- 𝕋𝕙𝕚𝕣𝕥𝕖𝕖𝕟

176 23 0
                                    

Hari ini akhirnya tiba juga, hari dimana jadwal operasi yang harusnya tengah dijalani oleh Amane tapi yang pemuda itu lakukan menyalahkan kembarannya atas segalanya lalu mencampakkannya begitu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini akhirnya tiba juga, hari dimana jadwal operasi yang harusnya tengah dijalani oleh Amane tapi yang pemuda itu lakukan menyalahkan kembarannya atas segalanya lalu mencampakkannya begitu saja.

Sejujurnya sekarang Amane sedang berperang dengan pikiran serta hatinya, akalnya masih bersikeras egois ingin menikmati tubuh sehat yang dimilikinya sekarang namun hati nuraninya tengah menamparnya berulang kali dengan membuatnya ingat semua kenangannya bagaimana Tsukasa selalu menjadi kembaran yang supportif untuknya.

Amane menghela nafas lelah, kepalanya pening memikirkan hari ini ditambah semalam dia tidak sengaja menemukan diary kecil Tsukasa.

Nyaris 100 lembar buku diary itu hanya dipenuhi soal dirinya, tentang doa-doa yang dulu takkan pernah Amane percayai rasanya mengatakan 'suatu saat Amane pasti bisa sembuh' bagi Amane hanyalah bualan seumur hidup, lelucon yang Tuhan sematkan padanya.

Bahkan kalau Amane boleh jujur, Amane bahkan nyaris menyerah mempercayai jika Tuhan ada dan mulai membenci kenyataan bahwa Tuhan bagai sengaja menulikan pendengarannya hingga doanya sama sekali tidak terdengar.

Namun saat tiba-tiba tubuhnya tertukar dengan Tsukasa, Amane benar-benar tidak mengerti sekaligus bersyukur.

Tidak mengerti kenapa Tuhan akhirnya mendengarkan doa egoisnya, haruskah Amane menyebutnya berkah atau kutukan karna membuat kembarannya memikul semua bebannya sendirian.

Amane paham betul jika rasa sakit yang Tsukasa alami saat ini tidak akan sebanding dengan perjuangannya tergerogoti penyakit ganas itu selama bertahun-tahun tapi Amane juga sadar Tsukasa tidak lantas seharusnya memikul bebannya hanya karna dia terlahir dengan fisik yang lebih sehat darinya.

______________
23 Mei 20XX

Nilai Tsu lagi-lagi jelek, ah padahal Tsu sudah belajar mati-matian bahkan sampai kurang tidur begini kenapa masih jelek sih?.

Kalau disituasi seperti ini Tsu jadi ingat Amane, bagaimana sih Amane bisa selalu dapat nilai sempurna padahal jarang belajar? Tsu juga pengen tahuu kayak Amane, pengen sekali aja bikin bangga Ayah Ibu biar mereka ga sedih liat nilai jelek Tsu terus gitu:(

Tsu iri sama Amane, bisa dapat nilai sempurna nyaris di semua mata pelajaran selain seni bahkan nilai olah raga Amane bagus.
Amane punya banyak teman, Amane punya gadis yang perhatian seperti Yashiro-chan.

Ahh iri sekali, kapan ya Tsu bisa mengejar Amane?

Kadang Tsu mikir, Amane malu nggak ya punya kembaran kayak Tsu? Tsu berisik, kayak anak kecil, bodoh juga, ceroboh, gabisa bantu-bantu dirumah

Tapi Amane? Cerdas,bisa diandalkan,bisa urus rumah sendiri,dewasa

Tsu iri sama Amane, padal Tsu udh lari buat ngejar Amane tapi kenapa sih Amane jalannya cepet banget? Tsu cape tahu ditinggal Amane terus >:(

Kalo aja Tsu bisa gantiin posisi Amane kayaknya lebih bagus, karna percuma Tsu sehat cuma bikin malu Ayah dan Ibu mending Amane aja yang sehat biar bisa banggain mereka.

Satu hal yang Tsu banggain dari Tsu adalah, wajah kita sama hehe

Seandainya, Tsu ga pernah lahir sebagai kembaran Amane apa Amane bakal kesepian? Atau semua bakal lebih baik tanpa Tsu?

Tsu ga pernah benci Amane, Tsu cuma iri 
Tsu sayang Amane<3
________________

Amane mengacak surai hitam kecoklatannya gusar mengingat isi diary Tsukasa semalam, rasanya sekarang Amane ingin menenggelamkan diri karna rasa egoisnya.

Tsukasa begitu dekat di sisinya, bagaimana bisa kau begitu buta hingga tak pernah melihat seberapa banyak beban yang sudah dipikul kembarannya sendirian karna dirinya.

"Maafkan aku Tsukasa sudah gagal menjadi kakakmu"Ucap Amane lirih sambil mengusap wajahnya gusar.

Sekarang Amane mulai memutar otak bagaimana caranya dia kembali ke tubuh aslinya?

Amane tidak bisa tetap duduk manis mendoakan banyak keselamatannya pada Tsukasa, dia ini Amane yang pesimis doanya akan didengar.

Amane bukan Tsukasa yang bisa dengan telaten merangkai puluhan kata doa berharap tubuh ringkih Amane akan tiba-tiba sembuh seakan tidak pernah sakit sebelumnya.

Amane terlalu realistis soal realitanya sedangkan Tsukasa masih memiliki banyak mimpi yang menurut Amane jauh dari kata mungkin.

Dikala Amane sibuk memutar otak tiba-tiba pintu kamarnya diketuk, pemuda itu buru-buru meloncat dari kasur dan membukakan pintu ternyata adalah ibunya yang sudah berpakaian rapi.

Tatapan cemas serta lelah terpatri di wajah ayu ibunya, Amane mencengkram knop pintunya jadi ini pemandangan yang selalu Tsukasa saksikan setiap kali dirinya akan menjalani operasi?.

Bahkan rasanya tidak ada tempat bagi Tsukasa sekarang untuk merenggek sedikit perhatian orang tuanya karna mereka sibuk memikirkan soal Amane.

Sekarang Amane mengerti kenapa Tsukasa begitu berharap perhatian padanya, Amane merutuki dirinya yang baru menyadari soal ini.

Selama ini Tsukasa kesepian tanpanya sekaligus menbenci situasi dimana dia juga iri pada keberadaan Amane.

Ah, rasanya jika Tsukasa mengatakan 'lebih baik Amane mati saja' mungkin hati Amane akan lebih lega dari rasa bersalah ini.

"Tsukasa sudah siap? Ayah sudah menunggu di depan rumah"

"Tsu masih ada sedikit urusan, Ayah dan Ibu bisa pergi dulu nanti Tsu menyusul"

"Kamu baik-baik saja nak? Kamu sakit?"Tanya wanita itu cemas menyentuh kening Amane, Amane tersenyum lalu menggeleng.

"Aku baik-baik saja, terima kasih sudah perhatian pada Tsu"

Wanita itu sedikit membulatkan matanya, entah perasaannya saja atau memang Tsukasa yang dihadapannya bukanlah Tsukasa?.

Kenapa rasanya seperti Amane yang tengah mewakilkan terima kasih Tsukasa? Begitulah pikirnya.

Wanita itu menghela nafas lalu berbalik menyusul suaminya meninggalkan Amane yang masih tersenyum menatap kepergian Ibunya.

Sepertinya Amane tahu apa yang harus dia lakukan.

Sepertinya Amane tahu apa yang harus dia lakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Switch || JSHKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang