Amane tidak bisa tidur.
Sudah 5 jam lamanya dan sekarang sudah pukul 2 pagi dini hari namun mata Amane sama sekali tidak bisa terpejam, pikirannya terus melambung memikirkan soal perdebatannya dengan Tsukasa hari itu.
Amane amat sangat sadar dengan betapa bodohnya ucapannya hari itu, maksudnya ini terdengar konyol.
Kenapa Amane malah menyalahkan Tsukasa atas takdirnya yang tak jelas?.
Sudah 5 hari dan Amane sama sekali tidak berani menemui Tsukasa lagi, sebentar lagi adalah jadwal operasinya namun apa yang Amane lakukan?
Merenungi kebodohannya dan terus menyalahkan dirinya yang gagal mengatur emosinya saat itu.
Amane akhirnya bangkit mencoba mencari udara segar di depan teras rumahnya, kini dia menyusuri taman belakang yang dulu selalu hanya bisa dia nikmati dibalik jendela kamarnya sembari menggerutu iri melihat Tsukasa bisa dengan bebas berlarian kesana kemari tanpa takut sakit seperti dirinya.
Kini Amane duduk di sudut taman dimana biasanya dirinya duduk di temani Tsukasa saat masih kecil, dulu Amane tidak bisa duduk disini terlalu lama apalagi jika itu bukan jadwalnya berjemur dibawah matahari pagi.
Tapi sekarang? Amane bisa duduk disini dengan tenang selama apapun yang dia mau tanpa khawatir jika dia tiba-tiba kasurnya akan dipenuhi darah bekas mimisannya.
Sejenak sekarang Amane merasa ada yang kurang dari dirinya.
Amane merasa jika kesehatannya akan terasa hampa tanpa ada Tsukasa disisinya.
= × 🍩 × =
Pelajaran sekolah hari ini terasa lebih lambat daripada biasanya, pikiran Amane benar-benar kalut dan hanya tertuju pada Tsukasa.
Dia benar-benar merasa bersalah sudah membentak Tsukasa dengan tuduhan tak jelas.
Tiba-tiba bel istirahat berbunyi membuyarkan lamunan Amane, pemuda itu menghela nafas seraya bangkit.
Hari ini dia harus menemui Sakura lagi agar gadis itu tidak cemas sekaligus curiga tapi hari ini rasanya Amane sedang enggan bertemu siapapun.
Akhirnya Amane memutuskan untuk ke atap sekolah berharap bisa menenangkan diri disana sendirian tapi ternyata Amane salah karna disana ada Mitsuba dan Kou yang sedang berbincang serius membuat Amane berniat memutar langkah.
"Kadang aku merasa kasihan dengan Tsukasa-senpai"
Amane menghentikan langkahnya lalu berbalik mencoba mendengar ucapan Mitsuba selanjutnya.
"Kasihan? Kenapa?"Tanya Kou heran.
"Dia suka dengan Nanamine-senpai tapi sayangnya dia sudah pacaran dengan Natsuhiko-senpai"
"Ehh?? Mereka pacaran??"
"Jelasnya aku tidak begitu mengerti sih, tapi kurasa hubungan mereka sudah sampai pacaran(?) Tsukasa-senpai sangat sadar jika tidak ada tempat buatnya, tapi..."
Mitsuba tertawa kecil.
"Tsukasa-senpai tetap menunggu Nanamine-senpai"
"Ya ampun, tapi aku pernah mikir deh kalo lihat Tsukasa-san"
"Mikir gimana?"
Amane masih diam setia menunggu ucapan Kou kali ini.
"Apa dia tidak pernah iri sama Amane-senpai ya?"
"Hm, iya juga ya? Apalagi Tsukasa-senpai orangnya benar-benar ceria seperti tanpa beban"
"Kan? Apalagi Amane-senpai benar-benar murid berprestasi berbeda sama Tsukasa-san yang nilainya pas-pas an bahkan ga menonjol sama sekali"
"Ah mendengar ceritamu, aku jadi ingat dulu Tsukasa-san pernah terlihat begitu iri menatap Amane-senpai yang sedang di puji oleh orang tua mereka karna memenangkan olimpiade, tapi yah setelah itu dia buru-buru menyusul mereka sambil tersenyun lebar seperti biasanya"
Mereka terdiam sejenak memakan bekal masing-masing.
"Kadang aku bisa merasakan beratnya menjadi seperti Tsukasa-senpai"
"Maksudnya?"
"Yah kau tahu lah Nii-chan di sekolah benar-benar primadona sekolah yang nyaris sempurna dalam segala hal tidak sepertiku yang hanya murid biasa-biasa saja, terkadang rasanya sedikit iri ya haha"
Amane mencengkram erat bekal makanannya sebelum akhirnya bangkit dan berjalan meninggalkan mereka berdua tanpa mereka sadari.
Selama ini Amane terlalu menutup mata soal Tsukasa dan hari ini Amane sadar bahwa kembarannya memiliki masalah tersendiri di hidupnya yang mana kehidupan Tsukasa tak sesempurna yang Amane bayangkan.
Sejenak Amane mulai teringat kenangannya di masa lalu, Amane ingat betul bagaimana Tsukasa seringkali belajar larut malam walau Tsukasa kesulitan memahami materi yang dia baca.
Bahkan jika dipikir lagi kehidupan sekolah Tsukasa benar-benar kejam, nilainya seringkali tidak sesuai ekspetasi padahal Tsukasa sudah berjuang belajar jauh-jauh hari berbeda dengan Amane yang hanya perlu membaca materi sekilas dan nilainya akan sempurna.
Tsukasa selalu berusaha mengejar Amane tapi Amane terlalu jauh melangkah kedepan, Amane sering kali lupa terkadang Tsukasa jatuh karna mengejarnya tapi Amane tak sempat mengulurkan tangan karna sibuk dengan tujuannya sendiri.
Tapi apa Tsukasa pernah memaksanya menunggu? Tidak, dia selalu tetap berdiri sendiri dan kembali mengejarnya bahkan selalu berusaha tetap mendorong Amane bangkit ketika dirinya mulai lelah melangkah.
Tapi apa yang Amane lakukan? Dia begitu egois memaksa Tsukasa menggantikan semua rasa sakitnya yang sama sekali tidak ada hubungannya dengannya.
Amane benar-benar kakak kembar yang payah.
Teringat lagi di benak Amane pagi tadi dirinya sempat tidak sengaja menguping perbincangan orang tuanya.
"Seandainya saja Tsukasa bisa pandai seperti Amane"
Ah, mengingat hal itu hati Amane semakin tertohok menyadari betapa sulitnya tekanan tidak langsung dari orang-orang di sekitar Tsukasa.
'Ya Tuhan, bisakah kau kembalikanku pada ragaku? Sudah cukup aku merampas kesehatan Tsukasa seperti ini karna keegoisanku sendiri' Batin Amane, hatinya menangis.
Seumur hidup, baru kali ini Amane berdoa begitu serius untuk seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Switch || JSHK
Fanfiction✨Yugi Twin✨ ¡! NO BxB or Yaoi !¡ Mereka berdoa, berdoa pada takdir yang tak adil dan semesta mendengar doa mereka. Jibaku Shounen Hanako kun © Iro Aida Yugi Amane & Yugi Tsukasa Story belong's to @Ostribae_ & @SsanofaaChi_ ! 𝗪 𝗔 𝗥 𝗡 𝗜 𝗡 𝗚 ! •...