(not) a romantic story

1.1K 138 26
                                    

"sayang, lagi ngelamunin apa" sebuah tangan kekar tiba-tiba memeluk ku yang sedari tadi melamun sembari mengaduk kopi untuknya.

"udah bangun? Ini aku aku bikinin kopi, mau sarapan disi-"

"aku sarapan dirumah, Naya sudah nungguin" ucapan pria itu seketika membuat senyumku luntur, seharusnya aku tau dimana posisiku.

"kamu gapapa kan? Nanti kita makan siang bareng buat gantiin sarapan ini" ucap pria itu mengecup pipiku seakan dia tau apa yang sedang aku pikirkan.

"no need, aku udah janji mau makan sama Gani" ucapanku mendapat decakan darinya. Aku tau arti dari sikapnya, ia tidak suka dengan penolakanku.

"batalin aja, kamu sama aku nanti siang! Gak ada penolakan" ucapan final darinya seperti perintah untukku, namun itu dulu.

Sekarang, aku sudah lelah. Lelah menjadi yang kedua dan lelah untuk mengacaukan rumah tangganya.

"maaf Ken, aku gabisa nurut perintah kamu" langkah Keenan terhenti saat aku menolak keinginannya.

"kamu bisa gak sih nurut sama aku kayak Naya?" terlihat gurat marah diwajahnya namun aku sudah tidak perduli.

"karna aku bukan Naya, aku bukan istri kamu yang sem-"

plak

Aku memegang pipiku yang baru saja ditampar olehnya. Ini bukan pertama kali, pria itu sudah sering menamparku dan kini aku lelah.

"Kal, maaf-"

"cukup Ken, kamu bisa pergi. Naya sudah menunggu" ucapku lalu pergi meninggalkan Keenan yang terdiam diposisinya.

Aku sudah tidak perduli dengan apa yang ingin ia lakukan saat ini, keinginanku hanya satu lepas darinya.

Namun itu terasa sulit, karna aku mencintainya. Ya, aku Kalista si wanita bodoh yang masih sangat mencintai cinta pertamanya Keenan Bastian.

--

"mata lo sembab banget, nangis lagi ya lo" ucap Gani saat melihat keadaanku yang mnegerikan. Mata sembab dan wajah pucat. Hari ini, aku memutuskan untuk tidak masuk kantor karna aku sedang tidak ingin bertemu dengan Keenan. Setelah pengusiranku tadi pagi, pria itu benar-benar pergi.

"he slapped you again, right?" aku tidak kaget dengan pertanyaan Gani, sahabatku itu tentu tau apa yang terjadi denganku.

"damn Kalista, sampe kapan lo mau kay-"

"gue mau resign" Gani melotot saat mendengar ucapanku. Perempuan bermata monolid ini sangat tau bagaimana aku mencintai pekerjaanku dan Keenan didalamnya.

"lo serius Kal?" pertanyaan Gani hanya kujawab dengan gidikan bahu. Aku sendiri pun juga bingung dengan keputusanku yang tiba-tiba ini namun mengingat semua yang telah kulalui aku merasa lelah.

"gue...gak tau mau ngomong apa Kal, kalo lo resign lo dapet duit darimana? Keenan?" tanya Gani.

"no, gue udah gak mau berurusan lagi sama dia. Gue capek" perkataanku semakin membuat Gani tidak percaya.

"i have no words, tapi kalo itu emang keputusan lo gue cuman bisa ngedukung lo, Kal. After all we're bestfriend right?"

Kaistal OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang