11. Sosok Misterius

163 103 52
                                    

Kevin menuruni anak tangga menuju ke lantai bawah. Dia melihat sekitar. Tak menemukan siapapun. Langkah kakinya membawa dirinya ke dapur. Dia melihat mbok Minah yang sedang berkutat dengan alat masaknya.

"Mbok." panggil Kevin.

Mbok Minah menoleh,menatap anak majikannya yang telah rapi memakai seragam. "Iya Den ada apa?" tanya Mbok Minah.

"Papa udah berangkat ke kantor ya mbok?" tanya Kevin ramah.

"Belum kok. Eh itu Papanya Den Kevin. Aden tunggu aja di meja makan. Mbok mau nyiapin makanannya." tutur Mbok Minah. Kevin pun mengangguk.

Dia lalu berjalan ke meja makan. Disana Papa sudah duduk dan sepertinya ingin berbicara sesuatu pada Kevin.

"Duduk!" timpal Papa. Kevin menuruti perintah Papa nya lalu duduk.

"Nanti malam kita ada acara makan malam bersama keluarga Stella di Space Cafe. Mama kamu juga nanti pulang. Jadi kamu harus siap-siap!" ujar Papa seraya menatap putra semata wayangnya.

"Iya Pa."

Setelah itu mereka menyantap makanan yang telah disajikan oleh Mbok Minah dalam diam. Tidak ada pembicaraan lagi.

Kevin menatap piringnya yang telah bersih dari makanan. Kini dia beralih menatap jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul 06.10. Waktu masih pagi,tapi dia memutuskan berangkat sekarang. Daripada nanti dia mendengar perintah Papa nya ini itu yang selalu mengekangnya. Jadi tidak apa jika sekali-kali berangkat pagi.

Kevin mencium punggung tangan Papanya. Dia berjalan menuju garansi mobil. Kemudian dia masuk ke dalam mobil silvernya. Yang pernah dikira gaib oleh Aghni.

Dia mulai menginjak pedal gas mobil. Melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Membelah jalanan ibukota yang masih terlihat sepi. Dia menatap jalanan sambil memikirkan tentang perkataan Papanya saat di meja makan.

Dia berpikir kapan dirinya bisa melakukan apa saja tanpa kekangan oleh Papanya itu. Selama ini dirinya selalu menuruti kemauan Papanya. Tapi Kevin juga ingin melakukan hal yang ingin dia lakukan. Dia tidak mencintai Stella tetapi dia harus menjalin kasih dengan gadis itu.

Sampai kapan Kevin harus hidup seperti ini. Kevin ingin seperti anak lainnya yang selalu mendapatkan kasih sayang dan dukungan orang tua bukan kekangan yang selama ini dia dapatkan.

Kevin menghela nafas lalu menyadarkan dirinya. Dia tidak boleh putus asa. Suatu hari pasti dia akan bebas dari semua ini dan menempuh jalan hidupnya sendiri tanpa campur tangan orang lain.

Tak terasa Kevin sudah sampai di gerbang sekolah. Dia lalu memakirkan mobilnya di tempat parkir. Mungkin hanya ada beberapa mobil disana karena ini masih pagi. Biasanya murid SMA Exland akan berangkat pukul 06.45 karena bel sekolah berbunyi 07.30.

Dia mulai melangkahkan kakinya menuju kelas. Tapi dia tak sengaja melihat Aghni yang berjalan sendirian di koridor. Tumben Aghni sendirian lalu dimana Aryo?

Kevin menghampiri Aghni dan berjalan beriringan di samping Aghni. Aghni lantas menoleh padanya. Lalu mengangkat sebelah alisnya. Tapi Kevin menampakkan senyumnya.

"Lo nggak berangkat bareng Aryo?" Kevin memulai obrolan.

Aghni menatap Kevin. Kenapa tiba-tiba dia disini. "Enggak. Dia berangkat nanti. Aku emang yang mau berangkat sendiri!" jawab Aghni tanpa menatap Kevin.

Aghni mempercepat langkahnya. Kevin ikut menyeimbangkan langkah Aghni. "Kenapa ngikutin aku?" tanya Aghni kesal.

"Kelas kita kan sebelahan." jawab Kevin dengan entengnya.

"Entar kelas kita olahraga bareng." ucap Kevin membuat tatapan Aghni beralih padanya.

"Kelas kita jam nya beda!" sangkal Aghni. "Gue tahu,Pak Danu izin hari ini jadi kelas gue disuruh gabung sama kelas lo!" jelas Kevin.

BEDA TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang