[9/10]

4.3K 873 55
                                    

"Harus ku bilang berapa kali lagi, aku sudah punya istri," Shuji menghembuskan nafas gusar menahan amarah. Ingin sekali ia menampar perempuan di depannya. "Aku tidak akan tergoda dengan perempuan seperti mu, istriku lebih---"

"Tapi aku mengenalmu lebih dulu, dan ya, aku lebih berguna." Perempuan itu merupakan teman kecil Shuji sekaligus sekretaris baru---menggantikan sekretaris lama yang terpaksa resign. Maksud dari perkataan bahwa ia lebih berguna tak lain karena hasil pekerjaannya selalu memuaskan.

Shuji mengakui jika perempuan itu jenius, tetapi otaknya terlalu kecil. Selalu saja menggoda dan berkata hal-hal menghasut untuk meninggalkan [Name]. Tetapi Shuji sudah menyadari jika niat awal perempuan itu hanya menginginkan uang miliknya.

Shuji menyeringai kala melihat seorang yang sejak tadi ditunggu-tunggu sudah berada di ambang pintu. Lantas, ia menganggukkan kepala, bersiap untuk melihat tontonan gratis.

Melihat Shuji yang menyeringai ke arah pintu, perempuan tadi membalikkan badan. Nampak seorang wanita yang melambaikan tangan kearahnya seraya menyapa dengan kata; hai.

"Kau lama sekali, [Name]." Shuji beranjak, menghampiri sosok sang istri yang tengah berjalan mendekati meja kerjanya.

Shuji memang sudah mengatur strategi untuk membuat hati perempuan itu terbakar--entahlah, yang jelas Shuji ingin sang sekretaris menyerah akan usahanya untuk mengganti kedudukan [Name]. Syukur-syukur ia juga meminta resign dari pekerjaan menjadi sekretaris pribadi Shuji Hanma.

"Sudah tidak cantik, suka suami orang lagi." Sebenarnya [Name] tidak tega mengatakan hal ini, tetapi semalam Shuji terus memohon dan memaksanya. Bahkan sedari tadi ia terus mengumpati sang suami dalam hati.

Shuji berusaha menahan tawanya saat melihat wajah [Name]. Mungkin nanti setelah sampai rumah, ia akan tertawa terbahak-bahak.

"Di depan istriku, aku memecatmu. Mulai besok kau tidak usah datang ke--" Tidak perlu menyelesaikan ucapannya, sebab perempuan yang ingin menjelma menjadi pelakor itu sudah keluar dari ruang kerja Shuji. Sadar diri mungkin?

[Name] melotot tak percaya. Padahal kemarin Shuji sudah mengiyakan permintaannya untuk tidak memecat perempuan itu lantaran kasihan. [Name] percaya jika Shuji tidak akan termakan godaannya.

"Lihat! Dia sudah keluar sendiri." Shuji tertawa pelan. Kenapa tidak dari kemarin-kemarin?

"Kau tidak kasihan dengannya?"

𝐖𝐈𝐅𝐄 » shujiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang