Bab 1 | Malam Ternoda

112 6 0
                                    


 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Dear Sahabat, sebelum lanjut baca, simpan cerita ini di rak bacaanmu, jangan lupa vote dan komen ya usai baca tiap partnya. Share juga ke teman-temanmu biar makin banyak lagi yang baca. Makasih banyak 

 Makasih banyak 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 1

Malam Ternoda


Malam itu Safira tiba di sebuah vila di kawasan Puncak Bogor. Sesuai dengan petunjuk dari teman-temannya, dia tiba di vila itu. Namun anehnya vila itu kosong.

"Jangan-jangan mereka mengerjaiku lagi," gerutu Safira di depan vila. "Duuh, gimana nih. Kalau balik lagi udah malam begini lagi."

Safira mengedarkan pandangannya ke sekeliling vila. Lebih banyak gelap daripada terangnya.

Dia mulai was-was. Batinnya berkecamuk, antara memilih diam di situ atau pulang. Hati kecilnya ingin sekali dia pulang, namun sudah malam seperti ini, dia pikir jalanan jauh lebih berbahaya.

Gadis berambut Panjang itu mondar-mandir di depan vila. Setelah merasa pegal, akhirnya dia memilih duduk dan berusaha tenang.

Dia mengetik pesan, ke WA grup teman-temannya.

Hei, aku sudah di depan villa nih, kalian ada di dalem nggak? Kalian pada ke mana?

Nihil. Lama menunggu tak ada seorang pun yang meresponnya.

Dia pun mengetik pesan untuk menjapri satu per satu temannya yang ia kenal.

Rana, kamu di mana? Aku sudah tiba nih. Dia mengirim pesan itu kepada salah satu panitia acara Raker BEM Fakultas Psikologi di kampusnya.

Hasil tetap sama. Tak ada respon juga.

Safira makin gusar. Kalau tahu bakal kayak gini, mendingan aku nggak usah datang.

Dia sangat menyesal kenapa tidak mengikuti kata hatinya, sejak berangkat tadi hatinya memang menolak. Namun demi kepentingan belajar dan dunia akademik, dia bela-belain datang.

Lagian kenapa sih acara mesti ke Puncak segala?

Sialnya, dalam kondisi seperti ini, apa yang bisa dia lakukan. Kalau saja tadi di bawa mobil pribadi, mungkin tidak akan bernasib seperti ini.

Entah mengapa, hari ini dia merasa menjadi seperti orang yang paling malang di dunia. Sudah datang di titik kumpul mengikuti arahan, ditinggalkan rombongan. Terpaksa naik Go-Car dari Tangerang.

Tak mungkin dia bawa mobil sendiri. Dia termasuk kudet, tak terlalu paham jalanan untuk menempuh rute yang cukup jauh.

Sekalipun dia menggunakan Waze atau Google Maps, tetap saja dia tak bisa. Dulu pernah dia melakukannya, dan terbukti gagal. Tersesat.

Merasa terlalu lama berpikir, Safira harus segera memutuskan.

Aku tak bisa terus-terusan di sini. Aku harus pulang. Tekad gadis itu sudah bulat. Daripada tidak jelas begini, lebih baik aku mengerjakan tugas-tugas kuliahku di rumah, pikirnya.

Ikatan Tak DirinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang