18.

820 86 10
                                    

"Dokter bilang kau tidak boleh terlalu memikirkan sesuatu dengan berlebihan."

"Jangan pernah lupa meminum obatmu."

"Dan juga, Yeonso. Jaga mama baik-baik selagi ayah tidak dirumah."

Yeonjun hanya terkekeh. Seperti biasa, Soobin akan se bawel ini saat akan pergi keluar kota untuk urusan pekerjaan. Apalagi kini Yeonjun dalam masa terapi untuk kondisi mentalnya yang sedikit kacau.

"Sering-sering kabari aku, oke." Yeonjun mengusap bahu suaminya dan Soobin mengecup kening Yeonjun dengan sayang. "Kau juga, selalu kabari aku tentang kondisimu." Ucap Soobin dan kini atensinya beralih pada Yeonso, anaknya.

"Jangan nakal-nakal, oke. Jadilah anak baik selagi ayah tidak dirumah." Soobin mengucap lembut surai Yeonso dan mengecup pipi gembilnya. "Cepat pulang ayah.."

***

Hari ini Yeonjun menjemput Yeonso sendiri. Jika Soobin tidak dirumah, biasanya suaminya yang menjemput anak tunggal mereka. Tapi karna Soobin sedang ada urusan keluar kota, giliran Yeonjun yang menjemput Yeonso di sekolah.

"Mama.. ayo beli es krim dulu!"

"Baiklah.." Yeonjun menggandeng putranya dan membiarkannya masuk ke mobil. Dan diapun juga masuk ke kursi pengemudi. Mereka menyusuri jalanan ketempat penjual eskrim yang biasa mereka kunjungi.

"Habiskan es krim mu lalu kita pulang. Oke?" Yeonso mengangguk dengan eskrim yang ada ditangannya. Yeonjun merapihkan helai-helai rambut Yeonso yang berantakan. Hingga ia melihat seseorang yang tidak asing dimatanya.
Wanita itu berjalan kearahnya, dengan menggendong balita berusia 2 tahun.

"Mau apa lagi kau?" Yeonjun berdiri, menatap tajam wanita didepannya dengan tidak bersahabat.

"Aku hanya ingin memberitahu."

"Anak yang sedang ku gendong ini, adalah anak Soobin."

Yeonjun tercekat. Mengepalkan tangannya penuh emosi. Jika saja tidak ada anak-anak disini, mungkin ia akan memaki Jisu dengan sangat kotor.

"Aku tidak akan terjebak lagi, jIsu." Yeonjun tersenyum miring dan langsung membawa Yeonso untuk cepat pergi dari sana. Yeonjun menahan segala asumsi yang ada di kepalanya. Meski dia bilang tidak akan terjebak, tak bisa dipungkiri kaki dan tangannya bergetar hebat sekarang.

"Tenang dulu. Kita tidak boleh termakan omongan itu tanpa tau buktinya, hyung." Beomgyu meyakinkan Yeonjun. Sekarang dia sedang ada dikediaman Beomgyu, menceritakan semuanya dan berharap bisa tau motif asli kenapa Jisu melakukannya.

"Sebelumnya kau pernah tau, Soobin pergi tanpa kejelasan atau mungkin berkunjung ke club malam?"

Yeonjun berfikir sejenak. Ia mengingat-ngingat semuanya. Dan ingatan itu muncul bertahun-tahun lalu. Saat ia pertama kali melihat Jisu. Dan malamnya, Soobin pulang dengan keadaan yang mabuk.

"Dia pernah mabuk bersama, Jisu."

***

"Ada apa?"

Soobin menatap bingung Yeonjun dan juga Beomgyu disana. Mereka menatap Soobin dengan intens. Soobin sudah pulang dari luar kota, dan langsung disambut tatapan intimidasi dari keduanya. Yang tentu membuatnya bertanya-tanya.

"Kau pernah tidur bersama Jisu, Soobin?" Yeonjun menatap manik mata Soobin disana. Mencari setiap gelagat kebohongan dari setiap perkataan Soobin.

"Tidak pernah. Aku hanya akan tidur bersamamu. Untuk apa aku lakukan itu?"

"Kemarin Jisu datang. Membawa anak berusia 2 tahun dan mengatakan kalau itu anakmu." Soobin membesarkan pupil matanya. Tidak menyangka Jisu melakukan itu pada Yeonjun disaat dia sedang berada di luar kota.

"Itu gila!"

"Dulu.. kau pernah pulang dalam keadaan mabuk. Bersama Jisu. Kau yakin tidak melakukan itu padanya?" Yeonjun masih menatap dengan penuh intimidasi.

"Tidak. Sama sekali tidak. Kau tidak mempercayaiku? Kita sudah bersama selama bertahun-tahun, Yeonjun. Aku berani bersumpah aku tidak akan menyentuh orang lain, selain dirimu." Soobin mencengkram bahu Yeonjun dan dengan penuh tatapan memohon. Berharap Yeonjun tidak termakan asumsi itu.

"Hyung.. bagaimana dengan sejumlah biaya yang kau keluarkan ke rumah sakit Sahmyook? Disini tertera kau yang membiayai Hwang Jisu dan Kalau dihitung dari tanggal dan tahunnya. Diperkirakan Jisu masih mengandung saat itu." Kali ini Beomgyu memberikan sejumlah data keuangan kepada Soobin.

"Itu bukan anakku."

"Lalu anak siapa Soobin?!"

Yeonjun berteriak dengan lantangnya. Wajahnya bahkan sudah memerah. Menahan emosinya yang benar-benar sudah tidak bisa ia kendalikan.

"Kau juga berkali-kali ke sel tahanan Jisu dengan alasan melakukan pengecekkan kasus. Lalu mentransfer beberapa uang untuknya setelah ia bebas dari penjara."

"Dengan semua bukti yang baru aku ketahui ini. Kau mau mengelak apa lagi?"

Soobin memegang kepalanya dengan frustasi. Semua bukti memang nyata adanya. Soobin memang melakukan itu. Mentransfer sejumlah uang untuk Jisu dan juga pembiayaannya di rumah sakit.

"Aku bersumpah. Kalau itu bukan anakku!"

Soobin bergegas pergi. Meninggalkan istri dan juga adiknya. Sedangkan Yeonjun, dia masih diam disana mengepalkan tangannya dan membiarkan Soobin pergi. Ia tak menyangka Soobin tidak punya alasan ataupun menyangkal bukti-bukti itu. Seolah Soobin memang benar-benar melakukannya. Membiayai Jisu dan juga anaknya dibelakang Yeonjun yang bisa saja itu memang benar-benar anak Soobin.

 Membiayai Jisu dan juga anaknya dibelakang Yeonjun yang bisa saja itu memang benar-benar anak Soobin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Konflik yang cukup berat ya?
Tapi aku mikirin konflik ini bener-bener 7 hari 7 malam dan akhirnya nemu celahnya.Semoga kalian suka ya.
Jangan lupa vote dan komen

Anw aku ada anak baru nih
Mampir yaa

My Fault [Soobjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang