prolog

1.5K 147 0
                                    

Donghyuck bingung. Pertanyaan pertanyaan aneh kembali muncul di kepalanya. Perihal mengapa manusia di ciptakan, bulan yang selalu mengikuti bumi, air yang semakin menipis dan melimpah di berbagai wilayah, dan perihal mengapa ia harus lahir.

Di balkon kamarnya kini ia duduk ditemani dengan sepuntung rokok ditangannya dan lagu Little Talks milik Of Monster and Men kini terputar. Lagu yang memiliki beat kencang dan lirik yang mendalam itu menjadikannya lagu favorit Donghyuck.

"Some days I don't know if I am wrong or right

Your mind is playing tricks on you, my dear

'Cause though the truth may vary

This ship will carry our bodies safe to shore"

Donghyuck memejamkan matanya setelah menghisap rokok yang menyala ditangannya. Ia menghembuskan nafasnya bersamaan dengan keluarnya asap rokok dari mulutnya. Bibir berbentuk hatinya itu menyunggingkan senyuman saat tidak sengaja mengingat adik kecilnya.

Flashback On.

"Abang, kenapa bumi bulat?" tanyanya kala itu pada Donghyuck yang berusia 12 tahun. Keduanya kini sedang berbaring di atas rerumputan, menikmati indahnya bulan yang ditemani dengan bintang di sekelilingnya.

"Karena itu takdir Tuhan." jawab Donghyuck singkat.

Jaemin menganggukkan kepalanya. Dirinya terdiam cukup lama hingga dua pertanyaan itu keluar lagi dari bibir kecilnya, "Kenapa Nana harus lahir kalau cuma buat nyusahin abang, mama, sama papa? Apa itu takdir Tuhan?"

Donghyuck terdiam sejenak. "Iya... takdir Tuhan yang paling indah..." jawab Donghyuck kembali.

Jaemin menoleh, menatap wajah sang kakak. "Tapi kan Nana nyusahin kalian..." ujar Jaemin yang masih berusia 9 tahun kala itu.

Donghyuck merasakan bahwa ia sedang ditatap sang adik. Ia masih menatap langit malam dengan gelengan kepala saat sang adik berujar. "Nana salah, kamu ga nyusahin kita. Kamu emang pernah lihat Mama, Papa, sama Abang ngeluh soal kamu?"

Jaemin menundukkan pengelihatannya dan menggelengkan kepalanya. Donghyuck kini menoleh pada Jaemin. "Enggak kan? Kita ga pernah merasa Nana itu nyusahin kita. Nana itu hal paling indah yang pernah kita punya. Jangan bilang Nana nyusahin kita lagi ya?"

Jaemin menganggukkan kepalanya. "Abang jangan ninggalin Nana, ya? Nana juga ga akan ninggalin abang!" celetuk Jaemin.

Donghyuck menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Janji?"

"Janji."

Flashback Off.

Mata bulat itu kembali terbuka, kembali ia melihat langit yang kini bewarna oranye. Ia mematikan rokoknya.

"Gimana kabarmu, Na?" tanya Donghyuck pada angin dan langit sore.

"Kita janji buat ga ninggalin satu sama lain. Tapi kamu yang ninggalin abang.

Abang kangen, Na," gumamnya.





Sore itu kembali Donghyuck gunakan untuk merindukan si bungsu yang kini masih ia tanyakan keberadaannya pada Tuhan dan kedua orang tuanya.

Tentang Abang ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang