O1

879 42 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Kim Miyeon menatap keluar jendela. Awan mendung bergulung di kejauhan, siap mencurahkan hujan deras kapanpun ia mau. Ia duduk di tepi tempat tidur berseprei putih mengabaikan aroma tajam dari obat-obatan di ruangan yang hampir seluruhnya didekorasi dengan warna putih itu. Jemarinya bergerak menggenggam tangan seorang pria yang tertidur lelap disebelahnya, Kim Hyunjae. Sahabatnya, kasihnya, suaminya, cintanya.

Hyunjae tertidur lelap, wajahnya begitu damai seakan tidak terjadi apapun. Tapi Miyeon tahu telah terjadi perubahan besar pada fisik suaminya itu. Kanker mengubah segalanya. Kulitnya yang semula kekuningan memucat dan mata coklat dibalik kelopak yang sedang terpejam itu, biasanya memancarkan semangat dan harapan, tapi kali ini hanya ada keputusasaan. Miyeon bahkan sudah tak pernah melihat senyum terkembang di wajah Hyunjae lagi.

Air mata jatuh membasahi pipi putih Miyeon, bersamaan dengan turunnya rintik hujan pertama.

“Miyeon..” Bibir Hyunjae bergerak perlahan, menyebut nama istrinya dengan suaranya yang melemah itu.

Miyeon cepat-cepat menghapus air matanya, ia tidak ingin Hyunjae melihatnya menangis. Suaminya itu selalu berkata kalau senyumanlah yang harus mengiringi kepergiannya, dan sebisa mungkin Miyeon akan mengabulkan hal itu, walaupun itu adalah keinginan terakhir Hyunjae.

“Ya?” tanggap Miyeon, memaksakan seulas senyum.

Hyunjae membuka matanya, cercah semangat disana hampir sirna. “..Ada sesuatu yang harus kau tahu.. tentang masa laluku..”

Miyeom sedikit terhenyak. Ada yang masih belum ia katakan padaku selama 5 tahun masa pernikahan kami?

“Apa itu?”

Hyunjae melepaskan tangannya dari genggaman Miyeon. “Tolong ambilkan sebuah buku.. di tasku..”

Miyeon menoleh ke atas bufet di samping kepala tempat tidur. Diatasnya terletak sebuah tas yang Miyeon sadari sebagai tas kesayangan suaminya, sejak mereka sama-sama kuliah di Juilliard School of Art delapan tahun yang lalu. Miyeon bangkit dan mencari buku yang dimaksud Hyunjae. Ia sedikit tertegun ketika melihat satu-satunya buku yang ada di dalam tas adalah..

“Ini?” Miyeon mengeluarkan buku harian biasa bersampul kulit dari dalam tas. Setahunya, buku harian itu datang setahun setelah pernikahan mereka melalui paket, dan ia masih ingat dengan jelas ekspresi suaminya begitu melihat buku itu. Hyunjae terdiam selama beberapa menit sambil memandang sampulnya, dan kemudian langsung memasukkannya lagi ke dalam kotak pembungkusnya tanpa membaca terlebih dahulu. Ia melarang keras Miyeon untuk menyentuh buku itu apalagi membacanya. Sedangkan Hyunjae sendiri juga melakukan hal yang sama, mereka tak pernah mengungkit-ungkit buku harian itu lagi setelahnya.

Tapi entah kenapa hari ini Hyunjae memintanya untuk..

“Bacakan untukku Miyeon..”

Miyeon memandang Hyunjae heran. Ia kembali duduk di sisi suaminya, tapi sama sekali belum melaksanakan perintahnya. Ia ragu.

Blue And Red , Jumil ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang