19.

705 79 5
                                    

Soobin pergi. Entah kemana Yeonjun sendiripun tidak tahu. Kini dia sedang memeluk anak semata wayangnya yang sudah lelap dalam mimpinya. Yeonjun mengecup kening dan pipi Yeonso lembut lalu perlahan melepaskan pelukannya dan memposisikan Yeonso agar tidur dengan benar.

Yeonjun melenggang pergi dari kamar anaknya. Menuju kamarnya dan Soobin. Pintu terbuka, disana ia bisa lihat dengan jelas sebuah figura dimana terdapat Soobin dan Yeonjun yang saling memeluk Yeonso yang berada ditengah.

Begitu bahagia.

Pikir Yeonjun saat ini. Meski ia tidak yakin bisa mempertahankan kebahagiaannya ini dalam waktu lama atau tidak. Yeonjun memejamkan mata. Berharap ia terbangun dan mendapati kenyataan yang sebenarnya hanyalah mimpi.

Namun, saat alam bawah sadar Yeonjun sudah terlelap sepenuhnya. Seseorang masuk dan mendekatinya. Mengusap perlahan pipi dan juga membereskan anakan rambut yang menghalangi wajah Yeonjun.

"Aku merindukanmu."

"Aku merindukan kita."

Soobin mengecup pelan kening istrinya dengan sayang. Sebelum akhirnya bergegas pergi kembali. Entah, sebuah kalimat perpisahan atau hanya sebuah ungkapan. Yeonjun tidak pernah tau tentang kejadian itu.

***

"Ayah kemana?"

Yeonjun menghentikan kegiatan makannya beberapa detik lalu menatap Yeonso dan mengusak rambutnya.

"Ayah masih bekerja."

"Kenapa lama sekali. Yeonso mau bermain vidio game lagi bersama ayah." Anak yang berusia 5 tahun itu menundukkan kepalanya sedih. Yeonjun terkekeh gemas, anak dan ayah ini memang hobi bertengkar. Tapi saat sudah berjauhan, mereka akan merindukan satu sama lain. Yeonjun yakin Soobinpun begitu, ia juga merindukan ketika mereka berkumpul untuk makan atau sekedar bermain mengisi waktu senggang.

"Ayo, cepat selesaikan makanmu atau kita akan terlambat kesekolah." Yeonso mengangguk dan menghabiskan roti dipiringnya. Setelah acara sarapan mereka selesai. Yeonso menggandeng tangan Yeonjun dan mereka berangkat ke sekolah sebelum hari semakin siang.


Yeonjun melambaikan tangannya pada Yeonso sebelum akhirnya bocah itu masuk ke dalam kelas. Setelahnya ia melajukan mobil ke rumah sakit tempat Hueningkai bekerja. Ia ingin mengecek kondisi tubuhnya saja, belakangan ini ia merasa tidak sehat. Mungkin ini efek tekanan masalah yang sedang Yeonjun alami.

"Tekanan darahmu cukup tinggi, hyung." Yeonjun memijat pelipisnya. Ia sudah tau ini akan terjadi.

"Aku tau masalahmu sangat berat, Soobin hyung masih belum pulang?" Perkataan Kai hanya dibalas gelengan oleh Yeonjun. Membuat dokter blasteran itu ikut menghela nafasnya.

"Aku akan memberikan beberapa obat, tolong diminum secara teratur." Hueningkai memberikan lembaran kertas dengan tulisan yang tidak dapat dimengerti Yeonjun.

"Terimakasih kai"

Yeonjun melangkahkan kakinya. Ia telah mengambil obat dan ingin berkeliling di rumah sakit terbesar di seoul itu. Ia pergi ke arah taman, tempat itu cukup membuat siapa saja merasa tenang. Begitu pikir Yeonjun.
Ia bersandar pada pagar taman yang hanya setinggi pinggangnya, sambil menyesap teh hangatnya.

"Sung.. sunghoon.. anakmu sakit! Bagaimana kau bisa tidak peduli begini hah? Aku sudah menepati apa yang kau inginkan. Tapi kau tidak boleh lepas tangan begini... ayolah.."

My Fault [Soobjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang