.
.
.
Hyunjae mengakhiri permainan biolanya, membuka mata cokelatnya lagi. Ia tersenyum pada dirinya sendiri dan meletakkan biola kesayangannya itu di pangkuannya. Ia menelusuri salah satu senarnya dengan jari telunjuknya, mengabaikan rasa sakit yang menusuk-nusuk setiap inchi tubuhnya. Ia sudah terlalu terbiasa dengan rasa sakit ini.
Dan ia bersyukur masih memiliki Miyeon, wanita yang sangat dicintainya, untuk menemaninya menghadapi semua rasa sakitnya. Yah… walaupun ia mungkin hanya membuat Miyeon menderita, melelahkan wanita itu untuk selalu merawatnya setiap saat.
Hyunjae kembali memandang keluar jendela, tapi tatapannya tidak terfokus pada apapun, pikirannya melayang ke Miyeon. Sejak ia divonis mengidap kanker ganas, Hyunjae sudah berkali-kali meminta Miyeon untuk meninggalkannya saja. Tidak ada gunanya memiliki suami yang hanya bisa menghabiskan hidupnya di ranjang rumah sakit. Tapi gadis itu bersikeras akan selalu menemani Hyunjae, sampai kapanpun.
Hyunjae memandang cincin pernikahannya dengan Miyeon. Itulah alasan kenapa dia mencintai Miyeon. Dia adalah wanita tegar yang berkemauan keras. Cenderung keras kepala kadang-kadang. Ia masih ingat, kali pertama ia bertemu dengan Miyeon delapan tahun yang lalu. Rentang waktu yang cukup lama. Miyeon adalah mahasiswi baru JSA. Berusia tujuh belas tahun, cantik, menarik, dan cerdas. Kilau yang selalu diperlihatkan matanya kepada semua orang yang menarik perhatian Hyunjae, juga kilau yang tak pernah Hyunjae lihat lagi sejak enam bulan lalu. Hyunjae mendengus geli. Nyaris semua mahasiswa JSA tertarik pada kepribadian Miyeon, tapi Hyunjae senang ia yang berhasil memenangkan hati gadis itu.
Dan sekarang pikiran Hyunjae kembali melayang ke buku harian Juyeon. Apakah bijaksana memperlihatkan buku harian itu kepada Miyeon? Hyunjae menghela napas. Ia sudah terlalu lama menyembunyikan rahasia ini. Ia hanya ingin Miyeon, wanita yang sangat ia sayangi, mengetahuinya. Setidaknya sebelum ajal menjemputnya. Ia tahu Miyeon pasti akan sakit hati, tapi ia sendiri tak sanggup memberitahukannya secara lisan dan gamblang kepada Miyeon. Dan ia sadar bukan respon Miyeon-lah yang ditakutinya ketika rahasia ini terkuak, melainkan ketika kenangan akan Juyeon kembali padanya.
***
Juyeon’s journal, November 5, 2009.
Sebenarnya ini sudah berlangsung lama, tapi baru sekarang menjadi masalah bagiku. Aku sendiri tak tahu kenapa aku menjadikannya masalah untukku, seakan aku tidak ada masalah lain untuk diurusi. Ck, sangat merepotkan. Dan hal inilah yang menjadi kesalahan kelimanya yang tak bisa kulupakan seumur hidupku.
Dia membuatku khawatir.
Sial, akhirnya aku mengakuinya. Yah, walaupun lebih tepat disebut mengkhawatirkan daripada membuatku khawatir. Ah, atau pengertiannya sama saja? Masa bodohlah. Tapi sudah sembilan bulan aku bersamanya dan sulit untuk tidak mengkhawatirkan orang macam dia. Orang yang nyaris hanya makan ayam goreng dan ramen instan setiap hari. Orang yang berusaha mengajari cara membaca not balok pada Darong. Orang yang bisa memainkan biolanya dengan cara yang tak bisa dilakukan orang lain. Dan orang yang selalu tertawa lebar walaupun ia pulang dengan sekujur tubuh penuh lebam dan luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue And Red , Jumil ✓
Romance"I love you's the only beginning." ⚠️ Remake ⚠️ dari SasuNaru karya GrettamaMYC, Kugure 2009. Warning bxb, kissing, marriage life, angst! © floreapetals, 2022