12.

1.1K 145 8
                                    


***






Yeonjun menatap takjub kearah pemandangan dibalik kaca tempat dimana mereka akan melakukan makan malam yang tidak biasa ini. Lampu-lampu yang begitu indahnya menghiasi gelap malam yang nampak mencekam dan dingin.

Makan malam mereka berjalan dengan baik. Yeonjun mengerutkan alis bingung memperhatikan Soobin yang terlihat ingin mengatakan sesuatu namun malah hanya bergerak gelisah.

"Kau kenapa, Soobin?"

Soobin yang mendengar pertanyaannya itu langsung menghela nafas sejenak sebelum akhirnya menggenggam tangan Yeonjun yang nampak mungil ditangan Soobin.

"Kau mungkin sudah tau..

Kalau aku sangat menyayangi dan mencintaimu sangat lama hingga aku tidak bisa mengingat kapan aku mencintaimu untuk pertama kalinya.
Tapi, mungkin aku belum mengucapkan secara resmi.

Jadi Choi Yeonjun, aku sangat-sangat mencintaimu. Dan aku berharap kaupun juga sama. Aku tau, awal dari ikatan ini begitu rumit bahkan sangat buruk untuk diingat.

Dan aku ingin kita melanjutkan ini dengan indah bersama. Kau dan aku. Hanya kita."

Yeonjun tercekat menyimak kalimat setiap kalimat yang Soobin lontarkan. Ia menggigit bibir bawahnya canggung. Sebelum kemudian menatap kembali mata tajam Soobin yang masi menunggu jawaban darinya.

"A-aku.. entahlah Soobin..

Semua yang terjadi padaku beberapa bulan ini terasa begitu cepat. Dalam 4 bulan aku merasakan benci, kasih sayang, kekecewaan, dan sekarang aku ditampar dengan beberapa kenyataan yang terlewatkan pada kepala batuku ini.

Aku tidak tau sejak kapan, mungkin aku juga sudah mencintaimu sebelum ini. Dan aku yakin aku tidak salah memilihmu sebagai orang yang akan kucintai seumur hidupku."

Yeonjun menarik nafas dan kembali mengulum bibirnya setelah dirasa cukup banyak kalimat yang ia ucapkan dan suasana terasa sangat canggung sekarang.

Kemudian genggaman itu terlepas dan diiringi dengan Soobin yang mengeluarkan kotak yang ternyata berisi cincin cantik setelah Soobin membuka penutupnya.

Mata Yeonjun berbinar dan terpukau setelah benda itu terlingkar dijari manis pada tangan kanan Yeonjun. Begitu cantik ketika dipadukan tangannya yang mungil dan mulus.

"Aku belum sempat memberi ini di acara pernikahan kita. Bahkan aku kadang berfikir untuk mengulang pernikahan yang buruk itu. Atau kalau bisa aku mengulangnya dari awal dan menganggap ini adalah lamaran resmiku. Jadi, Choi Yeonjun. Apakah kau bersedia menjadi pendamping hidupku untuk selamanya?"

Yeonjun melihat senyuman tulus itu diukiran sempurna pada wajah Soobin. Ia tidak bisa menahan senyum harunya dan akhirnya menganggukan kepala.

"Ya, aku bersedia. Aku bersedia menjadi pendamping hidupmu, penguat, dan tempat kau menaruh setiap luka dan kebahagiaanmu, Choi Soobin."

Soobin tersenyum, dan menarik tangan mulus itu ke bibirnya. Mengecup tangan Indah Yeonjun dengan lembut.
Dan setelahnya mereka pulang ke apart dengan senyuman yang tidak pernah luntur.

Setelah sampai mereka mengganti pakaian dengan piaya nyaman untuk tidur. Kini Yeonjun masi bediri didepan cermin sambil merapihkan rambutnya yang sedikit basah saat mencuci muka. Sampai akhirnya ia merasakan Soobin memeluk tubuhnya erat dari belakang dan menaruh kepalanya dibahu sempit Yeonjun.

"Soobin..."

"Hmm.."

"Kau berat tau"

yeonjun terkekeh sedangkan Soobin menghela nafas pelan. Dibalikkannya tubuh Yeonjun menghadap dirinya. Kemudian ia merengkuh pinggang Yeonjun posesif. Hidungnya yang setengah mancung itu juga  sesekali mencumbu hidung Yeonjun. Lalu dengan lembut ia mengecup bibir merah alami itu.

My Fault [Soobjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang