PART : 12

1.8K 13 1
                                    

Hpku bergetar ketika aku tidur telat di rumah om Herman yg kini sepi. Om Herman telah pergi demi harga dirinya diusir oleh Tante Soffy karena dianggap telah menodai aku selama lebih 4 tahun. Aku meraih hp dan kugeser layarnya, nomer om Herman sih.

" Yang..bisa ke depan sebentar saja? Ke resto seafood langganan kita." kata om Herman. Aku sebenarnya takut keluar rumah tanpa alasan sekolah kepada Tante Soffy. Tapi aku sangat rindu dan kasihan melihat nasib om Herman yg tercampakkan oleh Tante Soffy. gegara aku juga. Entah kenapa aku merasa galau jika jauh dengan om Herman yg kuanggap sebagai pacar cinta pertamaku. Om Herman juga mau kok menikahiku jika aku hamil. Aku jadi kasihan dan makin cinta saja kepada pamanku yg kini tak lagi jadi CEO.

Sambil menyelinap lewat samping kolam renang, aku pergi keluar pagar mencari taxi ke resto yg dijanjikan om Herman. Aku tidak lupa membawa seragam olah raga untuk mengelabuhi bila nanti pulangnya kepergok Tante Soffy.

Rasa rinduku terbayar sudah ketika melihat om Herman sudah berdiri di depan parkiran resto seafood. Om Herman yg sore itu mengenakan jean butut, dan jaket hitam serta kaca mata hitam terlihat sangat tampan. Sayang sekali jika momen indah ini dilewatkan. Kenapa hanya karena rasa cemburu yg berlebihan sampai menggugat cerai ? Yg pasti karena keadaan ekonomi om Herman sedang kacau hingga ia harus bekerja pada perusahaan kakek karena perusahaannya sudah dibeli.

" Kamu udah makan ?" tanya om Herman sambil memelukku erat.

" Udah. dikit." jawabku untuk memancing agar om Herman mau mengajakku dinner makan lobster.

" Ya udah kita makan disini. Kamu biasa suka kepiting kan ?" tanya om Herman.

" Lobster ah."

" Oke." kata om Herman sambil mencentang daftar menu pada buku yg diberikan waiter.

Sesaat kemudian datang pelayan meletakkan dua gelas anggur merah di meja aku dan om Herman.

" Kok anggur sih ?"

" Kan kita mau kerja keras. Aku harus kuat ntar." kata Om Herman sambil mencubit janggutku. Jantungku sudah berdegub kencang ketika tangan om Herman mulai merayapi dadaku. Setahun tak pernah jumpa, hingga rasa rindu akan belaian tangannya menumpuk di dalam dada ini.

Lima menit kemudian makanan yg kami pesan datang. Aku sudah ngiler saja melihat lobster yg sebesar lengan om Herman.

Om Herman mulai membukai kerang dan melahap sedikit nasi dan sambal pedas khas resto itu.
Aku kalau sudah pegang garpu dan pisau diatas punggung lobster tak ingat apa2 lagi. Sikat sampai habis.

Tapi aku sudah siapkan uang dua juta untuk mentraktir om Herman yg kukira lagi bokek. Kasihan kalau ia yg bayar dalam kondisi bangkrut. Aku dari pertama memotong lobster memperhatikan mata om Herman yg memandangiku terus. Pasti yg ada di pikirannya, berapa duit dia harus membayar untuk makan hari ini ?

" Ssssshhhhh" Mulutku sudah basah oleh sambal dan air lendir yg keluar dari hidung kek anak kecil Om Herman ambil tissu dan melap wajahku.

" Pedas ya ?"

" Iyalah . " jawabku.

Om Herman sudah selesai makan satu porsi kerang dan kepiting. Dia berdiri katanya mau cuci tangan, gak taunya ke kasir membayar semua. Ya ampuun aku merasa kasihan jika om Herman kehabisan uang gegara ngajak dinner aku.

" Ini aku bawa duit om " kataku sambil menyelipkan uang yg kubawa dari rumah. Tapi om Herman menolak.

" Apaan sih kamu ? Pasti kamu pikir om udah kere ya ? Om masih punya duit kok kalau cuma untuk beli Fellvire." kata om Herman.

Habis makan kenyang aku diajak masuk ke dalam mobilnya yg masih Harrier juga warna putih metalic.

" Kita ke Aston." ajak om Herman yg mau booking aku He he he.

***

Usai bercinta hingga dua jam nonstop sampai aku merasa sangat ngantuk karena mendapatkan klimaks hingga berkali- kali, Om Herman berbisik kepadaku sambil merayapi punggungku .

" Sebenarnya om tidak seperti yg kamu sangka, bangkrut. Om tuh pengin mandiri, tidak tergantung dari kekayaan orang tua." bisiknya. Aku mendengar dan memandangi matanya yg serius.

" Trus ? Apakah om mau menikahi aku ?"

" Pasti. Aku pasti menikahimu, tapi menunggu jika kamu sudah lulus kuliah. Sambil om ingin buktikan bahwa om bukan gembel yg dihina oleh keluargamu." kata om Herman. Aku belum punya pikiran sejauh itu, karena aku masih anak2. Yg kutahu dan kuingin adalah bersenang- senang dan tak ada yg menghalangi apa mauku. Aku bisa bercinta dengan om Herman setiap saat itu sudah cukup. Aku tak perlu tahu apa itu bangkrut, kolaps atau akuisisi perusahaan itu kan urusan orang tua.

Belum jam sembilan malam aku dianter om Herman pulang 100 meter sebelum gerbang rumah. Aku masuk lewat pintu depan mengenakan celana trening untuk mengelabuhi Tante Soffy.

Tante Soffy sedang pergi dengan Dika adik sepupunya yg akhir2 ini numpang di rumah. Aku bebas masuk lewat mana saja. Udi OB lagi asik mainin hp dipos jaga.

Masuk kamarku sendiri, sepi. Bener2 sepi sejak kepergian om Herman dan om Danang. Tante Soffy kalau sudah marah lebih galak dari singa. Sebenarnya kedatanganku ke rumahnya kan diajak om Herman juga, bukan kemauanku sendiri. Tapi ketika om Herman bermasalah, aku jadi ikut terkena imbasnya. Om Danang sudah dapat kerjaan langsung cabut pindah ke Medan. Lah aku jadi kesepian. Mana kepergian om Herman gegara aku pula. Rasanya aku pengin balik lagi ke rumah mama yg sekarang rame ada papa tiriku yg ganteng Joni dari pada di sini ada Tante, tapi seperti jeles melihat ponakannya.

" Tadi nyonya Soffy persen kalau non Ayu jangan tidur dulu. Katanya non Ayu mau dikenalin sama mas Dika yg dari Bali itu." kata Udi yg tiba2 nyelonong masuk dapur. Aku lagi pengin bikin kopi dan santai bikin tik tok cuma pakai tanktop dan celdam. Udi habis omong gitu langsung kabur.

" Eh ..omong apa tadi ?" tanyaku menahan langkah Udi.

" Non Ayu jangan tidur dulu. Pesen nyonya Soffy." kata Udi menunduk.

Aku jadi geli kalau ngeliat Udi yg sangat polos itu malu2 kucing kalau melihat aku tak berbusana. Aku jadi gemes pengin cubit anunya.

" Eh Udi, tolong pijiti aku dong..punggungku sebelah ini lho..pegel banget sih." kataku manja sambil menarik lengan pemuda imut itu.

" Ah malu non." jawab Udi sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.

" Malu sama siapa ? Kan gak ada orang nih." kataku memaksa Udi memijit pundakku setelah aku menelungkup diatas meja. Tangannya yg gemetar kubenarkan masuk ke belahan dadaku yg tanpa bra. Udi tertawa cekikikan ketika jemarinya memijiti dadaku.

O M G. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang