VIII. Mimpi Yang Sempurna

956 161 69
                                    




📙










"Mimi kenapa, Piii?"


Sedari tadi Jisung sibuk menanyai pertanyaan yang sama, sejak Jaemin terus-terusan memuntahkan kembali hampir semua menu sarapannya pagi ini.


Dan Jeno hanya bisa menjawabnya dengan alasan yang singkat, padat, sedikit berbau kebohongan.


"Hae lagi nakal, makanya Mimi sakit, Kak."


Begitu, berulang kali—setiap kali pertanyaan itu terulang kembali dari bibir jagoannya itu.


Meskipun ia bisa meyakinkan Jisung perihal kenapa Miminya terus-terusan muntah dan mengeluh pusing, Jeno tahu—sadar, kalau ini bukanlah sekedar morning sickness.


Karena dari beberapa artikel dan buku panduan tentang kehamilan yang diberikan—ehem—Renjun untuknya, dia tahu kalau morning sickness biasanya hanya berlangsung sampai minggu kesembilan.


Sementara Jaemin, kandungannya sudah memasuki minggu ketiga belas—kalau Jeno tidak salah menghitung.


"Masih pusing?" tanyanya ketika Jaemin selesai menyeka wajahnya dengan handuk kecil.


Yang ditanya mengangguk pelan. Wajahnya pias dan kantung matanya menghitam.


"Minta libur dari Klinik, ya? Pipi yang minta izin habis ini." Jeno membantu Jaemin berjalan kembali ke kamar dengan Jisung yang bergelayut di punggungnya.


"Soojin Noona libur, Pi. Mimi tidak bisa minta tukar mendadak," tolak Jaemin seraya membuka lemari pakaian.

Jeno lekas menghentikan gerakannya mengambil cardigan untuk pergi bekerja. Tatapannya tertancap pada sepasang kelereng favoritnya yang tengah meredup. "Gwaenchanha..." bujuknya. "Soojin Noona pasti mengerti."


Sedikit terpaksa, Jaemin akhirnya membiarkan Jeno merebahkan dirinya di ranjang dan menyelimutinya dengan rapat. Jisung menyusul untuk berbaring di sebelahnya kemudian.


"Pipi telepon Klinik dan Soojin Noona dulu, ya," pamit Jeno seraya beranjak keluar kamar.


Sepeninggal Jeno, Jaemin menatap si Kecil yang tengah menarikan jemari di permukaan perutnya sembari mengoceh; mengajak bicara sang adik.


"Kakak," panggil Jaemin.


"Ndeeeyy~"


"Kakak nanti pergi sekolah sama Pipi, ya. Jangan nakal. Oke, Boss?"


Jisung mengangguk cepat. "Syap, Byosss!" Jemarinya merangkak naik dan berhenti di dahi Jaemin yang penuh dengan peluh. "Mimi manii apayo, eum?" tanyanya, menyeka keringat Jaemin dengan ujung duvet.


"Mimi badannya panas, euing~ Mimi mam es clim banyak-banyak, tyus main ampe mayem, tyus angis-angis, tyus nda amu mamam, hayoo!" cerocos si Kecil dengan bibir yang mengerucut sebal. "Hae-do, mani apa, eum?"


The Chronicles of A Boy : The Living RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang