Tentang Abang : bagian delapan

578 93 0
                                    

Hari ini ngedouble dah...










⚠︎⚠︎
Hars Words!!

























Donghyuck membawa mimin dengan cepat. Tawa Jaemin terdengar di belakang. Senyuman cerah terbit di wajah tengil Donghyuck.

Hari ini, kedua orang tuanya sedang berada di luar kota. Tinggal ia, Jaemin, dan beberapa ART yang memang sengaja Mama sewa untuk mengurus keperluan rumah dan Jaemin yang hanya datang setiap jam 7 pagi hingga jam 2 siang, tidak termasuk milik Donghyuck. Tak apa, ia tak masalah. Sudah terbiasa. Lampu pertigaan menjadi merah, mimin ia perlambat dan berhenti.

"Seru. Ini pertama kalinya gue kayak gini. Makasih, Bang."

Donghyuck menganggukkan kepalanya. "Ntar gue ajarin naik mimin. Ga ngantuk kan lo?"

Jaemin menggelengkan kepalanya semangat. "Gass lah!" ujarnya semangat diakhiri dengan tawa keduanya.

Malam yang indah untuk kedua kakak beradik Lee di tengah hiruk periuk kota. Mereka menghabiskan waktu malam ini dengan penuh canda tawa. Mulai dari Donghyuck yang panik setelah Jaemin memakan tongseng miliknya, menaiki bianglala di pasar malam, mencoba tteokbokki kw seribu, mimin yang menjadi racer, mereka yang dikira sepasang kekasih oleh para remaja SMP, dan Donghyuck yang lengah serta Jaemin yang hampir menabrak pohon. Lalu kini, mereka sedang menikmati deburan ombak dengan kopi dan arum manis yang tadi mereka beli di pasar malam.

"Seru bener hari ini," celetuk Jaemin setelah menyeruput kopi pahitnya dengan senyuman kecil di wajahnya.

Donghyuck menoleh, menatap sang adik yang kini tengah tersenyum. Ia menganggukkan kepalanya setuju, malam ini tidak seperti malam malam sebelumnya. Donghyuck mengalihkan pandangannya pada bayangan bulan di laut.

Hari ini, setelah beberapa minggu yang lalu ia berkunjung sendirian, kini ia datang dengan sang adik di sampingnya. Sosok yang ia ceritakan pada deburan ombak kemarin, sudah berada di sampingnya.

"Lo tau, Na? Abang selalu cerita banyak sama mereka."

Mata Jaemin menatap Donghyuck sanksi. Senyuman lebar terbit di wajah Donghyuck.

"Malam itu, gue sama Jeno berselisih pendapat. Tentang dia dan gue." Donghyuck mengatupkan bibirnya lalu menggelengkan kepalanya dan melanjutkan perkataannya, "Ga asik kalau lo langsung tau."

Plak!

"WUA*U!!  SAKIT ANJING!"

"Ngotak dong goblok, cerita ga usah setengah setengah. Gue terlanjur kepo, jingan.

...lama lama gue doain juga bokong lo kelap kelip gegara cerita setengah setengah ya anying."

Donghyuck menatap Jaemin horror. "LO DIAJARIN SIAPA NGOMONG KASARNYA, HAH?! MULUS BENERR!! NGAKU GA LO?!"

Jaemin tidak menanggapi Donghyuck.

"WAHH JAN JAN LO KETEMPELAN KALO KAGAK KESURUPAN?! AYAT KURSI AYAT KURSI!! ASTAGHFIRULLAHALADZIM, NA!"

"Bismillahirrahmani—"

"LO KRISTEN BEGO!"

"Oiya... gue kristen... lo tau agama gue, lo ga kesurupan berarti?" tanya Donghyuck yang dihadiahi pukulan cinta dari Jaemin kembali.

"Ya kagak lah anjing."

Donghyuck hanya membulatkan mulutnya, ber'oh'ria. Tiba tiba saja pikiran bodohnya masuk ke otak. "Apa lo sakit gegara lo ga percaya Tuhan ya, Na?"

BUGH!!!

"SEKALI LAGI YOUR LAMBE IS OPEN GUE STAPLES JUGA LO ANJING!!"

"SAKIT, ANJING! LO BOHONG YA ANJING KALO SAKIT?! INI PUKULAN LO GA MAIN MAIN DJANCOK!!"

"NDASMU!"
















——__(=;=;=)__——



















Jaemin menatap makanan di depannya tak nafsu. Setelah semalam mereka jalan jalan hingga pukul 2 pagi, mereka langsung menidurkan diri mereka sesampainya dirumah dan baru bangun jam 10 pagi dengan Donghyuck yang bangun terlebih dahulu dan memasak Mie telur. Jujur saja, ia bosan makan mie instan telur dua hari sekali jika bersama kakaknya. Alasan Donghyuck tidak bisa ia percaya. "Abang ga punya duit. Makan dulu yang ada," katanya kala itu saat ia protes soal ia yang bosan dengan mie instan. Ya mungkin dia tidak akan bosan jika rasa mienya akan berubah ubah, tapi nyatanya tidak. Mereka makan rasa Ayam Bawang terus menerus.


"Halah anying, bohong bener lo, Bang, kalau ga ada duit. ATM buat apaan anjing kalau bukan buat ambil duit di tabungan? Ga usah berlagak kek orang kere dah, orang tua lo belum bangkrut," protes Jaemin pada Donghyuck, lagi.

Donghyuck menghela nafas pelan, nyatanya ia memang kere dan hal itu sudah terverifikasi dari buku tabungannya ataupun dompetnya. Kosong melompong. Ia letakkan garpu yang ia pakai. Ia berjalan menjauh dari ruang makan, membuat Jaemin menatap punggung Donghyuck yang menjauh dan memasuki kamarnya.

Jaemin merasa tak enak, apakah ia sudah salah berbicara pada kakaknya itu?

Tak lama kemudian, Donghyuck kembali dengan kaos oblong hitam yang dilapisi dengan jaket kulit dan ripped jeans serta sneakers putih dan kunci motornya yang ia jinjing dikedua tangannya.

"Ga usah dilanjutin makan mienya. Sana lo siap siap, gue anter lo ke tempat makan enak," ujar Donghyuck.

Jaemin menggelengkan kepalanya. "Ini aja udah."

"Si anying, buru cepet. Kalau lo lanjutin makan mienya gue ga balik ke rumah," ancam Donghyuck.

"Cepet, Lee Jaemin!"

Jaemin menurut, ia segera ke kamarnya untuk bersiap. Dengan cepat ia berganti lalu mengunci pintu rumahnya. Di depan Donghyuck sudah menunggu dengan mimin. Ia menaiki jok belakang dan memakai helmnya.

Donghyuck menjalankan mimin dengan pelan.



"Mau kemana?"

"Nanti juga lo tau."

Tentang Abang ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang