Space Cafe, Cafe yang sudah seperti restoran mewah yang bernuansa antariksa. Lengkap dengan miniatur-minatur roket dan juga planet. Langit-langit cafe yang bergambarkan Galaksi Bimasakti mengajak pengunjung menjelajahi angkasa. Tak lupa juga terdapat koleksi baju astronot. Dan foto-foto usang sang astronot terkenal yaitu Robert Grander yang tak lain adalah kakek Stella.
Cafe milik keluarga Stella yang dirilis 10 tahun yang lalu untuk mengenang dan mengingat bagaimana perjuangan untuk menjadi seorang astronot seperti kakek yang meninggal karena suatu misi di planet Mars di usia yang bisa dibilang masih muda yaitu 35 tahun. Meninggalkan anak satu-satunya yaitu Papa Stella di usia 5 tahun.
Stella hanya bisa melihat foto kakeknya di album yang disimpan rapi oleh neneknya. Nenek Stella sekarang masih hidup dan tinggal di rumah kenangan bersama suaminya. Dia tidak ingin meninggalkan rumah itu walaupun Papa Stella telah membujuk untuk tinggal bersama mereka.
Disinilah Kevin berada bersama dengan keluarganya dan juga dengan Mamanya. Dua keluarga berbincang hangat karena sudah lama mereka tidak dalam posisi seperti ini. Kevin duduk di sebelah Stella yang memakai dress selutut berwarna ungu. Kevin akui memang gadis yang berstatus pacarnya ini anggun dan cantik. Tapi perasaan tidak bisa dipaksakan.
Kevin juga tidak ada niatan untuk mencintai Stella. Dia berpikir mungkin drama yang dikendalikan oleh Papa akan selesai sebentar lagi.
"Stella makin cantik aja sayang!" sanjung Mama Kevin pada Stella membuat pipinya bersemu merah.
"Makasih Tante, Tante juga cantik kok." ucap Stella sambil tersenyum manis.
"Kapan-kapan main gih ke rumah Tante nanti masak bareng!" ucap Mama Kevin antusias.
'What masak?! Gue aja nggak pernah ke dapur megang pisau, panci, wajan atau apalah itu. Masa gue yang bagaikan putri raja disuruh masak. Kan nggak banget!' gerutu Stella dalam hatinya.
Berbeda dengan Stella di luar hatinya. Kini dia tersenyum lalu mengangguk. "Iya Tante pasti!"
Kevin menatap Mamanya yang seperti asing baginya. Dia saja tidak pernah merasakan masakan Mamanya. Lagi pula dia tidak tahu apakah Mama bisa masak ataukah sekedar omong kosong saja.
'Bullshit! Gue aja nggak pernah ngerasain masakan Mama. Diperhatiin aja No!' batin Kevin lalu membuang pandangannya pada jendela Cafe.
Para orang tua saling berbincang-bincang. Sesekali Kevin dan Stella menanggapi jika ada pertanyaan. Stella menatap Kevin. Tetapi pandangan Kevin ada pada jendela cafe.
"Kevin!" panggil Stella pelan karena takut mengganggu perbincangan orang tua mereka.
Kevin beralih menatap gadis disampingnya. "Hm?" Kevin malas mengeluarkan kata-kata jadi dia hanya berdehem saja.
"Kok dari tadi kamu diem aja? Kenapa?" tanya Stella menatap Kevin penuh arti.
"Kenapa? Maksudnya?"
"Y-ya ya itu kenapa nggak ngobrol sama aku?" ucap Stela.
"Emang gue pernah ngobrol sama lo?!" bisik Kevin di telinga Stella membuatnya berpikir bahwa selama ini dia hanya menyandang status sebagai pacar Kevin. Dia tidak pernah ngobrol sekalipun dengan Kevin. Kevin selalu bersikap dingin padanya. Padahal dia sangat mencintai Kevin. Apapun akan dia lakukan demi mendapatkan Kevin. Tetapi Kevin tidak pernah merespon apapun yang dia lakukan.
Stella yang malang. Tetapi dia seharusnya sadar diri akan posisi. Dia lebih memilih egois dan tidak ingin melepaskan cintanya. Miliknya hanyalah miliknya. Tidak boleh menjadi milik orang lain.
***
Disinilah Aghni berada, melihat anak-anak yang semangat mengaji membuat hatinya terenyuh. Sepertinya ada yang kurang,tapi apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
BEDA TAKDIR
Teen Fiction'Nyatanya Takdir Ini Bukanlah Takdir Yang Asli' Rahasia yang tersimpan rapat kini terkuak. Selama 17 tahun rahasia itu bersembunyi dibalik kebahagiaan kecil Aghni. Hancur, itulah yang dirasakannya sekarang. "Kenapa Ayah dan Ibu bohong sama Aghni! Ka...