[5/10]

4.9K 997 53
                                    

Shuji menolehkan kepala ke samping, tempat dimana [Name] tidur. Wanita itu sudah terlelap dengan ketenangan. Sedangkan Shuji justru masih terus terjaga. Mungkin azab karena sering membohongi sang istri dengan pura-pura tidur, kemudian bangun untuk menonton sepak bola sembari merokok.

"[Name]," Panggilnya, walau tahu jika wanita itu tidak akan menyahut. Jika [Name] menjawab, kemungkinan justru akan terjadi perang dunia ke dua setengah, sebab seorang telah mengusik tidurnya.

"Boleh peluk?" Shuji meminta dengan sedikit keraguan. Kemudian tertawa pelan dan langsung memeluk tubuh wanita di sebelahnya. "Bodoh! Ngapain izin padahal sudah menjadi milik sendiri?"

"Kau terlalu erat." [Name] mecoba melepaskan tangan Shuji yang terus melingkar di perutnya dengan kedua mata tetap terpejam.

Mendengar hal tersebut, Shuji mengerjapkan matanya berulang kali. Mungkinkah perang dunia ke dua setengah benar-benar akan segera terjadi?

"Eh--apa aku membangunkan mu?" Tanyanya selembut mungkin.

"Tidak, kau hanya membangunkan arwahku," Jawab [Name], memaksa kedua mata itu terbuka walau rasa kantuk kian menjadi--hanya untuk melihat pelaku yang tega mengganggu tidurnya. "Kasian sekali, kau jadi duda."

Shuji menggeleng. Berpikir jika ia salah menikahi orang, atau justru menikahi bocah sekolah dasar. Walaupun ucapannya sering ngelantur dan terkesan ngawur, tetapi [Name] akan menjadi motivator dadakan yang sok bijak jika Shuji berbuat salah. Hal tersebut yang Shuji sukai darinya.

"Jangan mati dulu, aku masih ingin melihatmu menjadi nenek-nenek," Shuji jadi membayangkan bagaimana masa yang akan datang. Padahal anak saja belum punya, tetapi sudah membayangkan hingga kakek-nenek. "Kira-kira bentuk mu berubah seperti apa, ya?"

[Name] mengernyit heran dengan pertanyaan Shuji barusan. Memangnya ia barang yang bisa berubah bentuk? "Tenang saja, aku tetap berbentuk manusia, tidak akan berubah menjadi mermaid."

"Rambutmu sudah berubah menjadi putih, kulit mulai keriput, dan mungkin pandanganmu mulai rabun--"

"Selamat malam." Ucap [Name] sebagai penutup hari setelah mencium pipi Shuji sekilas. Kemudian kembali memejamkan kedua mata.

Biasanya, setelah [Name] menciumnya secara tiba-tiba, Shuji akan langsung diam mematung. Tetapi berbeda dengan saat ini, ia masih lanjut berhalu-ria. "--tapi yang perlu kau tahu jika aku akan tetap mencintaimu."

𝐖𝐈𝐅𝐄 » shujiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang