"Sedang apa?"
Shuji menolehkan kepala ke sumber suara. Nampak wanita yang sudah mengenakan baju tidur berjalan mendekatinya dengan seulas senyum tipis terus menghiasi wajah cantiknya.
"Melamun?" [Name] kembali bertanya karena Shuji tak kunjung menjawab. Mengulurkan tangan, berniat mencubit pipi Shuji untuk membuyarkan lamunannya. Namun, Shuji justru sudah lebih dulu menarik tangannya, membuat dirinya terhuyung dan jatuh di pangkuan sang pemuda.
"Yeah..." Ucap Shuji seperti tengah menahan sesuatu. Oh—mungkin miliknya terjepit, eh.
[Name] terkikik geli kemudian beranjak, menyadari adanya sesuatu yang tidak beres. "Dasar, mesum."
Shuji ikut beranjak seraya terkekeh pelan. Akhir-akhir ini pekerjaan kantor terlampau sibuk, membuatnya tidak mempunyai waktu walau hanya sekedar berduaan dengan sang istri. "[Name]?"
[Name] menoleh, memiringkan kepalanya heran. Ia juga sedikit salah tingkah, sebab Shuji yang tiba-tiba saja meraih tangannya dan mencium punggung tangannya.
"Aku mencintaimu, [Name]. Benar-benar mencintaimu"
[Name] hanya diam, jarang sekali Shuji mengatakan hal-hal seperti itu--atau malah tidak pernah. Dulu ketika masih pacaran pun, Shuji tidak pernah berkata 'aku mencintaimu'. Tentang malam itu, Shuji yang berhalu hingga kakek-nenek tak lain karena ia mengira jika [Name] sudah tertidur.
"Jangan diam saja, katakan sesuatu, [Name]! Aku nyaris mati malu." Shuji memalingkan wajah dengan semburat merah yang menjalar hingga ke daun telinganya. Ia harus berterima kasih kepada malam--juga langit mendung yang membuat kemungkinan [Name] tidak akan menyadarinya.
"Tiba-tiba jantungku berdetak kencang." Ucap [Name], merasakan detak jantungnya yang terkesan seperti baru selesai lari marathon.
Padahal sudah menikah, tetapi mereka berdua justru terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang kencan untuk pertama kalinya. Malam ini di akhiri dengan gelak tawa [Name] yang mengudara karena menyadari wajah bersemu Shuji Hanma.
"Walaupun tingkahmu sering membuatku darah tinggi, tapi, aku juga mencintaimu."
- end -