O9

163 24 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Juyeon's Journal, Desember 23, 2009

Setelah kejadian sepele bulan lalu dimana aku mengobati lukanya itu, aku merasa ada perubahan dalam hubungan kami. Aku bahkan tak tahu perubahan ini bisa dianggap perubahan bagus atau buruk. Yang aku tahu hanya banyak hal yang berubah. Kami masih saling memanggil dengan 'Juju' dan 'Hyung' seperti biasa. Kami masih tidur di kamar terpisah seperti biasa. Dan kami masih sibuk dengan instrumen masing-masing seperti biasa.

Tapi, entah ini hanya aku yang menyadari atau dia juga, kami makin jarang bertengkar yang disebabkan oleh hal-hal remeh, kami hanya bicara dengan satu sama lain seperlunya, walaupun sekarang aku menyuruhnya untuk pergi dan pulang kampus bersamaku, menghindari 'teman-teman' Hyunjae yang suka memukul itu. Dan perubahan yang paling mencolok dari semua itu adalah, kami tak pernah menatap mata satu sama lain lagi.

Itulah kesalahan keenamnya yang takkan pernah bisa kulupakan. Ha, aku juga sebenarnya tak tahu kenapa itu bisa menjadi kesalahan keenamnya, tapi aku hanya sedang ingin menyalahkan seseorang. Dan satu-satunya yang bisa kusalahkan hanya si baret biru itu.

Dan ketika aku sudah mulai menikmati perubahan-perubahan itu, seseorang datang, dan membuatnya kembali ke semula, bahkan lebih parah. Terimakasih banyak pada orang sialan itu.

***

Juyeon memainkan grand piano putih barunya yang ia letakkan di ruang tengah. Ya, ia baru saja membeli piano mewah itu sebagai hadiah natal lebih awal untuk dirinya sendiri, membuatnya punya dua piano di dalam apartemennya. Ia juga membeli biola putih yang warnanya senada dengan pianonya untuk Hyunjae, membuat pemuda pirang itu girang luar biasa. Biola lamanya memang masih bagus, tapi tak ada salahnya kan punya dua biola.

Dan Hyunjae senang karena Juyeon berinisiatif membelikan biola itu untuknya. Si rambut pirang itu sekarang lebih sering berada di kamarnya atau di teras, untuk memainkan biolanya dengan lagu favoritnya, Canon. Jadi instensitas gangguan yang ditimbulkan di rumah lebih sedikit.

Juyeon menekan tuts-tuts pianonya dengan lembut, memainkan lagu buatannya yang pada Agustus lalu berhasil menarik perhatian Mr. Chan. Bahkan sebelum liburan natal tiba dua hari lalu, Mr. Chan menuntutnya segera memberi judul untuk lagu itu. Ia memang belum menemukan judul yang tepat karena ia masih ingin memperbaiki beberapa bagian yang kurang pada lagunya.

Juyeon baru saja mengakhiri lagunya ketika Hyunjae berlari masuk ke dalam apartemen bersama Darong. Biola putihnya masih ditentengnya, daritadi dia memang bermain biola di teras. Ia terengah-engah dan menatap Juyeon, atau lebih tepatnya menatap tangan Juyeon, dengan ekspresi horor. Juyeon balas menatap rambut pirang Hyunjae sambil mengernyit.

"Ada apa?"

Hyunjae menunjuk ke arah teras, yang lebih tepat disebut sebagai balkon luas itu, dengan penggesek biolanya. Sungguh petunjuk yang sangat tidak jelas.

Blue And Red , Jumil ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang