PART : 3

20.2K 136 1
                                    

" Mas !! Cukup !!" teriak Tante Soffy ketika memergoki suaminya sedang merayu aku di dalam kamar saat aku baru saja keluar dari kamar mandi. Aku sudah deg2 an saja mendengar suara keras dari tanteku yg selama ini kuhormati dan aku merasa sangat berdosa telah berani menerima gombalan om Herman.

" Ingat, dia masih ponakan kita mas, jangan sampai kita disebut pagar makan tanaman !!'" kata tante Soffy masih memarahi om Herman kudengar dari dalam kamar. Memang benar sih kata Tante Soffy kalau mereka itu adalah pengganti orang tuaku yg harusnya menjadi pagar pelindungku. Tapi kalau pagar itu ternyata bukan predator bagi seorang gadis remaja sepertiku. Om Herman memberi aku arti cinta, arti kehidupan nyata yg indah. Bukan melecehkan atau menyiksaku, tetapi membuatku bersemangat hidup. Om Herman telah memotivasi hidupku untuk menjalaninya dengan ceria. Aku tak pernah berpikir negatif tentang rasa cemburu yg mulai menjalari perasaan Tante Soffy. Selama 4 tahun dari kelas enam SD aku ditanami kasih dan cinta dengan bentuk belaian mesum yg indah hingga kini aku sudah SMA merasa bergairah di dalam rumah om Herman.

Tapi yg pernah kudengar, Tante Soffy punya power tinggi karena merasa sebagai pewaris dinasty Tanudipuro kakekku dan itu lebih besar dari perusahaan milik keluarga om Herman. Harusnya aku juga ikut bangga karena aku ini masih keluarga orang kaya. Tapi cinta itu tidak datang secara instan. Aku mulai merasa memiliki cinta yg indah sejak om Herman memberiku harapan dan janji yg indah yg ditanam dan dipupuk selama lebih 4 tahun.

Tante Sofy memang cantik dan punya bentuk body yg sempurna. Aku sering iri hati kalau melihat ia habis mandi langsung masuk kamar dan buka handuk di depan om Herman suaminya yg sangat tampan itu. Ah.. Om Herman langsung memeluk pinggul yg semok milik tante Sofy. Aku bercermin dan melihat tubuhku masih langsing dan dua bukit dadaku juga belum tampak besar. Tapi aku pernah dipeluk om Herman saat di kolam renang. Kata om Herman dadaku bisa cepet besar kalau sering diremas dan diisep putingnya. Ya udah akhirnya aku suruh om Herman remas dan isep dadaku tiap berenang. Rasanya geli dan gemeteran. Apalagi kalau milikku juga dipegang..ihhh jorok papaku. Sekarang aku jadi pengin dipeluk seperti tante Sofy dan melihat kejantanan papaku yg besar dan berotot itu. Kata papaku gak boleh aku minta memegang miliknya takut hamil. Iya sih kalau hamil kan gak lucu dihamili papa sendiri. Bisa2 aku dibunuh tante Sofy. Lagian kalau sampai hamil, ngelahirin itu bahaya lho. Kata mamaku dulu, nglahirin itu bertaruh nyawa. Ada yg gak kuat nafasnya malah meninggal. Tetangga sebelah nglairin bayi kehabisan darah dan meninggal. Hiii ngeriii.

" Aih..papa.." Aku terkejut ketika tiba2 papaku sudah berdiri dibelakang sambil mengelus pundak dan meraba dadaku yg terbuka. Aku jadi deg2 an. Malu bercampur takut saat aku tak berbusana diraba papaku dengan mesra. Hhhh...nikmatnyaa. Aku melirik ke pintu kamar takut kalau dilihat tante Sofy.

" Sudah papa konci. " kata papaku.

" Hhhhh...papaa...hhhhh" desahku saat papaku mengusap bagian bawah tubuhku.

" Papa boleh kan kasih kado sekarang ?" bisik papa. Aku menggeleng cemas saja. Bukan aku menolak, tapi aku tidak mau hubungan kami berkelanjutan lebih parah bila papaku terus2 an melakukan ini kepadaku.Bahkan ada istrinya yg jelas2 masih darah dagingku.

" Hhhhh hik hik..jangan pa." kataku sambil meneteskan air mata.

" Kenapa menangis ? Katanya sayang papa ?" tanya papaku sambil menghentikan untuk menempelkan burungnya ke tubuhku.

" Sayang sih..tapi.."

" Tapi kenapa ? Bukannya kamu pengin seperti Tante Soffy ? Cantik dan bertubuh bohay."

" Papa gak boleh mainin anak sendiri seperti Ayu" kataku menghiba.
Papaku seperti mulai sadar bila aku mulai dewasa dan cerdas. Papa pastinya juga takut kalau aku akan mengadu kepada tante Soffy kalau nekat melakukan itu.

" Hhhhhh...maafin papa yaa.." bisik papa ke telingaku saat ia mulai mengenakan kolornya kembali

Papaku beranjak berdiri meninggalkanku sendiri di dalam kamar sambil memeluk guling. Aku merasa lega telah berhasil mengusir setan dari tubuhku dan dalam otak om Herman. Walau sejuta kepahitan akan kutelan tanpa kehadiran kasih papa angkatku yg selama 4 tahun selalu dekat denganku. Aku cinta om Herman ! Cinta monyet kali. Bukankah aku selama ini tinggal di rumah om Herman yg selalu mengajariku bermesum hingga tak kusadari akan berpengaruh dalam pertumbuhan jiwaku.

Kalau aku mau serius harusnya aku pilih om Danang yg masih adik sepupu dari mamaku dan masih jomblo pula. Tapi aku tidak mau jika hanya dipermainkan saja. Kan om Danang juga tampan, pasti banyak cewek di kampusnya yg naksir.

***

" Aayu...liburan ya ?" kata Danang yg sekarang tinggal di rumah om Herman sekalian mau KKN di perusahaan yg dekat dengan rumah om Herman. Aku tidak menyahut menyapu lantai teras rumah. Om Danang mondar- mandir sambil bersiul melirikku yg pakai hotpant jean dan tanktop no bra. Tiba2 Om Danang sudah berdiri di belakangku sambil memegang sapu di tanganku.

" Sini gih..om yg nyapu. Tangan mulus begini kok nyapu. gak takut kapalan ya ?" kata om Danang.

" Iih ngapain sih ngeganggu aku mulu. Ntar aku teriak lho" kataku.

" Bukannya kemarin om udah bercinta sama kamu ? Wuih bodymu luar biasa. Aku udah ngerasain punyamu legit dan seret." kata om Danang sambil mencubit dadaku.

" Sialan om Danang " kataku sambil berbalik dan mengejar pemuda tampan itu yg lari ke taman. Om Danang ngumpet dibalik pintu dapur, aku tangkap kupingnya dan kujewer keluar.

" Ampuun..ampuun..iya aku salah minta maaf." kata om Danang yg pura2 jatuh ke rumput di taman. Tubuhku malah ikut jatuh diatas dadanya. Om Danang keenakan kesentuh dadaku yg empuk tanpa bra.
Kami berpelukan diatas rumput. Hhhh bibir om Danang sangat indah dan hangat saat melumat bibirku. Hangatnya bibir belah pinang om Danang menggigit bibirku dan klitor yg sudah mekar menambah gairahku makin meledak.

      "Hhhhhhh...ssssshhh" desahku menahan burung om Danang yang terus melaju masuk ke dalam rongga sambil gesekkan ujung klitorku yg basah dan terasa sangat geli nikmat.
     Aku terus tarik pundak om Danang hingga dekapan tangannya makin rapat menindih dua bukit dadaku yg makin keras. Genjotan pusakanya kian dalam masuk ke ronggaku memberi kehangatan di dalam tubuh remaja ini. Sungguh mati aku merasakan betapa nikmat dalam dekapan om Danang yg masih perjaka ini.

      "Oughhh..hhhh..ahh" lenguh om Danang ketika ia sudah menikmati orgasme.

       "Udah dulu Yaang" kata om Danang agak malu karena tumbang lebih awal.

O M G. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang