14

191 24 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

September 12, 2010.

Masih di hari yang sama, dengan mood Juyeon yang benar-benar berbeda. Baru beberapa jam lalu ia menerima telepon dari Mr. Chan kalau dia mungkin akan direkrut oleh komponis ternama, baru beberapa jam lalu dia merasakan euforia yang teramat sangat besar bahwa cita-citanya seumur hidup mungkin akan terwujud hanya dalam hitungan minggu; dia akan merintis karir di dunia profesional.

Dan sekarang dia harus terbangun dengan kenyataan; cita-citanya mungkin akan terwujud sebentar lagi, tapi hasratnya akan kandas begitu saja, bahkan sebelum ia mulai berusaha untuk memenuhinya.

Dan karena itulah sekarang Juyeon memainkan grand piano-nya yang ada di ruang tengah seperti kesetanan, mencoba untuk tidak mengasihani, atau bahkan mengutuk dirinya sendiri. Sementara Hyunjae yang tentu saja tidak memahami apa yang sedang bergejolak di dada Juyeon, membaca majalah dengan tenang di sofa dalam ruangan yang sama, menganggap Juyeon, yang bahkan tidak memberi jeda untuk permainannya barang semenit pun itu, sedang terlalu bersemangat untuk latihan karena dirinya bakal segera terjun ke dunia pro.

Juyeon baru saja menyelesaikan Hana's Eyes, dan langsung memasuki intro lagu lain.

"Apa judul lagu yang ini?" celetuk Hyunjae tiba-tiba. Ia mendongak dari majalah yang sedang dibacanya, menatap Juyeon.

Juyeon yang bahkan tidak berhenti bermain saat jam makan malam, membiarkan Hyunjae makan malam sendiri bersama Darong, langsung menghentikan tarian jari-jari pucatnya di atas tuts-tuts piano. Ia tidak membalas tatapan Hyunjae.

"Like Now." jawab Juyeon singkat.

"Hm.." Hyunjae mengangguk-angguk, sama sekali tidak memberikan komentar lain, kembali menunduk menatap majalahnya.

Juyeon menghela napas, melanjutkan lagunya yang terputus. Ia tak mengerti kenapa ia bisa sefrustasi ini. Ia menganggap dirinya akan baik-baik saja Januari tahun lalu, ketika ia meminta Hyunjae untuk menikahinya. Ia merasa semuanya akan berjalan lancar sesuai dengan rencananya yang tampak matang.

Keluarganya membuangnya, ia bisa menekuni hidupnya sebagai pianis dengan tenang, dan setelah semuanya beres, Juyeon akan berpisah dengan Hyunjae. Farewell. Sederhana. Tapi pada kenyataannya tidak sesederhana itu. Ada sesuatu yang lebih kompleks yang bahkan tak bisa Juyeon jelaskan dengan kemampuan otaknya yang di atas rata-rata.

Yang Juyeon paham, ia hanya ingin tetap seperti sekarang ini.

Seperti sekarang, ketika ia bermain piano di ruang tengahnya di apartemennya di New York.

Seperti sekarang, ketika ia mulai menyadari kalau ia bisa memandang dunia dengan sudut pandang yang lebih baik ketika bersamanya.

Seperti sekarang, ketika ia bersama Hyunjae.

Blue And Red , Jumil ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang