, eum?" tanyanya, mengusap wajah bundar Jisung, sementara si Empunya tengah menguap dengan lebar.


"Miii... Hae bobo. Kaka tadi ciom dikit tlus kata Pipi ajimaa... tlus Kaka tulun cali Mimi. Bole ciom Hae ndeeee?"


Jaemin tertawa kecil mendengar penuturan Jisung. Memang agak ribet, tetapi dia bisa menangkap apa inti dari laporannya itu.


"Ciumnya dikit saja, di pipinya Adik Hae. Di ppoppo, jangan dihisap. Oke, Boss?"


Mengangguk dengan kedua mata yang masih terpejam, Jisung lalu melingkarkan kedua tangannya di leher Jaemin. "Mimi ppoppoo..." pintanya seraya menangkup wajah Miminya itu lalu mengecup pipinya dua kali.


"Gomawooo..." balas Jaemin seraya hendak melepaskan diri dari dekapan Jisung, tetapi si Jagoan Neon punya ide yang lain.


Dan akhirnya, mau tidak mau, ia menggendong Jisung di punggungnya sambil melanjutkan memasak sarapan.


"Kakak bobo lagi di dalam kamar sama Pipi, ya?" pinta Jaemin saat dirasa pinggangnya sudah mulai terasa pegal.


Jisung menjawabnya dengan gelengan dan rengekan lirih.


"Duduk di kursi, minum susu sama biskuit, oke?"


"Silheo... eum... silheo..."


Memilih mengalah, Jaemin melanjutkan pekerjaannya sambil tetap menggendong Jisung.


Di sela gerakannya memotong sayuran, ia bisa merasakan bagaimana jemari si Kakak menari di helaian rambutnya; memelintirnya dan juga merasakan permukaan kenyal pipinya itu yang menempel lekat di lehernya. Perlu diketahui, ini adalah salah satu kebiasaan Jisung sedari dulu.


The Chronicles of A Boy : The Living RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang