10. Moment Haru

168 104 59
                                    

Sekarang Aghni berada di mobil bersama Ailee menuju kediaman temannya itu. Sesekali Ailee bercerita tentang tentang kucing peliharaan nya yang sempat hilang. Ya Ailee memang suka kucing. Tapi dia hanya merawat satu ekor kucing saja.

"Dan lo tau, parahnya gue nemu si Jini di got astaga." ucap Ailee. Jini itu nama kucing peliharaan Ailee.

"Hah?! Kok bisa di got Ai. Terus gimana lanjutannya?" Aghni semangat untuk mendengarkan lanjutan cerita kucing Jini.

"Ya.. gue nyemplung di got itu. Bau nya behh nggak usah ditanya."

"Kan emang aku nggak nanya bau nya!" ujar Aghni polos.

Kenapa anak ini tidak bisa mengerti apa yang diucapkan Ailee. Sudahlah biarkan Aghni berkata sesuka hatinya. Yang terpenting Ailee harus sabar menghadapi kepolosan temannya ini.

Sekarang mereka sudah sampai di depan rumah Ailee. Keduanya turun dari mobil. Aghni menganga melihat kemegahan rumah dari temannya ini. Dia jadi ingat apa yang diucapkan Ailee saat membujuk dirinya.

"Yah.. kok gitu sih. Lo nggak mau ya main ke rumah gue? Iya sih rumah gue nggak gede." cicit Ailee membuat Aghni merasa bersalah.

Kata-kata itu sama sekali tidak seperti apa yang Aghni lihat sekarang. Ini lebih dari kata gede, lebih dari kata besar, dan lebih dari kata big. Ini sih 8 kali lebih besar dari rumah Aghni.

Teriakan Ailee menyadarkan dia dari lamunannya. Buru-buru Aghni mengejar Ailee yang sudah di ambang pintu. Dan saat masuk, rumah ini bak istana yang tersesat di kompleks perumahan. Di dalam sungguhlah fantastis. Nyali Aghni ciut untuk masuk kedalam. Ibarat kan dirinya hanya debu yang salah tempat.

"Ayo Agh, kita ke kamar gue. Nanti gue kenalin sama Jini!" ajak Ailee lalu menarik tangan Aghni agar ikut dengannya.

"Eh aku kan belum izin masuk Ai?" ucapnya. "Ngapain izin kan gue yang punya rumah. Bukan sih, lebih tepatnya Papa gue!" jelas Ailee.

"Nah itu! Jadi aku harus izin Papa kamu dulu!" keluh Aghni. "Papa gue masih kerja, bentar lagi pulang kok. Udah ayok naik tangga kamar gue ada di atas." ujar Ailee diangguki Aghni.

Setelahnya mereka menaiki tangga menuju lantai dua. Saat masuk ke kamar Ailee, dia dibuat kagum dengan desain interior kamar yang bernuansa abu-abu elegan. Kamar Ailee sangatlah bagus. Dan satu lagi disana terdapat tempat tidur khusus untuk Jini.

"Kamar kamu bagus ya serba abu-abu. Kamu suka warna abu-abu?" tanya Aghni sambil melihat-lihat isi kamar Ailee.

"Iya gue suka warna abu-abu karna netral gitu. Biar beda kaya yang lain. Biasanya cewek kan suka warna pink tapi gue nggak. Kalau lo suka warna apa?

Aghni menoleh pada Ailee yang sedang menggendong Jini. "Aku suka warna biru. Eh itu Jini ya?" tanya Aghni menunjuk kucing berwarna putih bersih.

Meow

"Lucu banget Jini. Aku mau gendong boleh?" tanya Aghni. "Iya boleh kok, nih!" Ailee menyerahkan Jini pada Aghni.

"Gue mau ganti baju dulu. Lo mau ganti baju juga nggak? Pakai baju gue." tawar Ailee.

"Mm.. nggak usah aku pakai seragam aja!" jawab Aghni tanpa menatap Ailee. Dirinya fokus bermain dengan kucing putih itu.

"Kamu lucu banget sih kucing. Oh iya Jini ya nama kamu. Bulunya putih. Ekornya panjang. Hidungnya mancung. Tapi kumisnya kok kaya om-om ya lebat dan tebal banget. Padahal kamu kucing betina loh Jin!"

Seperti paham yang dikatakan Aghni. Si Jini lalu mencakar tangannya. Enak aja Jini si betina dikatain om-om. Ya marah lah Jini.

"ADUH!" pekik Aghni terkejut dengan cakaran Jini.

BEDA TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang