Sabtu. Hari yang ditunggu-tunggu oleh sebagian orang, tak terkecuali Shuji Hanma. Hari Sabtu membuatnya bisa mengistirahatkan tubuh serta pikiran dari lelahnya kesibukan kantor. Rasanya lebih menyenangkan hari Sabtu ketimbang hari Minggu. Sebab, hari Minggu justru akan membuatnya berhadapan dengan realita bahwa esok adalah hari Senin. Entah dengan keterpaksaan atau keikhlasan, yang jelas ia harus kembali menyibukkan diri dengan pekerjaan.
Kegiatan bermalas-malasan nya terusik, kala mendengar sang istri memanggil. Shuji meletakkan ponselnya di atas nakas sebelum beranjak. Melangkahkan kakinya menuju dapur, tempat dimana [Name] berada.
"Apa?" Tanyanya ketus. Sungguh, nada bicara yang sangat berbeda dengannya sesaat sebelum tidur. Kenapa kepribadian Shuji di siang hari dan malam hari berbeda?
[Name] tersenyum cerah, berbeda dengan ekspresi wajah makhluk di sampingnya yang seolah bosan hidup. "Tidak mau membantuku?"
Dilihat dari alat dan bahan yang berada di atas meja, sepertinya [Name] ingin membuat kue. Lantas Shuji berkata sesuai isi hatinya, "Malesin."
Lihat! Ekspresi senyum cerah itu berubah seketika. Rasanya [Name] ingin melemparkan telur ke wajah Shuji--tidak, terlalu sayang jika telur di lempar ke wajahnya. Lebih baik pisau saja 'kan?!
Tragedi toples gula pasir berganti menjadi sarang semut masih membekas di hati kecil [Name], kemudian tidur nyenyak nya terganggu, hingga kini ditambah dengan kata 'malesin' saat diajak membuat kue. [Name] tidak habis pikir, kenapa ia menyukai laki-laki seperti Shuji?
Mungkinkah Shuji sudah rela repot-repot pasang pelet premium untuk [Name]?
"Ya, lagipula jika kau membantuku justru semakin merepotkan." Padahal tadi [Name] sempat membayangkan bagaimana mengasyikkannya membuat kue bersama Shuji. Beberapa keisengan juga sudah ada di otaknya.
"Benar--" Sadar diri, atau memang malas?