"Aku ingat," Raut wajah [Name] berubah menjadi menakutkan bagi golongan suami takut istri seperti Shuji. [Name] menghembuskan nafas pelan, baru ia akan kembali membuka suara. "Tadi malam, kau ngapain?"
Shuji ingat, sadar, dan tidak mengigau jika tadi malam ia diam-diam membuat kopi saat terbangun--bukan, ia memang niat bangun. Kemudian laki-laki itu lanjut menonton pertandingan sepak bola di televisi. Tetapi bukan itu yang menjadi permasalahan hingga harus mendengar omelan istri.
Tidak hanya lupa mengembalikan toples gula pasir kedalam lemari, Shuji juga lupa menutupnya. Ia sudah sangat excited menonton pertandingan sepak bola sembari menyesap rokok dan meneguk secangkir kopi. Hingga toples gula pasir itu kini berisi ratusan semut yang entah datang dari mana.
"Hanya memb--"
Tidak baik menyela ucapan orang, tetapi [Name] terlanjur kesal. "Membuat kopi, lupa menutup toples gula pasir, merokok dalam rumah, menonton sepak bola hingga pagi."
"Jika sudah tahu, kenapa bertanya?" Shuji benar. Tetapi saat ini, ia bernafas saja salah di mata [Name].
[Name] diam, tidak tahu harus menanggapi hal itu bagaimana. Pandangannya beralih menatap toples gula pasir yang kini dikerubungi semut.
"Tinggal beli yang baru, selesai. Kau tidak perlu marah-marah, karena wajahmu justru terlihat seperti bocah saat memarahiku." Shuji tersenyum simpul, kemudian menyentil dahi [Name]. "Itung-itung sedekah dengan semut."
Ucapan Shuji membuat [Name] geleng-geleng kepala. Kemudian ditambah dengan hal yang di lakukan laki-laki itu setelahnya, [Name] semakin tidak bisa berword-word.
Shuji yang tiba-tiba saja menulis kata 'Garam' dalam label kertas, kemudian menempelkannya pada toples gula pasir. Laki-laki itu berkata; "Aku tahu kau cukup pintar. Jika hanya membedakan gula dan garam tentu saja hal yang mudah. Jadi ini untuk prank semut, mereka tidak suka garam 'kan?"
[Name] tersenyum tertekan. "Terserah kau saja, aku lelah."