CHAPTER 13

41 7 1
                                    

Happy Reading yeorobun

💫💫💫

"Soobin!! Soobin!!" soobin segera menghentikan langkahnya ketika mendengar ada yang memanggilnya dari belakang. Ia pun menoleh dan menemukan arin yangs edang berlari kecil kearahnya.

"Soobin... Hhh..." ucapnya masih dengan nafas tersengal-sengal.

"Bernafaslah dulu, baru bicara" ucap soobin seraya menepuk-nepuk pelan punggung arin.

Arin terkekeh pelan lalu kembali menegakkan tubuhnya ketika merasa sudah sedikit lega. Sempat sedetik darahnya berhenti berdesir karena melihat soobin yang tersenyum kearahnya.

Selama ini arin belum pernah melihat senyum soobin yang semanis ini, sampai memperlihatkn lesung pipinya. Walaupun mereka sering bertemu dan berhubungan karena ektrakulikuler, tapi arin baru melihat soobin tersenyum secerah ini dan itu membuatnya tampak lebih tampan.

"Soobin, nanti pulang sekolah kamu jangan pulang dulu ya. Aku mau adain rapat sebentar diruang penyiaran, ada yang perlu kita bahas. Kamu bisa kan?"

Dengan cepat soobin mengangguk menyetujui, "oke. Udah? Itu aja yang mau kamu omongin?" dengan wajah bingung arin mengangguk.

"Takutnya nanti kamu pulang duluan, jadi aku beritahu sekarang saja, yang lainnya sudah aku kabari semua kok." tambah arin.

Soobin menggangguk lagi. "Oke. Ngomong-ngomong kamu lapar tidak? Temani aku ke toko boleh? Aku lapar tapi sedang tidak ingin makan nasi"

Lagi-lagi arin dibuat terkejut dengan ajakan soobin. Biasanya dia selalu pergi begitu saja saat istirahat, tanpa mengajak siapapun dan kalaupun diajak dia juga menolak, tapi sekarang ada apa dengan dia.

"Hei, kok bengong sih? Mau gak? Kalo gak aku ke toko sendiri, keburu masuk!" celetuknya.

"Eh iya, maaf. Ayo aku temani" ucap arin pada akhirnya dan mereka mulai berjalan beriringan menuju toko.

💫💫💫

"Mungkin segitu saja yang mau aku diskusikan. Apa ada tambahan lain?" tanya arin sebelum mengakhiri diskusinya. Tidak ada sahutan dari anggota lainnya, dan akhirnya rapat tersebut berakhir juga setelah beberapa menit.

Satu persatu anggota meninggalkan ruangan, sampai hanya tersisa arin dan soobin saja disana. Arin mengerutkan dahinya ketika melihat soobin masih duduk ditempatnya.

"Soobin, kamu tidak pulang?" tanya arin sambil membereskan kertas-kertasnya.

"Kamu tidak lihat diluar hujan deras. Aku malas basah-basahan, dan ku yakin noona juga pasti sudah pulang" jawabnya sedikit mengecilkan volume suaranya diakhir kalimat. Wajahnya perlahan berubah murung.

"Noona?"

"Tidak. Kamu pulang duluan saja, aku akan menunggu hujannya sedikit reda. Nanti ruangannya biar aku saja yang kunci." ucapnya kemudian dan kembali meletakkan kepalanya dimeja.

Arin mendengus pelan dan berjalan mendekati soobin.

"Kamu tidak bawa payung?" soobin menggeleng pelan tanpa mengangkat kepalanya.

"Bagaimana kalau aku antar kamu ke minimarket dekat sini? Sepertinya disana menjual payung, jadi kamu bisa pulang. Daripada harus menunggu hujan reda sendiria disini. Lagipula kamu juga tidak tau kan kapan hujannya akan reda?" tawar arin.

Soobin mengangkat kepalanya, menatap arin dengan tatapan datarnya. Seketika arin terdiam ditempatnya, tatapan soobin membuatnya berpikir apakah dia sudah mengucapkan sesuatu yang salah. Dia kan hanya menawarkan, tapi kenapa tatapan soobin seakan-akan membuat arin merasa terintimidasi.

NoonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang