[7/10]

4.4K 923 42
                                    

Niatnya tidak ingin marah terlalu lama--atau hanya bercanda, tetapi sikap acuh Shuji justru membuat [Name] semakin kesal. Bahkan [Name] sudah terlanjur puasa bicara dengannya. Terus menutup mulut sebelum Shuji mengajaknya bicara terlebih dulu.

Gantian, kini [Name] yang mengacuhkan Shuji.

Jika biasanya [Name] lah yang mengeringkan rambutnya sembari bergurau, kini Shuji harus mengeringkannya sendiri karena sang istri sedang tidak ingin dekat-dekat dengannya. "[Name], nanti aku pulang terlalu larut. Kau tidak usah menungguku."

"Ya." Hanya itu balasan yang [Name] berikan, kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Shuji yang masih sibuk membenarkan kancing kemeja nya.

"Kau mau kemana?" Shuji menahan pergelangan tangan [Name]. Tidakkah ia tahu jika sang istri tengah merajuk?

[Name] melepaskan genggaman tangan Shuji dari tangannya. Bergerak merapikan ranjang tempat tidur. Barulah ia menjawab pertanyaan sang suami. "Menyiram tanaman."

Shuji mengernyitkan dahi keheranan, kemudian kembali mengajukan pertanyaan, "Tidak sarapan?"

"Belum lapar." [Name] langsung pergi menuju halaman rumah. Mungkinkah ia akan menjadi golongan emak-emak yang menomorsatukan tanaman di atas segalanya?

Terus melontarkan kalimat membujuk--bahkan terkesan memaksa agar wanita itu mau sarapan bersama, tetapi pada akhirnya Shuji hanya sarapan sendiri. [Name] terus bersikeras ingin menyiram tanaman lebih dulu dan memberi alasan belum lapar.

Walaupun sedang marah dan kesal, [Name] tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Ia sudah menyiapkan roti isi lengkap dengan segelas susu untuk Shuji.

Hal seperti itu terus berlanjut hingga beberapa hari berikutnya, membuat Shuji depresottt.

𝐖𝐈𝐅𝐄 » shujiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang