Pulang sekolah Aghni menolak ajakan Aryo untuk mengantarnya pulang dengan dalih ingin pergi ke tempat saudaranya. Aryo juga bilang kalau dia akan mengantar Aghni ke tempat yang ia tuju. Tapi Aghni menggeleng keras dan tetap menyanggah bahwa rumah saudaranya sangat dekat sekali dari sekolah jadi dia bisa jalan kaki.
Terpaksa Aryo menuruti perkataannya dan pulang tanpa mengantarkan Aghni seperti biasanya. Tidak menaruh rasa curiga apapun padanya.
Dan sekarang Aghni sedang berjalan di tepi jalan raya ibu kota dengan terik matahari yang menyengat dan terasa sangat panas di kepala. Di sela-sela perjalanan dia menyeka keringat yang mengucur di dahinya dengan sweater lilac yang dikenakan.
Sebelum keluar dari area sekolah, Aghni menyempatkan diri untuk berganti pakaian yang telah ia bawa dari rumah dan memasukkan seragam sekolah ke dalam tas. Karena setelah pulang sekolah dia ingin mencari pekerjaan yang pas untuknya yang masih berstatus pelajar. Untuk apa mencari pekerjaan?
Untuk melunasi biaya sekolah.
Sudah satu jam Aghni berjalan tanpa tujuan yang pasti. Sebenarnya dia sudah bertanya ke sana kemari tapi ditolak karena mereka membutuhkan pegawai yang sudah lulus sekolah bukan seperti Aghni yang masih sekolah. Sangat sulit mencari pekerjaan yang pas. Tapi Aghni pantang menyerah. Dia harus menemukan pekerjaan sebelum maghrib tiba karena pasti orang tuanya khawatir anaknya belum pulang.
Kini langkah Aghni berhenti tepat di depan kafe mewah yang bernuansa Antariksa. Matanya mengamati persis setiap sudut kafe itu. Dia sedikit ragu untuk melamar kerja di sana karena penampilannya tidak cocok untuk ada sebagai pegawai kafe tersebut. Tapi dengan penuh keyakinan dia melangkahkan kakinya ke dalam kafe tersebut. Saat sudah berada di dalam, Aghni tercengang karena kafe ini benar-benar membawa siapapun yang melihatnya seperti di luar angkasa, lengkap dengan miniatur roket dan baju astronot. Sangat menakjubkan.
"Permisi, ada yang bisa saya bantu?" tanya salah satu waitress pada Aghni.
Aghni tersentak dan berusaha menormalkan detak jantungnya. "Ah iya itu em saya mau melamar kerja di sini," ucap Aghni pelan takut nantinya dia akan diusir.
"Mari saya antar ke ruangan manager," tawar waitress itu dengan ramah. Ternyata dugaan Aghni salah mengenai pengusiran yang ada dipikirannya.
Tok tok tok tok
"Masuk!" Terdengar suara pria dari dalam ruangan.
"Nah sekarang kamu masuk, sudah ditunggu manager di dalam," suruh waitress itu.
"Makasih banyak mbak. Kalau gitu aku masuk dulu." Waitres tersebut mengangguk dan menunggu Aghni di depan pintu.
Aghni perlahan membuka knop pintu dan melangkah masuk ke dalam. Di sana memang sudah ada seorang pria yang sibuk menatap laptop hingga menyadari kedatangan Aghni.
Pria itu menutup laptopnya, "Silahkan duduk!" Aghni mengangguk dan mengucapkan terimakasih.
"Jadi kedatanganmu ke sini untuk apa?" tanya Pria yang berstatus manager kafe. Jika dilihat dari fisiknya, manager itu masih muda dan juga ... tampan.
"Saya ke sini ingin melamar kerja. Tetapi kerja part time setelah pulang sekolah," tuturnya dengan sopan.
"Kamu masih sekolah? Kenapa cari kerja?"
Aghni mendongak jantungnya berdegup kencang. Interview ini seperti menjadikannya tersangka.
"Saya tidak mau merepotkan orang tua dan juga ingin mencari uang jajan tambahan," ucap Aghni tersenyum kaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEDA TAKDIR
Teen Fiction'Nyatanya Takdir Ini Bukanlah Takdir Yang Asli' Rahasia yang tersimpan rapat kini terkuak. Selama 17 tahun rahasia itu bersembunyi dibalik kebahagiaan kecil Aghni. Hancur, itulah yang dirasakannya sekarang. "Kenapa Ayah dan Ibu bohong sama Aghni! Ka...