Jaemin menatap sekeliling tempat itu dengan seksama sembari mengikuti langkah kaki Donghyuck dari belakang.
"Hyuck!"
"Yo, Bang!"
Jaemin hanya melihat bagaimana Donghyuck yang bersalaman dengan sosok yang memanggilnya tadi. Sosok itu menatap Jaemin yang membuat Jaemin secara otomatis membungkukkan tubuhnya dengan senyuman kecil terpampang manis di wajah rupawannya.
"Ngajak sapa nih lo?" tanyanya dengan senyuman yang mengarah pada Jaemin.
"Adek gue, Bang. Kenalin, dia Lee Jaemin. Adik terkece gue. Jaemin, dia Jaya,"
"Adik lo yg sering lo ceritain itu?"
Donghyuck menganggukkan kepalanya. Setelahnya, mereka asik mengobrol dengan Jaemin yang hanya fokus melihat sekelilingnya yang ramai.
"Jaem, lo pesen terus duduk dulu sana. Serah lo mau pesen sama duduk dimana, ntar Abang susul," ujar Donghyuck.
"Mau kemana?"
"Bantuin Bang Jaya. Kasir disana. Kalau lo mau pesen pake nama gue, puas puasin makannya, ga usah sungkan." Donghyuck menepuk pelan pundak Jaemin lalu pergi dari hadapannya.
Jaemin menatap pundak itu yang semakin menjauh kemudian ia berjalan ke kasir.
"Halo! Selamat datang! Ingin memesan apa?"
"Emm... beef steak sama milkshake coklat satu."
"Baik~ atas nama siapa?"
"Donghyuck..."
"Hah?"
"Atas nama Lee Donghyuck."
"Lho? Donghyuck kan di dapur?"
"Saya adeknya..."
"Oh!! Jaemin?! Oke! Langsung duduk aja ya! Pesanan kamu bakal langsung kami buat!" ujar wanita itu dengan riang.
"Saya bayar aja!"
"Ga usah! Donghyuck sama kamu itu spesial! langsung duduk aja ya! Dan... kenalin ya saya Wendy!" wanita itu tersenyum.
Jaemin membalas senyuman itu dengan canggung. Ia sedikit membungkuk lalu berjalan mencari tempat duduk. Matanya tertuju pada meja yang berada di dekat pintu. Ia mendudukkan dirinya dan kembali menatap sekelilingnya. Semuanya tampak lawas. Mulai dari meja, kursi, pintu, jendela, kipas angin, kasir, dan foto atau pajangan disana. Tempat ini juga ramai akan sekumpulan mahasiswa yang sedang sibuk dengan skripsinya, kumpulan anak anak remaja atau dewasa yang hanya sekedar menongkrong, para sepasang kekasih, dan beberapa keluarga.
Matanya terus mengamati sekitarnya hingga ia mendapati Donghyuck dengan celemek yang sama seperti wanita bernama Wendy di kasir tadi sedang melayani para pelanggan. Mulai dari mengantar makanan, membersihkan meja, membenarkan tatanan kursi menjadi seperti semula, dan berlalu lalang keluar masuk dapur dengan sangat cekatan dan ramah.
Tag!
Jaemin berjengit kaget, ia menoleh dan mendapati sosok jangkung yang tadi di perkenalkan oleh Donghyuck, Jaya.
Jaya menaruh pesanan Jaemin dan duduk di kursi seberangnya dengan cup gelas yang berisikan kopi hitam panas. "Makan aja, gue cuma nemenin lo disini," ujarnya.
Jaemin menganggukkan kepalanya pelan. "Makasih."
Jaya berdengung sebagai jawaban. "Lo... beneran adiknya Donghyuck?" tanyanya setelah Jaemin memasukkan sesuap daging steak ke mulutnya.
"Iya,"
Jaya menganggukkan kepalanya lalu menatap Donghyuck yang sedang sibuk dengan berbagai peralatan dan mesin kopi di samping meja kasir. "Kenapa nyokap bokap lo ga ada yang nemenin dia disini?"
Jaemin menggelengkan kepalanya tak tau sembari mengunyah dagingnya dan ikut menatap Donghyuck disana. "Abang itu kayak gimana selama ini?"
Jaya menoleh lalu senyuman terbit diwajahnya, membuat lesung pipinya terlihat bersamaan dengan senyumannya. "Lo bakal tau Donghyuck dengan lengkap habis lo ketemu Jonathan. Dia yang paling kenal dan tau Donghyuck itu kayak gimana."
"HEH! JUNAEDI! GA USAH MENTANG MENTANG LO ADIKNYA MBAK WENDY LO BELAGU YE??!! CEPET DICUCI ITU ANYING!! PELANGGAN BANYAK NI!!"
Suara cempreng Donghyuck terdengar, membuat Jaemin dan Jaehyun tertawa kecil. "Yang lagi debat sama Donghyuck itu Renjuna, adiknya Wendy. Cewek yang tadi di meja kasir. Temen ributnya Donghyuck disini,"
Jaemin menganggukkan kepalanya paham.
"Wendy, tunangannya Jonathan. Mereka berdua selalu anggap Donghyuck kayak anak mereka dan itu yang buat mereka bisa sampai dititik ini."
"NTAR KALAU KULIT GUE RUSAK GIMANA?! KAGAK KAGAK!! GUE YANG ANTER AE!"
Wendy yang berada diantara mereka berdua hanya meminum tehnya dengan santai.
"GA AKAN ANJING!!"
"INTINYA GUE KAGAK MAU, ITEM!"
"CUCI PIRING GA LO, CINA?!"
"KAGAK, MALIKA!"
Plak! Plak!
"Diem, tenang, dan resapi. Kalian berdua cuci piring, biar aku aja yang jaga bagian depan."
Mereka berdua diam dan hanya saling menatap satu sama lain dengan tajam.
"Cepet!"
Mereka berdua masuk berjalan ke wastafel masih dengan tatapan tajam mereka untuk satu sama lain. Bertepatan dengan itu Jaya memfokuskan tatapannya pada Jaemin.
"Mau sedikit gue ceritain tentang Donghyuck?"
Jaemin menaikkan alisnya. Jaya terkekeh, bibirnya mulai menceritakan semua yang ia tau tentang Donghyuck. Bagaimana pemuda itu mengenal rokok, mengendarai sepeda motor, dan kenakalan masa remajanya, makanan dan minuman favoritnya, serta tempat yang selalu ia kunjungi setiap ia merasa lelah akan dunianya. Terkadang, Jaya akan berhenti saat Donghyuck lewat disekitaran meja mereka dan terkadang Wendy ataupun Renjun akan ikut berbicara tentangnya sebentar, menambahkan informasi tentang Donghyuck.
"... dan saat itu Jonathan yang—"
"Bang Jaya!" panggil Donghyuck yang kini sudah mengenakkan jaket yang ia pakai saat datang.
"Oit!"
"Disuruh ambil es batu di tokonya Mbak Wendy!"
"Ok! Besok lagi, kalau sempat gue ceritain lagi."
Jaemin menganggukkan kepalanya. "Makasih, Bang," ujar Jaemin yang diberi acungan jempol oleh Jaya.
"Tas lo tadi gue pindahin ke loker kasir yang nomor dua," ujar Donghyuck saat Jaya melewatinya.
"Iyo, thanks yo!"
"Yo!"
Donghyuck menatap Jaemin. "Udah kenyang? Enakkan? Kalau udah balik yuk? Cafe udah mau tutup."
Jaemin menganggukkan kepalanya lalu berdiri dari duduknya. Mereka berdua berjalan ke parkiran.
"Sekarang lo taukan?"
Jaemin yang sedang menggunakan helmnya menganggukkan kepalanya. Donghyuck tersenyum kecil.
"Habis ini, sampai rumah langsung istirahat. Gue mau kerumahnya Jeno bentar, lo ga usah ikut. Nanti gue suruh Renjun kerumah buat nemenin elo."
Sekali lagi, Jaemin hanya menganggukkan kepalanya lalu menaiki jok belakang mimin.[]

KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Abang ✓
Fanfiction"Abang, kenapa bumi bulat?" tanyanya kala itu pada Donghyuck yang berusia 12 tahun. Keduanya kini sedang berbaring di atas rerumputan, menikmati indahnya bulan yang ditemani dengan bintang di sekelilingnya. "Karena itu takdir Tuhan." jawab Donghyuck...