Huh, ga ada yang marah....

642 54 1
                                    

Maap lama update..... btw udah selesai PKKMB. Tinggal Osjur.... semoga lancar deh. Makasih dah mau baca ini dan udah sabar. Sehat selalu buat kalian...... Maap typo yaa





"Sayang~~ ayok bangun....." tangan Johny mengusap pelan kepala anaknya

"Eunghhhh...... udah sampe ya Dad?"

"Iya udah, bangunkan Kak Mark ya, Daddy mau nurunin barang di bagasi." Setelahnya Johny pun turun dan menuju mobil bagian belakang, membuka garasi, dan mulai menurunkan beberapa barang bawaan.

"Kak Mel~~ bangun, udah sampe rumah sakit~~~" tangan kecilnya beberapa kali menepuk pundak yang lebih tua

"Kak Mel~~~ ayok bantuin Echan turun.... Udah sampe rumah sakit.... Echan udah kangen nih.... Bangun ma prince!!!" tangannya sudah berpindah menuju pipi Mark.

"Ohh, udah sampe ya?" jawab sembari menguap

"Kakak capek banget ya? Tadi tambahan IPA ya? Kakak belom makan, mana tadi pulang bareng Echan, pasti kakak capek, harusnya tadi kakak gak usah ikut....." omongan Haechan terpotong karena yang lebih tua memeluknya

"Engga, kok, gak ada kata capek buat princess" jawabnya sembari mencubit pipi tembam Haechan.

"Yok, kakak bantu turun sama jalan buat ke kamar....."

.

.

.

.

.

"MAE!!" teriak Haechan. Jika kakinya baik-baik saja, pasti ia sudah memeluk sosok yang ia rindukan itu. Tapi, Mark menahan lengannya. Mark benar-benar menepati omongannya, ia benar-benar memapah princessnya. Merasa terpanggil, Ten pun mengarahkan kepalanya menuju sumber suara. Ia melihat Johny, Mark, dan mataharinya. Ia menghampiri mereka, menunduk, mensejajarkan tingginya dengan sosok paling mungil.

"Hello my sunshine, apa kabar? Kamu jatuh?"

"Mae......" Haechan langsung menghambur ke pelukannya.

"Kamu jatuh...." Ucapannya langsung dipotong.

" Haechan jatuh gara-gara Mark, Mae" kepalanya menunduk dalam. Ten tidak tega melihatnya, tangan kanan yang tadinya ia gunakan untuk memeluk Haechan, ia gunakan untuk mengusap kepala Mark.

"Ada yang mau cerita?" Tanya Ten lembut. Pertanyaan itu dijawab anggukan dari Haechan dan gelengan dari Mark. Ten menghembuskan nafasnya pelan.

"Ayok, Mark sama Haechan duduk di kursi yuk, daddy biar masuk dulu ya...." Ajak Ten ramah. Ia menggandeng kedua anak sd itu untuk duduk di sampingnya.

"Mae, Daddy mau..?"

"Udah gapapa, katanya Echan mau cerita, kan?"

.

.

.

.

.

"Adek....." panggil sang papa di depan pintu kamarnya.

"Kenapa, Pah?" jawab Jeno yang hanya menyembulkan kepalanya saja. Sang Papa memasang wajah cemberut, tangannya memberinya Hp. Jeno bingung, ia meraih hp itu dan munculah sosok yang ia kenal.

"OHH NANAAAA" hebohnya. Setelah itu ia menutup pintu dengan keras, meninggalkan Papanya yang mematung di depan pintu sembari mendumal tidak jelas.

"Kenapa, Na?" ia segera merebahkan tubuhnya ke kasur kesayangannya. Mencari posisi yang paling nyaman agar tetap tampak tampan di depan Jaemin.

"Gapapa, kebetulan Papi sama Mami lagi belanja keluar, Nana ga ikut capek..."

"Terus ini hp Papi kenapa di Nana?"

"Tadi Nana pinjem, terus di kasih sama Papi, gitu Nono. Eh tadi gimana seleksinya? Lolos?"

"Hmmmm lolos dong!!"

"Wahh hebat ih kamu!! Nana jadi bangga!!" tiba- tiba ada sesuatu yang menetes dari hidung anak itu.

"Nana lagi sakit? Itu hidungnya berdarah..... Na!!!" Jeno panic.

"Eh??" tangannya mengusap hidungnya. Ya, dia mimisan lagi.

"Aku ambil tisuue dulu ya No, bentar...."

"Hati- hati, Na!!" Jeno cukup khawatir akan kondisi Jaemin. Tak lama kemudian, Jaemin muncul kembali, ada sekotak tissue ditangannya. Dengan hati- hati Jaemin mengelap darah itu.

"Kamu sakit apa sih,Na? Cerita dong, kamu akhir-akhir ini sering gitu,loh...."

"Nono gak sadar? Jangan pura-pura gitu."

Tut. Telpon langsung di tutup begitu saja. Jeno kembali diam, ia sedang mencari sesuatu hal yang dirasa ganjal.

"Kayaknya ga mungkin deh. Nana selama ini kan kuat, apa dia nyembunyiin sesuatu dari Jeno?" monolognya.

.

.

.

.

"Maafin M-mark ya, M-mae..." ujar bocah itu lemas. Haechan dapat mersakan tangan Kak Mark dingin di genggamannya. Ia beranikan diri melihat wajah Mae-nya.

"Gapap, Mark.... Haechan ajah gapapa, jangan sedih gitu...... Lain kali, Echan harus lebih hati-hati ya, Kak Mark pasti kaget....." kedua tangannya terulur mengusap lembut rambut Mark dan Haechan. Mark menghembuskan nafas lega, Mae tidak marah seperti bayanganya. Senyumnya terbit tatkala tangannya di genggam lebih erat oleh sosok yang setiap hari ia temui.

"Haechan!!! Mark!!!" sapa Hendery. Ia datang setengah berlari. Di belakangnya ada Daddy John yang Nampak ingin berbicara serius dengan Mae.

" Ten.... Ayok kita ke bagian administrasi, Kalian di sini dulu ya....." semua kompak menganggukkan kepala, tanda mereka menurut.

.

.

.

.

.

.

.

.


v o m e n t    j u s e y o.

FOREVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang