#6

3 0 0
                                    

Hari ini hari Minggu, bunda dan ayahnya zeira dari tadi pagi sudah pergi ke rumah neneknya zeira di daerah Bogor.

Zeira seperti biasanya bangun jam 04.30 untuk melaksanakan kewajiban nya sebagai seorang muslim.

Halenzia selalu menghargai zeira, ketika zeira sholat zia selalu pura-pura tidur agar dia tidak menggoda zeira, dia tau untuk sholat ingin khusyuk itu sangatlah susah, walau zia non-is.

Jam 6 paginya sebelum jalan-jalan pagi dia menyempatkan sarapan terlebih dahulu bersama kakak nya yang bernama rio. Mereka makan roti yang hanya di beri selai kacang, merasa sudah cukup kenyang dengan memakan 2 helai roti zeira meminum susu penambah tinggi badan

Rio kembali ke kamar untuk melanjutkan tidur nya, mumpung sekarang hari minggu jadi di manfaatkan untuk rebahan sepanjang hari, dan selagi bunda nya ga ada di rumah jadi bebas mau tidur sampe ga bangun juga sekalipun ga akan ada yang melarang.

Zeira jalan-jalan mengelilingi komplek ditemani oleh halenzia tak lupa juga dengan bram dan juga Chiko entah sejak kapan mahluk itu selain halenzia menjadi suka membuntuti zeira, kemanapun gadis itu pergi. Di kawalnya sama yang udah beda alam nih bosh senggol dong 😎

Karna tidak ingin di sangka gila oleh warga komplek zeira memasang earphone agar tidak bisa mendengar ucapan zia, jika mereka ngobrol bisa di bilang gila zeira.

"Pake earphone segala si lo zee, gue kan pengen gibahin itu cogan yang lagi cuci mobil nya, ganteng banget Tuhan ga kuat. Gue butuh oksigen"

"Awas mati" ujar bram, yang langsung di ketawai sama Chiko.

"Tolol sia bram hahaha zia kan udah mati bego sama kaya kita, hahaha cape banget gue. Tolong" tawanya terbahak-bahak, zia menghiraukan kedua mahluk itu matanya masih fokus menatap cogan komplek di depan matanya ini.

Lumayan cuci mata pagi-pagi, sungguh sebuah anugerah yang diberikan oleh Tuhan pada dirinya.

30 menit sudah zeira mengelilingi komplek nya lumayan cape bunda, gadis itu melihat motor yang terparkir di depan pagar rumahnya.

Zeira tersenyum riang melihat siapa yang datang mengunjungi rumahnya setalah hampir satu minggu ini mereka ga ketemu.

"BULAN OMO" ucap zeira teriak, gadis yang bernama bulan itu langsung memeluk tubuh zeira, kangen rasanya. Satu minggu serasa satu abad bagi mereka.

Halenzia ikut tersenyum dari belakang bram dan Chiko juga sama, mereka tersenyum senang, ada sedikit rasa cemburu di diri ketiganya. Cemburu sebagai teman, aku yakin kalian juga suka kaya gini kalau ngeliat temen kalian dekat sama teman nya yang lain rasanya nyesek-nyesek manja.

Walau dengan begitu mereka ga bisa egois, bulan juga teman zeira, teman dari kecil malah dari mereka masih jadi sperma :)

Zeira membuka pagar rumahnya terlebih dahulu sebelum bulan memasukkan motornya, zeira menatap kearah halenzia lalu menjulurkan lidahnya meledek. Menyebalkan.

Halenzia ingin sekali menelan zeira hidup-hidup emosi pada gadis itu yang selalu membuat darahnya naik turun.

Kedua sejoli ini yang sudah satu minggu tidak bertemu itu sekarang sedang Kangen-kangenan. Baru saja seminggu ga ketemu apa lagi jika satu bulan, satu tahun, satu abad, mungkin akan uring-uringan akibat kangen.

Bulan memberikan 2 Tote bag yang berisikan kue dan camilan yang lain nya. Zeira tersenyum tak usah repot-repot lagi dia memberikan suguhan pada bestie nya ini, toh dia sendiri pun mandiri membawa camilan sendiri.

"Omo makasih bulan pengertian banget deh lo, makin sayang." ucapnya bernada menye-menye biasalah always seperti itu kalau dia lagi kegirangan, zeira namanya juga.

Bulan hanya menampilkan deretan giginya yang putih rapi itu

"Zee lo lagi dapet tamu bulanan ya?"

Zeira melirik ke arah bulan sebelum dia memasuki kamar mandi, dia mengangguk menjawab pertanyaan bulan, bulan hanya ber oh ria

"Bentar yee, gue ganti dulu tadi abis jalan-jalan keliling komplek lumayan deres nih" ucap zeira sebelum benar-benar masuk kamar mandi, bulan mengangguk dengan mata yang fokus menatap layar ponselnya.

20 menit kemudian zeira keluar kamar mandi dengan rambut yang di pakaikan handuk untuk mengeringkan air di rambut nya.

Bulan menatap kedatangan zeira, keduanya asik mengobrol, tertawa, menggibah walau sudah tau gibah itu dosa, rasanya ada yang kurang jika sedang ngobrol asik bersama besti tidak melakukan ritual 'gibah'

Sangat amat di sayangkan jika ritual gibah itu di tinggalkan. Kumpul sama besti tapi ga gibah? wah sekte mana lagi ini?

Di sela-sela pembicaraan yang asik itu hp zeira berbunyi, notifikasi dari arga muncul bahkan ada beberapa panggilan masuk yang tak terjawab.

Zeira lupa hp nya di mode silent, berisik katanya.

Bulan hanya geleng-geleng heran bisa-bisanya, zeira selalu seperti ini mengabaikan chat arga bahkan mengabaikan telfon darinya.

Dengan cepat gadis itu membalas chat dari sang kekasih agar dia tak marah, ribet sudah jika arga sudah marah, susah bujuknya.

"Bulan bentar ya, arga telfon ini kasian pacar gue dari tadi ga gue angkat telfon nya,"

"Ga tega." lanjutnya

"Iyaa sana urusin dulu pacar lu nya, pacar gue juga ngechat nih kangen katanya hahaha"

"Cielah punya pacar si eneng, ga bilang-bilang lagi lu, teman macam apa anda?" ujar zeira dengan nada sedikit kesal, bulan hanya tertawa lalu menggoyang kan tangan nya mengusir.

Oh iya, bulan udah kuliah di salah satu universitas di Bandung. ITB lebih tepatnya, bukan nya tak mau masuk ITB, zeira lebih memilih sekolah bahasa dulu satu tahun baru setelah itu dia pergi ke Korea untuk menempuh pendidikan S1 di sana.

Bulan sempat membujuk zeira agar kuliah S1 di Bandung saja, baru nanti S2 di Korea, namun gadis itu menolak dia kekeh pada pendiriannya untuk berkuliah di sana. Lagian satu tahun untuk sekolah bahasa tidak lama.

***

Bram menarik tangan zia menuju taman tempat yang sebelumnya mereka ketemu, cielah yemate kudanil sosweet, maaf maksudnya taman yang tadi mereka kunjungi bersama dengan zeira.

Chiko yang tertinggal ikut menyusul, ketiganya duduk di kursi taman yang 25 menit yang lalu duduk berempat bersama zeira.

"Zeira juga punya teman yang nyata, kita cuma teman-"

"Goib nya." sambung chiko, sontak zia dan bram menatap ke arah Chiko yang sedang menatap ke arah depan dengan tatapan lurus, melamun.

Zia tersenyum miring, dia juga sadar siapa dirinya ini, cuma sebatas teman iya teman beda alam.

Ga boleh egois semua orang layak buat bahagia termasuk zeira.

"Apa si kalian, orang gue aja ga masalah bulan kan emang temen deket, deket banget malah, gua malahan seneng kalau liat interaksi zeira sama bulan. Mereka lucu tau, kaya anak kembar gitu hehe" ucap zia dengan kekehan di akhir ucapannya

"Ko bisa ya mereka temanan selama itu? kata zeira dia temenan sama bulan udah dari orok malah dari zaman mereka masih sperma, gila si." ujar chiko bingung.

Zia dan Bram hanya manggut-manggut tanpa menjawab pertanyaan chiko.

"Tapi gue khawatir." ucap zia dengan nada pelan

"Hilangin pikiran kaya gitu, ga selamanya kan?" balas bram zia menghela nafas dalam. Hatinya selalu seperti ini entah kenapa, bingung.

Chiko menepuk bahu zia lalu tersenyum menguatkan, Zia ikut tersenyum dan bersandar di bahu bram

Chiko sedikit kesal dia yang memberikan senyuman andalan nya tapi bram yang dapat sandaran halenzia ga adil.

****

Hallo all apa kabar?
semoga selalu baik, aamiin
gimana ceritanya? rame ga? jangan lupa vote and komen ya besti

Love you.

--raa

Zeira dan halenziaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang