II - Endure

53 14 3
                                    

KST, November 2019

Kicauan burung pagi hari dipenghujung musim gugur tahun ini terdengar nyaring ditelinga. Mendungnya langit tidak menjadi penghalang unggas itu untuk menikmati hari panjang dibulan ini.

Seoul dengan kecantikannya masih sama seperti hari-hari yang lalu. Selalu menjadi pusat perhatian negeri ginseng itu. Semuanya nampak sejahtera dan bahagia.

Namun tidak dengan seorang pemuda yang kini duduk sambil meremas rambutnya. Sesekali ia bernafas kasar juga memejamkan matanya berusaha menenangkan diri.

Hampir satu jam baik dokter maupun suster belum memberikan penjelasan untuknya, sedangkan serangkaian test sudah mereka lakukan yang membuat hati pemuda itu semakin gundah.

Mencoba menepis pikiran buruknya yang kini berlalu lalang seenaknya diotak pria itu.

Tak lama seorang dokter keluar dari ruang laboratorium dan duduk dihadapan Bangchan, ia menghela nafas kemudian membuka sebuah map hasil pemeriksaan pasiennya.

"Jadi bagaimana?" tanya pemuda itu.

"Hemoglobin nya 7.5, hematrokrit 30% lalu trombosit—"

"Dokter tolong intinya!" potong Bangchan tidak sabar.

Jinyoung menghela nafas lalu menutup berkas itu. Ia menyingkirkan segala pikiran buruknya setelah Bangchan tahu fakta Jisung. Bagaimana pun juga ini terasa deja vu baginya.

"Aku minta maaf. Jisung terkena leukemia limfloblastik akut, stadium dua. Mungkin ini faktor keturunan yang sama terjadi seperti kembaran nya."

Deg

Dibalik pintu sana seseorang membulatkan mata. Nafasnya memburu menahan air mata yang kapan saja bisa lolos.

Lalu dengan Bangchan, otak pemuda kelahiran bulan Oktober itu blank, masih mencerna ucapan Jinyoung yang sama seperti dua tahun yang lalu.

"S-stadium dua?" Jiyoung mengangguk pasrah.

Bangchan meremang, berarti sebelum kematian Felix, Jisung sudah mengidap penyakit yang sama.

"Jinyoung, jangan bercanda!"

Tatapan Bangchan penuh kecewa, dokter muda itu menggeleng kemudian memberikan berkasnya sambil bertanya.

"Apa Jisung pernah mengatakan pada kalian tentang keluhannya? Aku masih butuh waktu untuk mencari sumber utama nya."

Bangchan diam. Jisung memang tidak pernah mengeluh, atau mereka terlalu sibuk mengurus Felix hingga melupakan adiknya yang sama kesakitan?

Bangchan terus membaca laporan itu dengan seksama yang membuat hatinya makin tercubit. Tangan kekarnya memutih menahan emosi, ia meremas ujung berkas dan bertanya dengan harapan.

"Jisung bisa sembuh, kan?"

Bangchan harus yakin. Jisung adiknya itu kuat, lagian ini masih stadium dua, masih banyak usaha yang bisa ia lakukan untuk Han Jisung, kan?

'Dokter hyung! bukannya kanker itu gak bisa disembuhin ya? '

Jinyoung menghela nafas berat yang membuat keyakinan Minho diluar sana juga Bangchan runtuh. Ucapan Felix dulu kini terus terngiang dikepalanya.

'Kemoterapi itu sakit! ia tidak bisa menyembuhkan, kemoterapi itu hanya untuk memperpanjang usia kita sebentar.'

Tidak, Jinyoung tidak ingin gagal kali ini. Ia harus menunjukkan pada Felix bahwa kembarannya itu bisa sembuh.

"Jisung mengalami gejala pembengkakkan getah bening. Chan... kau sendiri tahu bahwa kanker tak memiliki obat yang menjamin, kita hanya bisa melalukan transfusi darah dengan rutin, beberapa terapi seperti radioterapi atau kemoterapi untuk membunuh penyebaran sel kanker nya."

ENDURE - Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang