IV. Endure

56 7 1
                                    

Dulu, jauh dimana Changbin masih mengenal luka hanya sebatas goresan pada tubuh, mengenal hancur hanya sebatas rusaknya mainan, ia selalu bahagia. Jauh sebelum umpatan kasar yang terlontar, bibir itu selalu dihiasi oleh senyuman.

Mata tajam yang dulunya berbinar juga sosok ceria dan perhatian kini telah terkubur dalam oleh sikap keras angkuh dan dingin.

Setelah kematian Felix, Changbin sangat tertutup. Enggan menjadi sosok lembut lagi yang mau menemani adik adiknya hanya sekedar bermain dan belajar.

Dan kini Jisung baginya hanyalah orang asing yang tak sengaja satu atap.

"Hahaha... Soonie ayo terus jilati dia."

"Yak! geli..."

Dalam diam Bangchan terus melihat sosok itu yang tengah anteng memperhatikan kedua insan dihalaman sana.

Pemuda 25 tahun itu enggan mendekat, ia membiarkan Changbin berkeliaran di lamunannya.

Dalam hati ia senang karena adik keduanya itu memperhatikan Jisung walau dalam diam, setidaknya Changbin masih menyayangi Jisung walau tak sebesar dulu.

Senyum itu terukir hingga perlahan luntur ketika Changbin mendekati Jisung dan tiba tiba memukulinya.

"Hyung! sakit hiks-hentikan..."

"Berisik sialan!"

Bangchan ingin menolong, namun entah mengapa kakinya enggan maju barang selangkah saja. Dan disana Jisung melihat dirinya dengan tangisan pilu seolah meminta pertolongan.

"H-hyung tolong..."

"Hentikan, Changbin!"

"Hiks... hyung tolong.."

"Hyung.."

"Bangchan Hyung!"

Bangchan bangun dari tidur siangnya dengan nafas yang memburu, sedangkan Jeongin memandang dirinya dengan khawatir karena terus bergumam tidak jelas.

"Hyung baik?"

Pria itu melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 17.30, sudah sore rupanya. Mengangguk samar dan bernafas lega lantaran semuanya hanya mimpi.

"Maaf Jeong, aku mimpi buruk."

Hening beberapa saat.

"Kata temanku, kalau orang mimpi buruk tandanya ia sedang kelelahan, apa hyung lelah bekerja?"

Bangchan terkekeh, "Semua pekerjaan pasti lelah, Jeong, tapi semua kelelahan itu bisa hilang dengan melihat orang yang kita sayang bahagia karena kerja keras kita."

═━═

"Hannie, tungguin."

Pemuda berpipi chubby itu menghentikan langkahnya kemudian menatap kesal yang lebih tua beberapa bulan darinya.

"Sudah kubilang berapa kali, Ja-"

"-Jangan memanggilku dengan sebutan Hannie."

Jisung merotasikan bola matanya malas, ini hari pertama ia sekolah kembali setelah satu minggu izin, namun ia sudah dibuat kesal oleh Hwang Hyunjin yang selalu mengganggunya sedaritadi.

"Memangnya kenapa? Hannie nama panggilan yang paling bagus."

"Tapi itu untuk perempuan!"

Suara cempreng Jisung menggema disepanjang koridor, untung sepi. Ia kemudian meninggalkan Hyunjin yang masih tertawa.

ENDURE - Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang